Misteri
kebangkitan Yesus tidak mudah ditangkap oleh nalar manusia. Para imam-imam
kepala dan tua-tua Yahudi merekayasa sebuah cerita bohong dan menyogok para
serdadu Romawi agar tidak menyebar luaskan cerita kebangkitan itu (bnd. Matius 28:11-15).
Sangat memalukan sebenarnya bagi para pemuka agama Yahudi untuk
"bersekongkol" dengan serdadu-serdadu Romawi yang mereka benci. Namun
apa boleh buat, gengsi, prestise dan otoritas mereka jauh lebih penting
daripada mengungkap kebangkitan Yesus. Bukankah kisah sejarah kerapkali
berulang, demi mempertahankan gengsi, prestise dan otoritas,
"kebenaran" kerapkali diputar-balikkan, bahkan dipinggirkan dan
dikesampingkan? Konon tidak ada lembaga/institusi yang steril dari
kecenderungan ini. Sampai sekarang, cerita bohong masih digunakan oleh
pihak-pihak tertentu untuk menutupi kebenaran atau fakta yang sesungguhnya.
Bagi
para murid, kabar kebangkitan Yesus telah mengubah segalanya. Maria Magdalena
dan Maria ibu Yakobus (Markus 28:1) yang pergi ke kubur dengan rasa sedih yang
mendalam, kembali dengan penuh sukacita dan tujuan yang baru, karena Yesus
sudah bangkit. Kebangkitan Yesus mengubah kesedihan menjadi sukacita;
keputus-asaan berubah menjadi pengharapan, dan ketiadaan tujuan berganti dengan
pengetahuan bahwa dalam iman, kita dipersatukan dengan Kristus dalam kematian
dan kebangkitan-Nya. Untuk bertemu dengan Yesus yang sudah bangkit, kita harus
membuang segala kesombongan dan ketegaran hati kita. Dengan menyangkal diri,
kita akan dibebaskan dari "liang kubur cinta diri" dan menuntun kita
menuju cahaya Kristus yang bangkit. Selamat Paskah!
(Sumber: Unknown)