LET’S MAKE FRIENDS EVERYWHERE …
Bacaan
Alkitab: Yohanes 15:9-10
Di
dunia ini, sesungguhnya semua orang saling membutuhkan. Tak ada satu pun
manusia yang bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Sehebat apapun dia,
pasti membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Contohnya, setiap hari kita
membutuhkan pasokan makanan yang sehat. Dari bahan bakunya: nasi putih hingga
nasi merah. Kemudian lauk-pauknya, dari ikan, daging ayam atau daging sapi.
Sayur kangkung atau bayam, buah pisang atau jeruk atau mangga. Semuanya memang
bisa kita peroleh di supermarket, di pasar atau di tukang sayur. Nah apa
jadinya, kalau tidak ada yang memasok beras, telur, ikan, daging, sayur dan
buah-buahan ke supermarket, pasar atau tukang sayur? Apa jadinya kalau tidak
ada orang yang menanam padi, beternak ayam, sapi, menanam sayur-sayuran dan
buah-buahan? Mungkin kita bisa mengolah atau memasak bahan baku makanan apa
saja, tapi kalau tidak ada orang yang menjualnya atau yang mengadakannya untuk
kita? Boleh jadi, kita harus menanam padi sendiri dan mengolahnya menjadi
beras. Kemudian menanam sayur-sayuran dan buah-buahan, dan berternak ayam dan
sapi untuk memenuhi kebutuhan pasokan makan kita setiap hari. Contoh lainnya: di
Wahid Blog Dunia Informasi dan Pembelajaran, saya menemukan sebuah survey
terhadap 2500 orang yang membuktikan bahwa 79 persen orang yang tidak bisa
hidup atau tidak dapat melewatkan satu hari pun tanpa Facebook. Survei yang
diselenggarakan oleh Busted Coverage,
majalah Coed dan College Candy itu mengungkapkan, hampir 50 responden menyadari
ketergantungan mereka terhadap media sosial untuk mendapatkan kabar-kabari
seputar kehidupan teman mereka. Lebih dari 40 persen responden mengatakan,
langsung membuka Facebook sebelum sikat gigi di pagi hari. Sangking
kecanduannya, 20 persen responden yang menghapus akun mereka (karena kesal
terhadap layanan Facebook) akhirnya membuat profil Facebook baru. Di Indonesia
saja, pengguna Facebook sejumlah 22 juta jiwa dengan rata-rata kunjungan mereka
ke Facebook 30 kali dalam sebulan, sedangkan Twitter 6 juta. Berarti setiap
hari, orang selalu menempatkan dirinya dalam jejaring sosial atau membangun
relasi dengan orang lain.
Survey
ini juga membuktikan kepada kita, bagaimana orang saling membutuhkan, dan tidak
mungkin orang bisa hidup sendirian tanpa teman atau orang lain. Oleh karena
itu, percayalah, hidup kita akan sangat susah dan tidak menyenangkan, jika seandainya
kita hidup seorang diri saja di dunia ini. Kita bersyukur kepada Tuhan, jika
sampai hari ini, Tuhan menghadirkan begitu banyak orang (baik suami, istri,
orangtua, anak, teman, saudara dan lain sebagainya) untuk membantu kita dalam
mencukupi semua kebutuhan kita. Kita bersyukur pula, jika kita masih diberi
kemampuan oleh Tuhan untuk berbagi dan membantu orang lain. Bagaimana
pun juga sebagai makhluk sosial, kita semua saling tergantung dan saling
membutuhkan satu sama lain. Dengan sangat indah misalnya, Martin Buber
menggambarkan bagaimana seharusnya kita menempatkan orang lain di dalam
kehidupan kita, dalam relasi “I and Thou” dan bukan “I and It.”
Dengan menempatkan orang lain sebagai subyek, kita akan belajar untuk
menghargai dan mengasihi mereka dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka.
Sebaliknya, dengan menempatkan orang lain sebagai obyek, kita akan
memperlakukan orang lain sesuka hati kita. Bahkan memanfaatkan mereka demi
kepentingan kita. Ibarat kata, habis manis sepah dibuang, maka selama mereka
masih berguna atau bermanfaat, kita akan memperlakukan mereka dengan baik. Dan
ketika orang itu sudah tidak kita perlukan, kita akan mengesampingkan atau
menyingkirkannya dari kehidupan kita.
Dalam perikop yang kita baca tadi, Tuhan
Yesus menggambarkan dua dimensi Kasih
yang sangat penting dalam hidup kita. Pertama, kasih yang kita alami dari
Allah, yang diekspresikan melalui Tuhan Yesus Kristus. Kedua, kasih yang kita
alami dalam komunitas (baik keluarga, rekan kerja dan lain
sebagainya) kita sebagai dampak
dari kasih Allah kepada kita. Kedua dimensi Kasih itu sama seperti Hukum Kasih,
mau menegaskan kepada kita, bahwa kita harus mengasihi Allah
dengan mengasihi sesama. Dengan mengasihi sesama, kita melakukan
perintah-perintah-Nya. Maka kasih Allah itu menjadi dasar untuk mengasihi
sesama. Inilah esensi dari mengasihi sesama, karena itu dengan mengasihi Allah,
kita juga dituntut untuk mengasihi sesama. Dengan mengasihi sesama, kita akan belajar untuk mengubah
pola pikir dan pola hidup kita, yang semula hanya terarah kepada diri sendiri saja,
untuk kemudian hidup di dalam rumah kasih dan mengungkapkan kasih kita kepada
orang lain yang ada di sekitar kita. Itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus mengatakan, “Tinggallah di dalam
kasih-Ku itu.” Dengan tinggal di dalam kasih-Nya, Tuhan Yesus menginginkan kita
untuk membuka
cara berpikir yang baru: hidup
di dalam kasih. So let’s make friends everywhere and always keep a Good relationship
with them. Dengan memiliki banyak teman dan bersikap baik dengan
mereka, semakin banyak pula orang yang tergerak untuk mau membantu kita ketika
kita sedang berada dalam posisi sulit. Oleh karena itu banyak sekali manfaat
yang bisa kita dapatkan dengan memiliki banyak teman dan selalu membina hubungan
baik kepada orang lain. Contohnya, semakin banyak orang yang peduli terhadap
kita, akan semakin banyak pula support yang bisa didapatkan untuk memotivasi
kita dalam melakukan sesuatu. Seperti sekarang ini, kita perlu memiliki networking. Networking yang luas dapat membantu atau memudahkan jalan kita
terhadap sesuatu. Contohnya saja, ketika kita berusaha mencari sponsor untuk
acara kita. Pasti pernyataan yang sering ditanyakan adalah “Eh, kamu punya
link sponsor ini nggak ? Kalau link media partner itu ada nggak ?”. Atau
seandainya kita sedang mencari bintang tamu untuk acara kampus, pasti kita akan
senang kalau ada teman kita yang berkata, “Eh si artis ini temen saya nih,
bisa lah nanti dikasih murah”. Nahhh … menyenangkan bukan kalau kita
memiliki banyak kenalan? Apalagi orang yang kita kenal adalah orang-orang yang
hebat, karena tentunya hal tersebut merupakan suatu bentuk keberhasilan kita
dalam memperluas networking. Dalam surat Roma 12:9-10
Rasul Paulus berkata, “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang
jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara
dan saling mendahului dalam memberi hormat.” Semoga kita semua mampu membuka telinga
terhadap suara kasih Tuhan yang tersembunyi di dalam hati kita. Amin.