Bacaan Alkitab: Yosua 2:8-24
Karena iman maka Rahab,
perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang
durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik
(Ibrani 11:31)
Apa yang terjadi jika
seorang perempuan memiliki iman yang luar biasa dan berpandangan luas? Hasilnya
adalah luar biasa. Pertama, karena perempuan itu tidak kalah terhadap keadaan,
tapi mengalahkan keadaan. Orang-orang yang membawa perubahan dalam dunia ini
adalah orang-orang yang tidak kalah terhadap keadaan. Kedua, perempuan itu juga
mampu melihat peluang dan memanfaatkan
peluang yang ada dengan sebaik-baiknya. Biasanya orang-orang yang seperti ini
memiliki iman yang besar, sehingga ia mampu memanfaatkan peluang dan mengubah
keadaan yang biasa-biasa menjadi luar biasa. Inilah iman yang mengubah keadaan
seseorang. Mungkin Anda dapat mengatakan bahwa saya mengada-ada, dan itu omong
kosong belaka. Namun fakta itulah yang terjadi dan Alkitab memberikan buktinya.
Kalau kita membaca kisah
Rahab dalam Kitab Yosua, mungkin kita akan berkata, “Sungguh tak masuk di akal”
karena kita menemukan Rahab, seorang perempuan yang cerdik dan berpandangan
luas pada masa itu. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah yang dilakukan Rahab,
sehingga ia bisa menyentuh hati Allah dan mengubah kehidupannya, bagaikan mimpi
di siang hari?! Saudara2, kita semua tahu bahwa pekerjaan Rahab adalah seorang
PSK (Pekerja Seks Komersial). Pekerjaan yang jauh dari cita-cita kebanyakan
orang, karena dianggap rendah dan hina. Namun ada hal yang sangat unik di sini
karena Rahab bukan PSK biasa. Ia seorang primadona kelas atas dan cukup
terkenal. Rahab juga bukan seorang yang tenar saja, tetapi ia juga dekat dengan
para pembesar di papan atas. Darimana kita mengetahuinya? Pertama, Rahab
mempunyai informasi yang banyak dan akurat. Ia bisa mengetahui keadaan
negerinya yang sedang terancam (Yosua 2:9-11). Kedua, Rahab juga mempunyai
kemampuan untuk bernegosiasi yang baik sekali. Kemungkinan itu diperoleh dari pengalamannya,
sehingga ia bisa dekat dengan kalangan atas. Hal ini dapat kita lihat, pada
saat ia berbicara dengan kedua pengintai tersebut. Ketiga, Rahab juga disegani.
Ketenaran Rahab inilah yang menarik kedua orang pengintai garis depan Israel
untuk singgah di rumahnya (Yosua 2:1).
Karena Rahab cukup
terkenal, kabar ini langsung sampai di telinga penguasa Yerikho. Rumah Rahab
segera dikepung para prajurit untuk menangkap kedua pengintai itu. Tentu saja,
hal ini mengancam nyawa Rahab dan seisi rumahnya. Maklum saja, kota Yerikho
dalam keadaan darurat perang dan upah pengkhianat adalah hukuman mati. Sekali
lagi dengan modal koneksitasnya, para perwira pasukan Yerikho menerima
mentah-mentah saja keterangannya. Ini membuktikan bahwa Rahab cukup disegani di
kota tersebut. Saudara dan saya mungkin berkata, itu biasa saja. Tetapi apakah
kita bisa menghadapi seorang perwira Kopassus yang berdiri di depan pintu rumah
kita dengan anak buahnya yang bersenjata lengkap, dan menuding kita sebagai
pengkhianat? Polisi saja sudah membuat kita gelisah, apalagi tentara. Kalau
kita tidak punya koneksi, tentu saja kita akan mati konyol.
Rahab seorang perempua
yang cerdik, beriman dan berpandangan luas. Ia telah mendengar keajaiban yang
telah dilakukan Allah bagi bangsa Israel, dan ia melihat Allah bangsa Israel
telah melakukan hal-hal yang sungguh tak masuk di akal. Melalui sedikit
analisa, Rahab menarik kesimpulan, kalau Allah bangsa Israel dapat melakukan
perkara-perkara yang besar dan tidak masuk di akal, tentunya Ia dapat
membebaskannya dari keadaannya sekarang. Rahab melihat sedikit terang dalam
kegelapan hidupnya, dan ia berusaha untuk meraihnya! Ia juga telah
mempertimbangkan resiko atau kematiannya, kalau hal tersebut gagal. Jadi di kala
semua prajurit Yerikho melakukan pengejaran dan pemblokiran di setiap jalan,
sekali lagi ia melakukan perjanjian dengan kedua pengintai Israel untuk
keselematannya dan seisi rumahnya. Da akhirnya, seperti yang kita ketahui,
hanya rahab dan seisi rumahnya yang selamat saat seluruh Yerikho dihancurkan.
Namun kisah Rahab tidak berakhir di sini. Karena imannya yang besar, dan
kemauannya yang keras, Tuhan memulihkan hidup Rahab, dan bahkan Tuhan
memberikan seorang suami kepadanya yang bernama Salmon (Matius 1:5). Suatu
keadaan yang mustahil, jika mengingat latar belakang hidupnya. Namun Rahab dan
keluarganya, menjadi salah satu keluarga yang terpandang di Betlehem dan bakal
menjadi keluarga yang disegani di Israel. Dari kisah Rahab ini kita dapat
mengambil satu kesimpulan, bahwa Tuhan tidak pernah memandang rendah latar
belakang hidup seseorang. Bagaimana pun buruknya mereka. Tetapi Tuhan sangat
menghargai iman dan kepercayaan, yang mampu mengubah keadaan biasa-biasa
menjadi luar biasa, dan Rahab melakukannya. Nah bagaimana sekarang dengan Anda
dan saya? Bila kita memiliki iman yang
mengubah keadaan kita, maka kita harus membongkar kemapanan berpikir kita
tentang stigma diri seorang perempuan dan memberi makna baru pada status sosial
perempuan itu. Kita semua harus belajar dari Yesus untuk menghargai harkat dan
martabat seorang perempuan di dalam khasanah kehidupan kita. Saudara2, dalam
konteks budaya Yahudi, perempuan tidak dihargai dan dianggap sebagai kaum yang
lebih rendah martabatnya. Perempuan juga diperlakukan tak ada bedanya dengan
barang atau benda, yang dapat dimiliki dan dibuang. Berbeda dengan orang-orang
Yahudi lainnya, Yesus sebagai orang Yahudi justru sangat menghargai harkat dan
martabat perempuan sebagai manusia. Dalam Injil Lukas kita dapat jumpai
beberapa sosok perempuan seperti Elisabet, Maria dan Marta, Maria Magdalena dan
perempuan janda yang berasal dari Nain. Potret perempuan sangat menonjol dalam
Injil Lukas. Elisabet dan Maria, misalnya digambarkan sebagai dua orang
perempuan yang dipakai Allah terkait dengan rencana-Nya untuk menyelamatkan
dunia. Dalam pelayanannya, Yesus-pun melakukan berbagai mukjizat terhadap
beberapa perempuan, seperti menyembuhkan mertua Petrus yang sedang sakit keras
dan perempuan yang selama 18 tahun kerasukan roh. Membangkitkan anak perempuan
janda di Nain, dan memberi diri-Nya disentuh perempuan yang sedang mengalami
pendarahan. Perempuan tidak sekadar tampil sebagai kaum yang dibela, tetapi
juga sebagai kaum yang terlibat aktif dalam pelayanan Yesus. Lukas melaporkan
ada sejumlah perempuan yang menjadi murid Yesus. Hal ini menunjukkan kepada
kita bahwa, laki-laki dan perempuan, keduanya diciptakan Allah sebagai manusia
yang setara dan sederajat dalam kesamaan dan perbedaan mereka. Oleh karena itu
mereka harus menghayati kemanusiaannya dalam hubungan timbal balik. Rosemary
Radford Ruether, dalam bukunya yang berjudul Perempuan dan Tafsir Kitab Suci
(1998) menyatakan, bahwa “apa pun yang mengurangi kemanusiaan penuh kaum
perempuan harus dianggap bukan merefleksikan yang ilahi atau relasi yang
otentik dengan yang ilahi” dan prinsip kemanusiaan yang penuh harus didasarkan
pada konsep “Imago Dei” – bahwa perempuan secara setara dibebaskan oleh
Kristus, dan secara setara dikuduskan oleh Roh Kudus. Inilah agenda yang harus
kita lakukan, bila kita memiliki iman yang mengubah keadaan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar