Halaman

Selasa, 20 Desember 2016

BERAGAMA VS BERIMAN






Manusia adalah mahkluk yang tidak pernah merasa puas. Ia terus mencari dan mencari. Dalam pencarian makna hidupnya manusia akan terus- menerus bertanya tentang makna hidupnya yang terdalam: apakah manusia itu, mengapa manusia hidup, dari manakah asal kehidupan manusia, mengapa ada penderitaan dan kesusahan, mengapa manusia bisa sakit, dan apa akhir dari kehidupan ini, kemanakah sesudah kematian?

Manusia serba terbatas. Semua pertanyaan tersebut merupakan suatu misteri yang tak terjawab. Karena keterbatasannya manusia tidak mampu menjawab semua pertanyaan tersebut. Pada akhirnya manusia mempercayakan seluruh hidupnya pada penyelenggaraan Tuhan melalui agama yang dianutnya. Itulah sebabnya hampir seluruh penduduk dunia ini menganut suatu agama tertentu.

Alasan manusia bergama. Sebagian manusia  menganut suatu agama karena suatu kewajiban sebagai seorang warga dari suatu negara, ada pula yang menganut agama karena suatu warisan dari orang tuanya, ada pula yang menganut agama karena dapat menemukan rasa aman, ada pula yang menganut agama karena dapat menemukan makna hidupnya, ada pula yang menganut agama agar hidupnya merasa tenang.

Alasan menentukan sikap. Dari berbagai alasan manusia menganut agama, sangat menentukan bagaimana mereka menghayati agama yang dianutnya. Jika menganut agama sebagai suatu kewajiban sebagai warga negara,maka orang akan melaksanakan ajaran agamanya sebagai kewajiban saja. Jika menganut agama karena warisan dari orangtuanya, maka orang akan melaksanakan ajaran agamanya sesuai/ seturut apa yang telah dilakukan orang tuanya.

Jika melalui agama yang dianutnya orang merasa aman, maka ia berusaha mencari perlindungan keamanan melalui agama yang dianutnya. Jika orang dapat menemukan makna hidupnya melalui agama yang dianutnya maka orang akan terus melaksanakan ajaran agamanya sampai dapat menemukan makna hidupnya. Pada kenyataannya banyak orang masih menghayati agamanya secara dangkal. Mereka mengaku sebagai orang beragama, namun hanya di KTP saja.

Hidup beragama yang benar harus didasarkan pada keyakinan bahwa Allah telah mengasihi manusia, Dialah sumber kasih, Sang Penyelenggara kehidupan, sehingga hidup beragama hendaknya mengarah pada relasi yang semakin dekat dan mendalam dengan Allah. Benarlah pernyataan ini, Beragama belum tentu beriman; beriman pasti beragama.”

Beragama yang benar berarti berusaha mengenal dan menjalin hubungan yang akrab dan mendalam dengan Allah dan sesamanya. Hidup keagamaan bukan hanya memperhatikan hal-hal lahiriah, melainkan juga yang batiniah.
Beriman berarti menjawab atau menanggapi panggilan, sapaan atau cinta kasih Allah. Kesadaran bahwa Allah sungguh mencintainya mendorong manusia untuk menanggapi kasih-Nya dengan mengimaninya. Dengan beriman, manusia sungguh sadar akan konsekuensinya.

Iman adalah hubungan kasih antara manusia dengan Tuhan. Manusia menyerahkan seluruh hidunya kepada Tuhan, karena manusia mengalami dirinya dikasihi oleh Tuhan. Dalam hubungan itu manusia secara pribadi mengungkapkan segala perasaan dan hasrat hatinya kepada Tuhan melalui bermacam ungkapan, antara lain dengan ibadah, doa dan pujian. Namun iman tanpa ungkapan atau penghayatan merupakan ungkapan yang tidak bermakna. Karena itu ungkapan dan penghayatan iman harus diwujudkan secara nyata dalam tindakan.

Ambil saja contohnya, untuk bisa menyerahkan dirinya kepada Tuhan manusia harus mengembangkan kemampuan dalam dirinya yaitu:

Pikiran      : manusia mampu berpikir, manusia mengerti dan merasakan Tuhan itu ada
Perasaan       : manusia merasakan bahwa Tuhan itu baik
Kehendak      : manusia terdorong untuk melakukan tindakan
Tindakan       : merupakan wujud dari kehendak manusia

Orang beriman yang baik mengetahui dan memahami kebenaran yang terkandung dalam iman itu; kemudian  mengolah dan menghayatinya dalam hati; mengungkapkannya melalui doa atu ibadat; akhirnya mewujudkannya dalam tindakan nyata sehari-hari

Ajaran Yesus dalam mewujudkan iman. Kita melakukan perbuatan baik yang berkenan kepada Allah bukan hanya pada perkataan saja
         Kita harus mau mengasihi secara radikal, maksudnya dengan sepenuh hati.
         Kita juga harus mencintai musuh-musuh kita.
         Tindakan baik itu perlu diwujudkan bagi sesama yang lemah, hina, miskin dan tak berdaya

Yohanes 1:1-18, seperti yang dikatakan oleh Dr. Leimena, adalah suatu bagian yang indah dari Kitab Suci. Malahan lebih daripada itu, salah satu bagian yang paling indah dan paling penting dari seluruh Kitab Suci karena Injil Yohanes menekankan mengenai keallahan dan kemanusiaan Yesus.

Identitas Yesus sebagai Allah dan manusia dijelaskan dalam Yoh. 1:1-18, dan  dipertegas oleh Yohanes melalui kesaksiannya kepada kepada para utusan dari Yerusalem dalam Yoh. 1:19-28. Dengan demikian Yoh. 1:1-18 jika dilihat dari konteks keseluruhan Injil Yohanes merupakan bagian dari tujuan Injil Yohanes supaya para pembaca yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah dan mereka yang telah percaya imannya boleh dibangun.

Allah rela menjadi seperti manusia (namun tanpa menghilangkan aspek keilahian-Nya), untuk menjangkau dan menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Allah tidak mau manusia yang telah diciptakan-Nya serupa dan segambar dengan Dia dihancurkan kuasa dosa. Untuk itu Allah datang sebagai manusia agar manusia menyadari betapa besarnya kasih Allah akan dunia.

Hidup kita adalah Sebuah Persembahan yang Hidup bagi Allah. Dalam surat Roma 12:1-2, Rasul Paulus berkata, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:1-2)