Apa sesungguhnya yang diajarkan guru kepada muridnya? Apakah ilmu pengetahuan, kebaikan, kebenaran, nilai-nilai, kerohanian? Mengajarkan ilmu pengetahuan, kebaikan, nilai-nilai dan kerohanian memang menjadi bagian penting dari kinerja seorang guru. Namun, menyitir pendapat Parker J. Palmer, yang sering dilupakan dan jarang disadari oleh guru adalah bahwa ia sebenarnya sedang mengajarkan dirinya sendiri, dan hidupnya sendiri. Ilmu pengetahuan, kebaikan, kebenaran, nilai-nilai dan kerohanian itu adalah ekspresi luar dari apa yang dimilikinya. Karena itu, guru akan cepat merasa kering, bosan, tanpa semangat, jika mengajarkan sesuatu yang tidak pernah menjadi miliknya. Dengan kata lain, guru harus senantiasa memperbarui semangat dan akar yang mendasari panggilannya sebagai guru. Setiap guru tertantang untuk kembali mengenali dan menegaskan siapa identitas dirinya ketika ia berhadapan dengan para muridnya. Dengan mendasarkan diri pada inspirasi Sabda Allah, disertai dengan tekad untuk berkembang dan bertumbuh dalam iman dan keyakinan mendalam tentang makna panggilan hidupnya sebagai guru, maka akar panggilan kita sebagai orang Kristiani yang terpanggil menjadi guru akan semakin dalam dan kokoh. Setiap guru perlu menimba inspirasi yang sangat kaya dari kisah-kisah perjumpaan dengan Yesus, Sang Guru Sejati. dalam Injil Lukas 9:48, Yesus bersabda, "Barangsiapa menyambut anak ini dalam namaKu, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Dia yang menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku." Sabda Yesus ini menjadi dasar para guru Kristiani. Anak-anak yang dipercayaka kepada kita perlu kita sambut seperti kita menyambut Yesus. Di sinilah kita memahami lebih dalam makna paggilan kita sebagai guru Kristiani. Hari ini Yesus menyapa dan menantang kita, "Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna" (Matius 5:48).
Sumber:
A. Mintara Sufiyanta, Roh Sang Guru. Jakarta: Penerbit Obor, Cet-2, 2011.
Jakarta, 16 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar