"THE ROAD TO
EMMAUS"
Oleh:
Pdt. Maryam Kurniawati D.Min
Bacaan Alkitab: Lukas
24:27-34; 50-52
Untuk pertama kalinya, dalam rangka
Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke sorga, saya terinspirasi oleh goresan salah
seorang jemaat (yang saya kenal dengan sangat baik) dari Yasmin di salah satu
media sosial, yang mengatakan "A
long road to freedom, GKI Yasmin." Hati saya tergetar menangkap
pergulatan yang terungkap di dalam goresan tersebut. Mungkin baru kali ini (dalam
tahun kedua puluh empat plus tiga bulan) sebagai salah seorang Pendeta Gereja
Kristen Indonesia, saya membawakan materi kotbah yang mempertautkan perjalanan
kedua murid ke Emmaus dan Kenaikan Yesus ke sorga dalam sebuah refleksi yang
berjudul "The Road To Emmaus." Saya yakin Tuhan
berbicara kepada saya melalui berbagai cara, dan juga melalui goresan hati
jemaat Yasmin, sehingga pada pagi hari ini, saya ingin mengajak kita untuk
merefleksikan "A long road to
freedom, GKI Yasmin" menjadi "Emmaus
Journey."
Emmaus
Journey (EJ) merupakan
pengalaman dua murid Yesus dalam perjalanan (Journey) mereka ke sebuah kampung bernama Emaus (Emmaus). Emaus disebut adalah
sebuah
“dusun” yang letaknya kira-kira 11 km dari Yerusalem. Ketika orang menyebut nama "Emaus,"
muncul harapan - tampilnya seorang Mesias yang akan membangun kembali kejayaan
mereka di masa lampau. Namun pada saat yang sama muncul "cita-cita yang
berakhir dengan kekecewaan" karena Yesus dihukum mati sebagai pemimpin
gerakan politik. Hancur sudah semua harapan dan impian para murid. Sebab itu
"Emmaus Journey" menjadi sebuah perjalanan batin untuk menjernihkan, meluruskan harapan, dan angan-angan mereka tentang siapa
Yesus yang sesungguhnya.
Dalam Injil Lukas
24:27-34 dikisahkan Kelopas dan temannya dalam perjalanan ke Emaus. Kedua murid
itu sedih dan kecewa karena Yesus telah dibunuh sebagai seorang penjahat. Mimpi
mereka bahwa Yesus adalah Mesias yang mengubah dunia hancur berantakan dan hilang
lenyap. Guru terkasih mereka telah mati. Teman seperjalanan yang membuka masa
depan yang cerah telah hilang. Dalam perjalanan mereka berkata, “Mungkin kami
salah menilai bahwa Dia yang diutus Allah. Mungkin Dia menipu kami. Mungkin
kami juga akan dikejar-kejar oleh imam-imam kepala sebagai pengikut-pengikut
seorang pemberontak…”
Dalam keputusasaan dan
kebingungan, mereka pulang ke kampung halaman. Mereka mungkin akan diejek dan
dikritik, bahkan mungkin ditertawakan orang karena “kebodohan” mereka. Mungkin
kita sering punya perasaan-perasaan seperti itu. Kita sering merasa sedih,
kecewa dan marah bila diperhadapkan dengan kejahatan, ketidakadilan dan
ketidakbenaran. Kita sering merasa sedih, kecewa dan marah ketika kita
diperhadapkan dengan tindak kekerasan, penindasan dan penganiayaan. Kita merasa
sedih, kecewa dan marah ketika harapan, cita-cita dan angan-angan kita hilang
lenyap. Kita merasa sedih, kecewa dan marah ketika kepercayaan kita kepada
Tuhan dihancurkan. Kita sedih, kecewa dan marah ketika kita dituduh dan
mengalami penolakan. Tidak ada lagi yang tersisa, selain dukacita dan
keputusasaan yang menggerogoti hati dan jiwa kita. Hasilnya? Kita tidak mau
tahu mengapa Tuhan harus menderita dan mengapa kita harus menderita? Kita lupa
bahwa Yesus masih berjalan bersama kita di tengah semua kesulitan dan
pengalaman pahit kita.
Seperti murid-murid pada
zaman-Nya, kita mengharapkan Mesias yang mampu menjamin kesejahteraan hidup
kita. Kita mengharapkan Mesias yang mampu mendatangkan kesejahteraan bagi
gereja dan persekutuan kita, bahkan kesejahteraan di dunia ini. Tetapi
sayangnya, bukan itu yang ditawarkan Yesus kepada kita. Yesus tidak memberikan
"jalan tol" yang bebas hambatan bagi kita. Bila Kleopas dan temannya
diminta untuk mengingat kembali semua yang sudah mereka alami, serta berdialog
dan membiarkan diri diperkaya oleh-Nya, maka kita pun diajak untuk
mengingat kembali semua yang sudah kita
alami sebagai jemaat Yasmin. Ia mengajak kita untuk berdialog dan membiarkan
diri kita diperkaya oleh-Nya. Itulah hebat-Nya Yesus! Itulah sebabnya mengapa perjumpaan
Kleopas dan temannya dengan Yesus yang bangkit itu menjadi sumber kekuatan yang
merebak ke luar dan menyentuh hati banyak orang. Melalui kotbah Petrus di hari
Pentakosta misalnya, semakin jelas bahwa Kebangkitan Kristus itu bukan rekayasa
dan bukan
gagasan para murid Yesus belaka. Kristus yang bangkit itu kini berbagi daya hidup ilahi melalui Roh Kudus, yang menjadi satu-satunya sumber
kekuatan mereka.
Kebangkitan Kristus
telah mengubah hidup para murid dari dikuasai kematian, dukacita, keputus-asaan,
dan ketiadaan pengharapan, menjadi kehidupan yang dimerdekakan. Relevansinya
bagi kita, jemaat Yasmin adalah menjadikan perjuangan dan pengalaman pahit (karena perlakuan yang tidak adil dan konspirasi
jahat antara kekuatan agama dan politik) sebagai "Emmaus Journey." Hari ini, Spiritualitas “Emmaus Journey”
mengajak setiap kita untuk menyadari kasih dan penyertaan Kristus dalam setiap
langkah, hidup dan perjuangan kita. Seberapa pun besarnya kesulitan yang
dihadapi, dan seberapa pun dalamnya kesedihan hati yang dialami, Roh Kudus
(yang dalam bahasa aslinya "parakletos"
yang berarti Penolong, Penghibur, Pembela) lah yang menjadi satu-satunya daya
dan sumber kekuatan hidup. Sebab itu jangan menyerah!
Roh Kudus adalah Roh
Allah yang hadir di dalam diri kita. Ia mendampingi kita dalam perjalanan hidup
kita setiap hari. Dialah Penolong, Penghibur dan Pembela, lewat sapaan seorang
anak. Lewat teguran seorang teman. Lewat kelembutan pasangan hidup kita. Dalam
segala kesempatan, seorang teman, seorang sahabat dikirimkan-Nya untuk hadir
dalam hidup kita. Roh Kudus bekerja bukan hanya pada saat kita menerima
pertolonganNya, tetapi juga saat kita dipakai-Nya menjadi penolong, penghibur
dan pembela bagi sesama kita. Setiap hari, setiap minggu Kristus yang bangkit
itu mendampingi, membimbing dan mencoba mengarahkan hidup kita. Setiap hari,
setiap minggu Kristus yang bangkit itu hadir bersama kita. Kita dapat merasakan
kehadiran-Nya, kasih-Nya dan kuasa-Nya yang bekerja dalam hidup kita bertekun dalam
doa. Persoalannya, adalah apakah kita mau hidup bersama Kristus setiap hari,
setiap saat bahkan dalam setiap tarikan nafas kita? Mari kita minta kepada
Kristus yang bangkit agar Ia menerangi hati kita dan memberikan kepada kita
ketekunan untuk dapat menemukan karya dan kehendak-Nya dalam hidup kita.
Marilah kita minta kepada Kristus agar Ia memberikan kepada kita keberanian
untuk melaksanakannya.
Pos Taman Yasmin, 14 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar