Halaman

Senin, 23 Januari 2012

PANGGILAN TUHAN DALAM HIDUP KITA ....



Bacaan Alkitab: Yunus 3:1-5, 10, Markus 1:14-20



Seorang Guru di India kaget menerima uang sebesar 9,8 Milliar US dollar di dalam rekening Banknya. 9,8 Milliar US dollar setara dengan 91 Trilliun. Parijat Saha, tak menyangka rekeningnya membengkak secara fantastis. Sebelumnya ia hanya memiliki 200 US dollar di dalam rekeningnya. Melihat jumlah gaji yang diterima Parijat sebagai seorang guru, yang setiap bulannya 700 US dollar, rasanya tidak mungkin uang milliaran dollar yang masuk ke rekeningnya berasal dari sana.

“Pada hari Minggu malam, ketika saya memeriksa saldo tabungan saya di Internet, saya memperkirakan jumlahnya lebih sedikit dari 10.000 rupee (200 US dollar),” kata Parijat, yang tinggal di kota Balurghat, yang dikutip oleh BBC hari Kamis 919/1/2012). Ketika melihat uang dengan jumlah yang fantastis di rekeningnya, Parijat mengaku sempat terkejut dan melotot dibuatnya.

“Saya menelpon seorang teman di Bank dan bercanda, mungkin uang melimpah di Bank Anda, itulah sebabnya mengapa Bank Anda telah menyetorkan begitu banyak uang ke dalam rekening saya,” katanya. Parijat segera mengembalikan uang misterius itu ke Bank Negara India (SBI). Namun pejabat Bank tersebut tidak mau mengomentari uang yang tidak jelas asal muasalnya dalam rekening Parijat, dan Kantor Pusat Bank Negara India tengah menyelidiki dan mencari tahu mengapa hal itu bisa terjadi.

Rasanya sungguh tidak masuk di akal, bila mendapatkan uang dalam jumlah yang sangat fantastis, Parijat segera menghubungi temannya, dan mengembalikan uang sebesar 91 Trilliun tersebut ke Bank Negara India. Ditengah-tengah maraknya korupsi yang terjadi di negara kita ini, jangankan 91 Trilliun, 20 Trilliun saja bisa amblas dalam sekejab bila uang itu masuk ke dalam rekening para koruptor di negara ini. Koq masih ada orang yang jujur dan baik hati seperti Parijat? Nah kira-kira apa jadinya, jika uang tersebut masuk ke dalam rekening Saudara dan saya? Apakah kita bisa seperti Parijat, segera mengembalikan uang tersebut? Saudara2, kisah nyata Parijat di India ini, mau memperlihatkan kepada kita, bahwa Tuhan bisa memanggil setiap orang, apa pun latar belakang suku, ras, budaya dan agamanya. Siapapun dia. Tuhan menciptakan dan menempatkan manusia di dunia ini, bukan suatu kebetulan. Ada maksud Tuhan untuk menggenapi rencana-Nya melalui panggilan khusus yang Tuhan sudah siapkan bagi setiap orang, siapapun dia dan bukan hanya Saudara dan saya. Panggilan Tuhan dalam hidup manusia, adalah untuk menyadari kehendak Tuhan dan tujuan Tuhan dalam hidup manusia, bahkan untuk membawa kebaikan serta kemuliaan nama-Nya.

Dalam Kitab Yunus 3:1-5, kita menemukan panggilan Tuhan yang diberikan kepada Yunus supaya ia pergi ke kota Niniwe. Sangat sulit bagi Yunus untuk mentaati panggilan Tuhan untuk melayani orang Niniwe, karena bagi Yunus, orang-orang Niniwe itu jahat, dan karena itu mereka pantas dihukum dan dibinasakan. Yunus tidak bisa menerima kenyataan, kalau Tuhan menginginkan orang-orang Niniwe bertobat dan bebas dari hukuman-Nya. Namun seperti Yunus, Tuhan juga punya panggilan kepada setiap orang termasuk kita. Oleh karena itu, Tuhan memanggil kita untuk mengasihi dan melayani setiap orang, termasuk orang-orang yang menurut kita tidak pantas untuk dikasihi dan dilayani. Mungkin mereka adalah orang-orang yang berbuat jahat kepada kita. atau mungkin orang-orang yang mengkhianati kita, atau bahkan yang menyakiti atau melukai hati kita. Di dalam Efesus 2:10 Rasul Paulus mengatakan, bahwa kita ini adalah buatan Allah yang diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik; yang dipersiapkan Allah sebelumnya, dan Ia mau supaya kita hidup di dalamnya. Belum pernah ada di katakan oleh Alkitab, bahwa Tuhan memanggil kita untuk melakukan pekerjaan yang buruk. Berbuat jahat dan mengkhianati teman baik kita, atau menyakiti dan melukai teman-teman kita.

Respon Yunus terhadap panggilan Tuhan adalah tidak taat, sehingga ia melarikan diri ke Tarsis. Yunus berpikir dengan melarikan diri ke Tarsis, maka ia bisa lari dari panggilan Tuhan. Yunus lupa, bahwa Allah itu Mahatahu. Yunus juga tidak sadar, bahwa ketidaktaatannya terhadap panggilan Tuhan membawa resiko bagi dirinya, dan juga bagi orang-orang yang ada di sekitarnya, karena gara-gara Yunus, nyawa mereka terancam bahaya. Di dalam perahu yang menuju ke Tarsis, angin dan badai melibas dan menghempas mereka, sehingga Yunus akhirnya harus dilemparkan ke dalam air.

Saudara, memenuhi panggilan Tuhan, bukan berarti tanpa pengorbanan, karena kita harus keluar dari zona aman kita dengan segala resikonya. Namun taat pada panggilan Tuhan adalah pilihan terbaik, apapun resikonya. Berat, tetapi jadi berkat! Sebaliknya, jika menolak panggilan Tuhan, resikonya adalah seperti Yunus, mengalami masalah. Bahkan menjadi sumber masalah bagi orang lain. Oleh karena itu, kita perlu belajar dari murid-murid Yesus, seperti Simon Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes yang taat pada panggilan Yesus, sehingga kita tidak mengalami masalah dan menjadi sumber masalah bagi orang lain. Dalam Markus 1:14-20 kita menyaksikan Bagaimana Simon Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes menyambut dengan positive panggilan Yesus terhadap mereka, sehingga mereka diberi kepercayaan untuk melakukannya tugas yang lebih bear lagi, ketimbang hanya menjadi seorang nelayan saja. Saudara2, kita sering menggunakan berbagai alasan untuk menolak panggilan Tuhan dalam hidup kita. Misalnya dengan alasan, tidak mampu, belum layak, belum saatnya, belum memungkinkan dan sebagainya. Kita lebih suka menghindar untuk menunda, dan kita menunda untuk menghindar. Akhirnya, sebagai orang Kristen, tidak melakukan apa-apa.

Saudara2, Tuhan memanggil kita, bukan karena kita mampu, layak dan berpotensi. Ia memanggil kita karena kehendak-Nya, yaitu supaya kita hidup melakukan panggilan-Nya. Seorang teolog, Karl Barth pernah mengatakan, “Tanpa Allah manusia mau, tetapi manusia tidak mampu. Tanpa manusia Allah mampu, tetapi Allah tidak mau.” Dalam kenyataannya, Allah senantiasa memakai manusia dalam mewujudkan misi dan kehendak-Nya. Allah memanggil dan memakai kita manusia, bukan karena tanpa kita Allah tidak berdaya, tetapi karena kehendak-Nya. Oleh karena itu, marilah kita melihat setiap bentuk pelayanan sebagai sebuah anugerah, atau pemberian Allah, apapun itu. Kita harus melakukannya seperti untuk Tuhan, dan bukan untuk manusia, sehingga kita benar-benar melakukan apa yang Tuhan mau.

Martin Luther King mengatakan, "Apa pun tugas hidup, lakukan dengan baik. Seseorang mestinya melakukannya pekerjaannya sedemikian baik, sehingga mereka yang hidup, yang sudah mati, dan yang belum lahir tidak mampu melakukannya lebih baik lagi. Tuhan memberkati pelayanan kita dan orang lain pun akan mendapatkan berkat dari pelayanan kita. Dalam surat Kolose 3:23-24 Rasul Paulus mengatakan kepada kita, ”Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan, dan kamu hamba-Nya!” Soli Deo Gloria.

Rabu, 18 Januari 2012

QUOTES OF THE DAY


Bukan karena hari ini INDAH kita BAHAGIA, tapi karena kita BAHAGIA hari ini menjadi INDAH...
Bukan karena tidak ada RINTANGAN kita menjadi OPTIMIS, tapi karena OPTIMIS RINTANGAN menjadi tak terasa...
Bukan karena MUDAH kita YAKIN BISA, tapi karena kita YAKIN BISA maka semuanya menjadi MUDAH...
Bukan karena semua BAIK kita TERSENYUM tapi karena kita TERSENYUM maka semua menjadi lebih BAIK...
Sumber: Milis Tetangga

TERANG KASIH TUHAN


Bacaan Alkitab: Yesaya 60:1-6, Mazmur 72:1-7, 10-14, Efesus 3:1-12, Matius 2:1-12


Saya menemukan sebuah gambar di dalam surat kabar Kompas Online, yang saya akses melalui internet tadi malam. Gambar apakah itu? Hujan deras dan Kegelapan melingkupi kota Jakarta. Di bawahnya tertulis: Awan gelap menyelimuti langit sebelum hujan lebat menguyur kota Jakarta pada hari Kamis siang (5/1/2012). Hujan lebat disertai angin yang turun selama sekitar satu jam tersebut mengakibatkan banyak pohon dan papan reklame tumbang di sejumlah kawasan. Kemacetan lalu lintas pun tak terhindarkan di sejumlah ruas jalan protokol di Jakarta. Atap jembatan penyeberangan di Season City,  juga lepas dan terbang.  Menurut Kepala Direktorat Lalu Lintas Polada Metro Jaya, ada lima papan reklame dan 45 pohon yang tumbang ke badan jalan. Satu orang tewas, dan dua orang terluka di kepala akibat tertimpa papan reklame. Kemudian sedikitnya 16 mobil ringsek tertimpa pohon, termasuk mobil patrol polisi, sebuah kafe dan banyak tiang listrik. Akibat dari itu semua, arus lalu lintas macet total di banyak tempat. Belum lagi kemacetan yang disebabkan genangan air akibat rob. Suami saya dari Kelapa Gading ke Tanjung Duren, terjebak kemacetan lebih dari tiga jam.

Awan yang gelap, hujan dan angin kencang tidak hanya melibas dan menghempas kota Jakarta, tetapi juga kerapkali melibas dan menghempas kehidupan kita. Bukankah kita sering kehilangan arah dan tujuan hidup kita, sehingga kita tersesat di tengah jalan, dan bahkan hidup jauh dari Tuhan?! Satu-satunya yang kita perlukan dalam situasi dan kondisi itu adalah terang kasih Tuhan yang menuntun jalan hidup kita. Keempat bacaan kita tadi memperlihatkan, bagaimana ketidakadilan dan penindasan melibas kehidupan orang beriman. Kemerosotan moral, perebutan kekuasaan dan kemiskinan menjadi kenyataan hidup, yang harus kita kunyah setiap hari. Namun dibalik itu semua, kita yakin bahwa Allah adalah sumber kebenaran yang membela hak orang yang lemah, yang menghakimi dan menghukum secara adil, dan menyatakan pembebasan bagi umat-Nyua. Saudara2, dari Rasul Paulus, kita belajar untuk menemukan kekuatan dan kasih karunia dari Allah yang  begitu berlimpah, sehingga kita mampu mengubah atau mentransformasi penderitaan dan kesesakan hidup kita, menjadi berkat yang menyelamatkan bagi banyak orang. Menurut Rasul Paulus, dalam kelemahan kita kuasa Tuhan itu menjadi sempurna.

Dalam Injil Matius 2:1-12, dikisahkan bagaimana orang Majus datang ke Betlehem setelah melihat sebuah bintang yang begitu cemerlang. Mereka melakukan perjalanan yang sangat jauh dari negara Iran ke kota betlehem di Palestina. Menurut perkiraan, jarak dari negara Persia (kini Iran) menuju Betlehem sekitar 1000 mil atau sekitar 1600 km. Namun tampaknya jarak geografis dan kesulitan dalam perjalanan tidak menghalangi tekad dan semangat mereka untuk mengkuti perjalanan “bintang,” yang diyakini menunjuk pada kelahiran seorang raja yang agung dan berkuasa. Mereka bukan hanya pandai dan cakap menganalisa letak, posisi dan bentuk “bintang-bintang” tetapi juga memiliki kepekaan untuk menangkap pesan khusus dari “bintang” yang mereka lihat bergerak menuju tanah Israel. Dengan demikian, perjalanan hidup mereka dipimpin oleh terang Allah dalam bentuk bintang yang cemerlang, sehingga akhirnya mereka dapat berjumpa dengan bayi Yesus. Perjumpaan orang-orang Majus dengan bayi Yesus tersebut menunjukkan kepada kita, bahwa kedatangan Kristus tidak terbatas hanya bagi orang-orang Yahudi, tetapi juga terbuka dan tertuju kepada seluruh umat manusia. Hal ini selaras dengan ucapan malaikat Tuhan kepada Yusuf yang berkata, “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka,” karena Yesus adalah Juruselamat yang akan menyelamatkan seluruh umat manusia dari kuasa dosa. Bila orang-orang Majus tersebut tidak lagi memperhitungkan jarak yang sangat jauh, dengan kondisi jalan darat yang tidak sebaik pada masa kini, maka hal ini membuktikan betapa besar keteguhan hati dan semangat mereka untuk berjumpa dengan bagi Yesus.  Saudara2, spiritualitas  yang seperti inilah yang patut kita miliki, sehingga dalam melakukan sesuatu yang berkaitan dengan panggilan Tuhan, kita akan melakukannya secara total, bahkan rela mengorbankan seluruh kehidupan kita untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Persoalannya sekarang, adalah maukah kita terus dipimpin oleh terang Kristus, sehingga hidup kita hanya tertuju kepada Terang Kristus dan bukan uang, harta, jabatan atau pun kekayaan. Firman Tuhan dalam kitab Amsal 4:18 berkata, “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari!” Amin.

Selasa, 03 Januari 2012

BUDAYA MENYALAHKAN!

Kita hidup dalam budaya yang disebut sebagai budaya menyalahkan. Budaya ini telah berkembang selama bertahun-tahun, sehingga ketika ada sesuatu yang keliru, kita cenderung mencari orang yang akan kita salahkan. Kita lebih senang menunjuk dan melimpahkan kesalahan. Bahkan kita merasa tidak sabar dan tidak puas bila kita belum dapat menemukan orang yang dapat kita persalahkan. Ironisnya, hampir semua orang terjebak dalam budaya menyalahkan seperti ini, atau paling tidak tergoda untuk melakukannya: politisi, pemuka agama, wartawan, editor, komentator, akademisi, dan yang paling memprihatinkan, gereja. Namun, Yesus tidak melakukannya. yesus tidak menuding orang. Yesus tidak mencari-cari dan menghukum para pendosa. Yesus melihat mereka sebagai orang yang terluka, tersakiti, atau hilang. Ketika kita mencari-cari orang untuk dipersalahkan, kita tidak akan memperoleh padangan yang objektif tentang dunia, dan kita tidak akan dapat melihat tangan Allah bekerja dalam dunia kita. Kehidupan kita sebagai orang Kristen, bisa menjadi kesaksian profetik yang menentang budaya menyalahkan ini. Saya jadi ingat kisah ini. Seorang sufi tua mendapatkan penghasilan dari menjual barang-barang antik dan bekas. Para pembeli sering membayar dengan uang yang sudah lecek, robek, bahkan kadaluwarsa.  Bahkan sebagian pembeli mengaku sudah membayar belanjaannya, padahal belum. Penjual barang-barang antik dan bekas membuang jauh-jauh prasangka buruk pada para pembelinya. Saat ajalnya hampir menjelang ia menengadahkan tangannya ke surga sambil berseru, "Tuhan, selama hidupku aku menerima uang lecek, robek, bahkan kadaluwarsa. Sebagian bahkan lupa untuk membayar barang yang dibelinya. Mereka kemungkinan lupa membayar. Tuhan, aku mohon Engkau jangan menghakimiku. Aku ini ibarat uang yang lecek juga." Suara dari surga menanggapi doanya, "Bagaimana mungkin Aku menghakimi orang yang tidak pernah menghakimi orang lain?"