Kita semua dikejutkan
dengan sebuah trend baru, yakni Mall Menjadi Tempat Favorit Untuk Bunuh Diri. Pada tanggal 5 Desember yang lalu, kita dikejutkan dengan berita Cavin Moniaga, yang menjatuhkan diri dari gedung parkir lantai 10 Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Kasus ini merupakan kasus yang ketiga yang terjadi di Grand Indonesia. Masih banyak kasus bunuh diri lainnya. Pada
tanggal 30 Nopember 2009, misalnya Ice Juniar menjatuhkan dirinya dari Lantai V
Grand Indonesia, dan pada hari yang sama, Reno melompat dari pembatas kaca
Lantai V Senayan City. Sangat sulit bagi kita untuk memahami, mengapa sebagian
kaum muda, lebih senang melakukan aksi bunuh diri dengan cara melompat dari
gedung tinggi, seperti Mall atau pun Gedung. Dari data-data yang diperoleh
VIVanesw, pada tanggal 21 Januari 2009, Jamaludin nekad mengakhiri hidupnya
dengan menjatuhkan dirinya dari Lantai VI Gedung Walikota Jakarta Utara. Bulan
berikutnya, 12 Januari 2009, Jimmy Martin menjatuhkan dirinya dari Lantai VI
Toko Elizabeth, Bandung. Selanjutnya, 13 Agustus 2009, percobaan bunuh diri
dilakukan oleh Ibu Sutowo. Ia melompat dari Lantai V Mall Slipi Jaya. Pada
tahun 2008, Nova Mirawati, seorang mahasiswi Psikologi UI, terjun dari Lantai
VII Pusat Grosir Cililitan (PGC) Kramat Jati. Tercatat tanggal 17 Desember
2008. Dua hari sebelumnya, Hendrawan Winata, mahasiswa YAI, tewas setelah
terjun dari Lantai VI Kampus Atmajaya. Fenomena merebaknya kasus bunuh diri di
kalangan kaum muda ini, membuat kita semua bertanya-tanya, “Ada apa sebenarnya
dengan anak-anak muda ini? Mengapa mereka mengambil jalan pintas dengan bunuh
diri di Mall-mall dan Gedung-gedung yang tinggi?”
Ada banyak alasan yang mungkin dapat
dikemukakan mengapa anak-anak muda ini bunuh diri. Salah satu di antaranya,
adalah sengaja mengambil tempat di Mall atau Gedung yang bergengsi, agar semua
perhatian orang tertuju kepada mereka, dan masuk dunia dalam berita, baik di
layar Televisi mau pun Media Cetak. Saya berpikir, mungkin selama ini, mereka
merasa dirinya “bukan siapa-siapa” dan dengan “aksi bunuh diri di Mall dan
Gedung bergengsi” tiba-tiba mereka menjadi “selebirtis” karena seluruh media
cetak dan stasiun Televisi menyampaikan “breaking news tentang kematian
mereka.” Karena itu ada beberapa hal penting yang dapat kita refleksikan dari
fenomena merebaknya aksi bunuh diri di kalangan anak-anak muda tersebut. Pertama, anak-anak muda ini bisa jadi, atau sangat mungkin mengalami problem
perasaan diri tidak berharga. Bagi kita mungkin aneh, mengapa orang-orang yang
pandai, sukses dalam studi, karier dan pekerjaan koq merasa diri tidak
berharga?! Biasanya perasaan diri tidak berharga muncul sebagai akibat karena
seseorang gagal memiliki sesuatu atau tidak berhasil mencapai sesuatu yang
dianggap paling berharga dalam hidupnya. Sesuatu itu mungkin prestasi kerja
yang ingin dicapai, promosi jabatan dan atau pasangan hidup yang diidam-idamkan,
kesalah-pahaman dan konflik dengan ortu yang tidak terselesaikan, dst, dsb. Kedua,
anak-anak muda ini mempunyai akseptasi atau tuntutan yang sangat tinggi
terhadap orang lain, tanpa mengukur kemampuan dirinya. Akibatnya, ketika orang
lain tidak mampu memenuhi keinginan hatinya, muncul pikiran pendek, ingin mati
atau bunuh diri. Beberapa kesempatan, saya melihat di Facebook, bagaimana
anak-anak sekolah yang punya segudang masalah, curhat dan mengemukakan
kekesalan dan kemarahan mereka terhadap ortu dan ingin mati. Ketiga, tingkat
pendidikan yang cukup tinggi, sukses dalam studi dan karier dan pekerjaan,
tidak dengan sendirinya dapat membentuk karakter dan kepribadian Kristiani yang
tangguh. Buktinya, koq mereka bunuh diri.
Bunuh diri dengan alasan apa pun tidak
dapat dibenarkan, karena hidup ini adalah HADIAH dari TUHAN. Perasaan diri
berharga seharusnya tidak lagi ditentukan karena kita memiliki banyak hal atau
berhasil mencapai sesuatu. Kita semua berharga dan mulia karena kita dapat
mengalami, bagaimana kita dicintai tanpa syarat oleh ALLAH, SANG SUMBER
KEHIDUPAN. Bagaimana kasih Allah yang tanpa syarat itu, menghisapkan diri kita
sebagai ANAK-ANAKNYA. Sabda Tuhan dalam kitab Yesaya 43:4 mengatakan, "Oleh karena engkau berharga di mataKu dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau." Penyingkapan diri
Allah tidak pernah lepas dari KASIHNYA yang menghubungkan, menjembatani dan
merangkul kita. Oleh karena itu nilai kemuliaan atau keberhargaan manusia
merupakan wujud pemberian Allah dalam karya penebusan Kristus. Tanpa anugerah
dan rahmat Allah kita manusia hanyalah makhluk yang celaka dan hidup dalam
kesia-siaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar