Bacaan Alkitab: Yunus 3:1-5, 10, Markus 1:14-20
Seorang Guru di India kaget menerima uang sebesar 9,8 Milliar US dollar di dalam rekening Banknya. 9,8 Milliar US dollar setara dengan 91 Trilliun. Parijat Saha, tak menyangka rekeningnya membengkak secara fantastis. Sebelumnya ia hanya memiliki 200 US dollar di dalam rekeningnya. Melihat jumlah gaji yang diterima Parijat sebagai seorang guru, yang setiap bulannya 700 US dollar, rasanya tidak mungkin uang milliaran dollar yang masuk ke rekeningnya berasal dari sana.
“Pada hari Minggu malam, ketika saya memeriksa saldo tabungan saya di Internet, saya memperkirakan jumlahnya lebih sedikit dari 10.000 rupee (200 US dollar),” kata Parijat, yang tinggal di kota Balurghat, yang dikutip oleh BBC hari Kamis 919/1/2012). Ketika melihat uang dengan jumlah yang fantastis di rekeningnya, Parijat mengaku sempat terkejut dan melotot dibuatnya.
“Saya menelpon seorang teman di Bank dan bercanda, mungkin uang melimpah di Bank Anda, itulah sebabnya mengapa Bank Anda telah menyetorkan begitu banyak uang ke dalam rekening saya,” katanya. Parijat segera mengembalikan uang misterius itu ke Bank Negara India (SBI). Namun pejabat Bank tersebut tidak mau mengomentari uang yang tidak jelas asal muasalnya dalam rekening Parijat, dan Kantor Pusat Bank Negara India tengah menyelidiki dan mencari tahu mengapa hal itu bisa terjadi.
Rasanya sungguh tidak masuk di akal, bila mendapatkan uang dalam jumlah yang sangat fantastis, Parijat segera menghubungi temannya, dan mengembalikan uang sebesar 91 Trilliun tersebut ke Bank Negara India. Ditengah-tengah maraknya korupsi yang terjadi di negara kita ini, jangankan 91 Trilliun, 20 Trilliun saja bisa amblas dalam sekejab bila uang itu masuk ke dalam rekening para koruptor di negara ini. Koq masih ada orang yang jujur dan baik hati seperti Parijat? Nah kira-kira apa jadinya, jika uang tersebut masuk ke dalam rekening Saudara dan saya? Apakah kita bisa seperti Parijat, segera mengembalikan uang tersebut? Saudara2, kisah nyata Parijat di India ini, mau memperlihatkan kepada kita, bahwa Tuhan bisa memanggil setiap orang, apa pun latar belakang suku, ras, budaya dan agamanya. Siapapun dia. Tuhan menciptakan dan menempatkan manusia di dunia ini, bukan suatu kebetulan. Ada maksud Tuhan untuk menggenapi rencana-Nya melalui panggilan khusus yang Tuhan sudah siapkan bagi setiap orang, siapapun dia dan bukan hanya Saudara dan saya. Panggilan Tuhan dalam hidup manusia, adalah untuk menyadari kehendak Tuhan dan tujuan Tuhan dalam hidup manusia, bahkan untuk membawa kebaikan serta kemuliaan nama-Nya.
Dalam Kitab Yunus 3:1-5, kita menemukan panggilan Tuhan yang diberikan kepada Yunus supaya ia pergi ke kota Niniwe. Sangat sulit bagi Yunus untuk mentaati panggilan Tuhan untuk melayani orang Niniwe, karena bagi Yunus, orang-orang Niniwe itu jahat, dan karena itu mereka pantas dihukum dan dibinasakan. Yunus tidak bisa menerima kenyataan, kalau Tuhan menginginkan orang-orang Niniwe bertobat dan bebas dari hukuman-Nya. Namun seperti Yunus, Tuhan juga punya panggilan kepada setiap orang termasuk kita. Oleh karena itu, Tuhan memanggil kita untuk mengasihi dan melayani setiap orang, termasuk orang-orang yang menurut kita tidak pantas untuk dikasihi dan dilayani. Mungkin mereka adalah orang-orang yang berbuat jahat kepada kita. atau mungkin orang-orang yang mengkhianati kita, atau bahkan yang menyakiti atau melukai hati kita. Di dalam Efesus 2:10 Rasul Paulus mengatakan, bahwa kita ini adalah buatan Allah yang diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik; yang dipersiapkan Allah sebelumnya, dan Ia mau supaya kita hidup di dalamnya. Belum pernah ada di katakan oleh Alkitab, bahwa Tuhan memanggil kita untuk melakukan pekerjaan yang buruk. Berbuat jahat dan mengkhianati teman baik kita, atau menyakiti dan melukai teman-teman kita.
Respon Yunus terhadap panggilan Tuhan adalah tidak taat, sehingga ia melarikan diri ke Tarsis. Yunus berpikir dengan melarikan diri ke Tarsis, maka ia bisa lari dari panggilan Tuhan. Yunus lupa, bahwa Allah itu Mahatahu. Yunus juga tidak sadar, bahwa ketidaktaatannya terhadap panggilan Tuhan membawa resiko bagi dirinya, dan juga bagi orang-orang yang ada di sekitarnya, karena gara-gara Yunus, nyawa mereka terancam bahaya. Di dalam perahu yang menuju ke Tarsis, angin dan badai melibas dan menghempas mereka, sehingga Yunus akhirnya harus dilemparkan ke dalam air.
Saudara, memenuhi panggilan Tuhan, bukan berarti tanpa pengorbanan, karena kita harus keluar dari zona aman kita dengan segala resikonya. Namun taat pada panggilan Tuhan adalah pilihan terbaik, apapun resikonya. Berat, tetapi jadi berkat! Sebaliknya, jika menolak panggilan Tuhan, resikonya adalah seperti Yunus, mengalami masalah. Bahkan menjadi sumber masalah bagi orang lain. Oleh karena itu, kita perlu belajar dari murid-murid Yesus, seperti Simon Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes yang taat pada panggilan Yesus, sehingga kita tidak mengalami masalah dan menjadi sumber masalah bagi orang lain. Dalam Markus 1:14-20 kita menyaksikan Bagaimana Simon Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes menyambut dengan positive panggilan Yesus terhadap mereka, sehingga mereka diberi kepercayaan untuk melakukannya tugas yang lebih bear lagi, ketimbang hanya menjadi seorang nelayan saja. Saudara2, kita sering menggunakan berbagai alasan untuk menolak panggilan Tuhan dalam hidup kita. Misalnya dengan alasan, tidak mampu, belum layak, belum saatnya, belum memungkinkan dan sebagainya. Kita lebih suka menghindar untuk menunda, dan kita menunda untuk menghindar. Akhirnya, sebagai orang Kristen, tidak melakukan apa-apa.
Saudara2, Tuhan memanggil kita, bukan karena kita mampu, layak dan berpotensi. Ia memanggil kita karena kehendak-Nya, yaitu supaya kita hidup melakukan panggilan-Nya. Seorang teolog, Karl Barth pernah mengatakan, “Tanpa Allah manusia mau, tetapi manusia tidak mampu. Tanpa manusia Allah mampu, tetapi Allah tidak mau.” Dalam kenyataannya, Allah senantiasa memakai manusia dalam mewujudkan misi dan kehendak-Nya. Allah memanggil dan memakai kita manusia, bukan karena tanpa kita Allah tidak berdaya, tetapi karena kehendak-Nya. Oleh karena itu, marilah kita melihat setiap bentuk pelayanan sebagai sebuah anugerah, atau pemberian Allah, apapun itu. Kita harus melakukannya seperti untuk Tuhan, dan bukan untuk manusia, sehingga kita benar-benar melakukan apa yang Tuhan mau.
Martin Luther King mengatakan, "Apa pun tugas hidup, lakukan dengan baik. Seseorang mestinya melakukannya pekerjaannya sedemikian baik, sehingga mereka yang hidup, yang sudah mati, dan yang belum lahir tidak mampu melakukannya lebih baik lagi. Tuhan memberkati pelayanan kita dan orang lain pun akan mendapatkan berkat dari pelayanan kita. Dalam surat Kolose 3:23-24 Rasul Paulus mengatakan kepada kita, ”Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan, dan kamu hamba-Nya!” Soli Deo Gloria.