Pernikahan
dapat kita umpamakan sebagai sebuah perjalanan yang panjang. Perjalanan
tersebut dapat saja menyebalkan, membuat kita sedih, kecewa, stress dan
tertekan, bila jalannya penuh dengan onak dan duri, krikil dan lubang-lubang. Sebaliknya,
perjalanan itu dapat menyenangkan dan membahagiakan kita, bila ikatan kasih di
antara suami-istri dipupuk sehingga bertambah kuat dan mendalam. Dari berbagai
pengalaman yang saya hadapi di lapangan kehidupan, ada banyak pasangan suami
dan istri yang tidak dapat menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi dalam
perkawinan, bukan karena hebatnya persoalan yang mereka hadapi, tetapi karena
komunikasi yang terhambat dan tidak berkembang di antara mereka. Entah mengapa,
pada umumnya mereka tidak lagi memiliki keyakinan diri dan percaya akan
pasangannya. Ada kecurigaan dan ketakutan, bahwa suami atau istri ada main
dengan orang lain atau dengan teman sekantornya, karena dirinya sudah tidak
lagi ramping, ganteng atau cantik dan menarik. Ada kecurigaan dan ketakutan,
bahwa suami atau istri mereka akan menolak, bersikap kasar dan melukai hati
mereka. Oleh karena itu faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mengenal
lebih dekat pasangan kita, adalah memahami perbedaan-perbedaan yang dimiliki
baik oleh suami mau pun istri kita. Perbedaan-perbedaan inilah yang seringkali
menjadi pangkal sebab dari kesalah-pahaman yang menganggu ketenangan dan
suasana aman dalam rumah tangga. Perlu kita sadari, bahwa sebagai suami dan
istri, kita semua tidak sempurna dalam aspek-aspek tertentu. Maka dengan
mengetahui keterbatasan dan kekuatan masing-masing, kita bisa melihat dengan
perspektif yang benar dan mengetahui ke arah mana perbaikan harus diusahakan.
Pertama-tama,
dalam hidup berdampingan tidak mungkin semua hal harus sama. Kita perlu
mengetahui perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Contohnya, cara
memandang dan melihat hal-hal tertentu, berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Bagi laki-laki, rumah lebih merupakan tempat bersantai, melepaskan segala
kepenatan. Karena itu pekerjaan rumah dan anak-anak, tidak menjadi prioritas. Sebaliknya,
bagi istri, urusan kantor bisa dibawa ke rumah. Melihat rumah yang berantakan
dan tumpukan piring kotor, dapat membuat istri gampang kesal dan marah.
Berikutnya, laki-laki dan perempuan memiliki sifat, karakter dan kepribadian
yang berbeda. Perempuan, memiliki
derajat kematangan emosional lebih dari laki-laki, karena itu perempuan
siap untuk peran dan pekerjaannya di rumah. Sebaliknya, laki-laki justru
mencari harga diri dan suksesnya di luar rumah, karena itu dalam hal-hal
tertentu istri dapat berperan membimbing. Namun pada kesempatan lain, suamilah
yang berperan. Diperlukan keterbukaan hati, dan bukan sikap kasar dan agresif
yang mengurangi rasa hormat atau harga diri pasangan. Dengan demikian
kecenderungan untuk merendahkan atau melecehkan pasangan patut kita hindari. Sebagai
gantinya, berupaya lah terus untuk menjadi pendamping yang terbaik bagi pasangan
kita dan pupuklah minat bersama, bukan minat dan keinginan kita sendiri.
Kesemuanya ini dapat kita laksanakan dengan, cinta kasih, sebagai landasannya. Kasih
yang membebaskan dalam hubungan mana pun dapat dirumuskan sebagai kepedulian dan
komitmen dari kita secara timbal balik, sehingga pasangan hidup kita dapat
mewujudkan jati dirinya secara penuh. Ketidakbahagiaan dan konflik dalam
perkawinan, kerapkali disebabkan karena hubungan yang tampaknya baik, tetapi bagaikan
api dalam sekam, karena jalur komunikasi tertutup dan terjadi lingkaran saling
menyerang dan mendendam. Dalam Kolose 3:12-15 Rasul Paulus mengemukakan, bahwa
Cinta kasih dapat membuat orang bersikap toleran (dalam arti sabar,
lemah-lembut dan mau mengampuni) terhadap orang yang dicintai. Cinta kasih
menjadi pengarah perbuatan-perbuatan yang bijaksana dan membangkitkan respon
yang benar (yakni sabar, lemah-lembut, rendah hati dan mau mengampuni). Cinta itu tidak mementingkan diri sendiri,
tidak egoistis, melainkan mencari kesempatan untuk lebih banyak memberi
daripada menerima. Oleh karena itu cinta kasih patut kita tumbuhkembangkan,
kita pelihara dan kita pertahankan sebagai bagian dari kehidupan. Ungkapan cinta kasih dan cara-cara untuk
menumbuhkembangkan cinta kasih yang langgeng dapat kita wujudkan, bukan hanya
dalam bentuk seks, tetapi memelihara keintiman dan romantisme dalam kehidupan
sehari-hari, agar hubungan kita sebagai suami dan istri tidak hambar dan dingin
.
Sahabat,
Dalam
perjalanan hidup pernikahan, kadang-kadang timbul masalah yang harus diatasi,
baik di dalam mau pun di luar lingkungan keluarga, yang tidak jarang
menimbulkan kesalahpahaman dan konflik dalam hubungan suami dan istri. Karena
itu dibutuhkan upaya untuk mencapai kata sepakat upaya untuk menunjukkan
pengertian, menghargai, saling memberi dukungan dan semangat, yang semuanya
berperan dalam memupuk hubungan yang baik dan juga pada hubungan intim. Kunci dari komunikasi yang baik adalah kerelaan
dan kemampuan untuk mendengarkan, menerima, memperhatikan dan saling mengerti satu sama lain. Dalam kehidupan bersama yang begitu dekat dan akrab,
pasti akan ada benturan emosional yang harus diterima. Namun masing-masing
hendaknya tidak selalu mengingat kesalahan dan kegagalan pasangannya, tetapi
justru menghargai kebajikan, kesetiaan dan pengabdian pasangan hidupnya. Dengan
demikian, bertambahnya usia pernikahan, maka
bertambah pula kemahiran mengatasi masalah. Demikian pula membina dan
memelihara komunikasi yang baik, membutuhkan tekad yang baik dan derajat
toleransi yang tinggi untuk mengatasi bermacam-macam masalah, Kadang-kdang
terlihat bahwa lebih mudah “menjalin” hubungan dengan orang lain di luar ikatan
keluarga. Lebih banyak kesempatan untuk memupuk hubungan di tempat pekerjaan, karena
hubungan dengan pasangan di rumah, justru terbentang jarak dan terbentur tembok
yang tidak dapat ditembus. Oleh karena itu suami dan kistri perlu menunjukkan
masih adanya kasih sayang, yang diungkapkan dalam ucapan-ucapan mau pun dalam
perbuatan. Harus saling menghargai dan mengampuni peristiwa atau hal yang
merusak hubungan baik antar suami dan istri. Berdua menghadapi masalah dan
bersama-sama mengatasi kesulitan, adalah nasehat yang terbaik. Jangan menyimpan
marah dan dendam, sehingga setiap hari yang baru dapat dimulai dengan suasana
yang segar dalam “kasih dan damai” yang memberi kekuatan dan kesempatan bagi
suami dan istri untuk mengembangkan dirinya. Untuk membina hubungan suami-istri
yang serasi dibutuhkan upaya secara aktif dari suami untuk menciptakan hubungan
serasi dengan istri, demikian pula sebaliknya. Dibutuhkan keterbukaan agar
masing-masing memahami kekurangan, kelemahan dan kesediaan untuk berubah dan
mengubah diri, sejauh diperlukan, untuk menciptakan suasa penuh kedamaian,
keakraban dan kehangatan. Karena itu, ada
sepuluh tips yang perlu kita perhatikan untuk mengembangkan komunikasi yang
baik dengan pasangan. Pertama, Perlu keyakinan diri dan percaya akan pasangan.
Dua, Tetap punya waktu untuk diri sendiri. Tiga, Memelihara keintiman dan
romantisme. Empat, Mengatur Keuangan Keluarga secara bersama-sama. Lima,
Berbagi tugas rumah tangga dan pengasuhan anak. Enam, Jujur dan terbuka. Tujuh,
Tidak memendam masalah. Delapan, Menghargai masing-masing pribadi yang berbeda.
Sembilan, Bersikap ramah dan lemah-lembut. Sepuluh, Mengingat hal-hal yang
terbaik yang dimiliki oleh pasangan. Tuhan memberkati! Amin.
The art of Marriage
A good marriage must be created
In marriage the little things are the big things
It is never being too old to hold hands
It is remembering to say, “I love you”
It is never going to sleep angry
It is having a
mutual sense of values and common objectives
It is standing together facing the world
It is forming a circle of love that gathers in the whole
family
It is speaking words of appreciation and demonstrating
gratitude in thoughtful ways
It is having the capasity to forgive and to forget
It is giving each other an atmosphere in which each can
grow
It is not only marrying the right person
It is being the right partner.
Bacaan Alkitab: 3:12-15
Doa :
Terimakasih
ya Tuhan, bila kami disadarkan betapa pentingnya komunikasi yang jujur dan
terbuka bagi hubungan kami sebagai suami dan istri, sehingga kemarahan – sakit
hati – kebencian yang belum teratasi tidak semakin berkembang dan memisahkan
kami. Oleh karena itu bantulah kami, agar sebagai suami-istri kami
sungguh-sungguh dapat mengenali dan meneguhkan kekuatan dan potensi yang terdapat
dalam diri kami masing-masing sehingga dengannya kami dimampukan untuk
membangun hubungan yang hangat, penuh perhatian dan cinta kasih. Kami berdoa,
agar nyala ikatan kasih kami tak kan pernah padam, namun senantiasa
menghangatkan hati kami untuk terus mau belajar menerima dan menghargai segala
bentuk perbedaan yang ada di antara kami, dengan terus saling berbagi dan
peduli. Demi Putra-Mu Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.