"MARILAH KEPADAKU ..."
Pdt. Em. Maryam Kurniawati D.Min
Thomas
Smith, seorang musisi, suatu saat berjalan-jalan di toko gadai ecara spontan perhatiannya
tertarik pada gitar di sudut etalase, gitar yang tampak dekil dan hanya
memiliki satu senar berkarat. Sebagai musisi, ia mengenali alat musik yang
bermutu. Dan ia tahu gitar buruk rupa itu sebenarnya sangat berkualitas.
Dibelinya gitar itu dengan harga 30 dolar! Perlu waktu satu bulan untuk
membersihkan gitar itu, memperbaiki bagian yang rusak, dan memasang senar baru.
Benar saja, gitar itu mengalunkan suara yang begitu merdu saat Thomas
memainkannya. Membuat iri teman-teman musisi lain yang memiliki gitar dengan
harga yang jauh lebih mahal.
Dari
kisah Thomas kita belajar, cara pandang Tuhan acap kali berbeda dengan kita. Dia tidak pernah melihat tampak atau penampilan
luar, karena lebih tertarik kepada hati kita, dan hidup kita bernilai bukan
karena segala hal yang kita miliki, melainkan karena Tuhan lah yang memilih,
menentukan, dan mengangkat hidup kita. Mengapa Tuhan memilih, menentukan, dan
mengangkat hidup kita? Jawaban yang pasti, adalah karena penderitaan dan beban
hidup kita terlalu berat untuk kita pikul sendiri.
Bukankah setiap keluarga mempunyai salibnya masing-masing (leder huis heeft zijn eigen kruis)?
Bukankah setiap keluarga mempunyai salibnya masing-masing (leder huis heeft zijn eigen kruis)?
Di
sekeliling kita, banyak orang menderita karena kehilangan pekerjaan. Banyak
orang susah dan menderita karena mempunyai anak yang berkebutuhan khusus
(autis, cacat ganda dll). Banyak orang yang menderita penyakit yang tak kunjung
sembuh. Banyak pula orang menderita karena kematian orang yang dikasihinya ... Jorgen
Moltmann dalam The Crucified God berpendapat bahwa Allah menyatakan
diri-Nya kepada manusia melalui penderitaan dan salib, dan bukan lewat kuasa
dan kemuliaan. Sebab itu Allah solider, bahkan berpartisipasi, merasakan,
menebus dan memberi kelegaan kepada manusia dari penderitaan yang dialaminya!
Yesus
berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang
letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah
pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.Sebab
kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan” (Matius
11:28–30).
"Pikullah
kuk yang Kupasang!” Apa yang dimaksudkan Yesus dengan memakai kata “kuk’ dalam pengajaran-Nya itu? Kuk adalah sebatang kayu yang dibentuk untuk mengekang dua ekor sapi, dan menjaga mereka supaya terikat bersama sehingga
mereka dapat berbagi beban secara
seimbang. Memikul kuk berarti taat kepada Dia dan mau bekerja untuk Dia. Ia
berkata bahwa kuk-Nya enak dan beban yang Ia berikan ringan. Alkitab sering
berbicara kepada kita tentang beban dalam arti perbudakan atau kewajiban. Namun
bila Yesus memerintahkan kita untuk memikul kuk yang Dia pasang, itu bukan
berarti bahwa Dia ingin menambahkan beban kepada kita.
Dia justru mengajak kita untuk “Berserah dan Berbagi” sehingga kita dapat terus berjalan
bersama-Nya sambil memikul bersama beban itu, sehingga beban kita pun akan
menjadi lebih ringan. Satu-satunya cara Tuhan untuk mengangkat beban kita adalah
dengan kerelaan-Nya memikul beban itu bersama dengan kita; tetapi di saat yang sama
itu kita juga harus menyerahkan diri kepada-Nya, agar Dia dapat mulai mengendalikan hidup kita! Oleh karena itu menjadikan Dia segalanya bagi kita,
adalah pilihan yang terbaik. Izinkanlah
Ia mengendalikan segalanya,maka Dia akan
berurusan dengan beban hidup kita.
Langkah berikutnya, adalah belajarlah dari Yesus, sehingga kita dapat memahami
apa dan bagaimana cara kita bertindak. Lihatlah bahwa Dia akan memberikan kita kuasa, dan akan memampukan
kita untuk menghadapi segala ujian, cobaan dan tantangan dalam kehidupan ini!
Selamat menjalani hari-hari indah bersama-Nya!
Selamat menjalani hari-hari indah bersama-Nya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar