Bacaan: Matius 6:24-34
Boleh kuatir, tapi tetap percaya.
Itulah tema KITA hari ini. Bagaimana pengalaman hidup Saudara
dengan “boleh kuatir, tapi tetap percaya” ?! Mengapa hal itu terjadi? Apa
penyebabnya? Bagaimana seharusnya? Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kuatir
itu? Mengapa orang-orang kerapkali begitu kuatir? Bagaimana seharusnya? Selama
ini mungkin kita sering merasa kuatir. Akan tetapi kita sendiri tidak tahu apa
penyebabnya, dan bagaimana mengatasinya. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh
Glenn Turner, bahwa “Kuatir itu seperti kursi goyang, yang memberikan sesuatu
untuk Anda lakukan. Namun Anda tidak pernah sampai ke manapun.”
Ada banyak alasan yang membuat kita kuatir. Mungkin, masa depan atau pasangan hidup. Mungkin pekerjaan atau pelayanan dan lain sebagainya. Ada banyak orang yang mengalami ”gangguan syaraf” (nervous breakdown) karena kuatir. Nah apakah Kekuatiran itu? Mungkin karena kekuatiran itu begitu akrab dengan kita, maka kita sulit untuk mendefinisikan secara tepat kebiasaan yang menyusahan itu.
Ada banyak alasan yang membuat kita kuatir. Mungkin, masa depan atau pasangan hidup. Mungkin pekerjaan atau pelayanan dan lain sebagainya. Ada banyak orang yang mengalami ”gangguan syaraf” (nervous breakdown) karena kuatir. Nah apakah Kekuatiran itu? Mungkin karena kekuatiran itu begitu akrab dengan kita, maka kita sulit untuk mendefinisikan secara tepat kebiasaan yang menyusahan itu.
Menurut pendapat Dr. Thomas Borkovec,
seorang peneliti di Penn State University, “Kekuatiran merupakan serangkaian
pikiran dan gambaran-gambaran yang menghasilkan perasaan-perasaan negative.
Pikiran-pikiran tersebut tidak dapat dikontrol, dan berkaitan dengan suatu
masalah tertentu yang tidak pasti. Biasanya, para penguatir yakin bahwa kemungkinan
besar akan terjadi satu hal atau lebih yang bersifat negative.”
Ada beberapa ciri khas dari kekuatiran
itu :
Kekuatiran selalu berhubungan dengan masa yang akan datang. Ketika kita kuatir, maka sebenarnya kita sedang mengantisipasi suatu kejadian yang akan mengancam kita. Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa mereka kuatir tentang sesuatu yang telah terjadi di masa lalu. Tetapi sesungguhnya, isi dari kekuatiran itu berhubungan dengan sesuatu yang mungkin akan terjadi di masa depan, sebagai akibat dari kesalahan atau kekeliruan di masa lalu.
Kekuatiran selalu berhubungan dengan masa yang akan datang. Ketika kita kuatir, maka sebenarnya kita sedang mengantisipasi suatu kejadian yang akan mengancam kita. Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa mereka kuatir tentang sesuatu yang telah terjadi di masa lalu. Tetapi sesungguhnya, isi dari kekuatiran itu berhubungan dengan sesuatu yang mungkin akan terjadi di masa depan, sebagai akibat dari kesalahan atau kekeliruan di masa lalu.
2. Kekuatiran
merupakan suatu bentuk perhatian yang berlebihan terhadap diri sendiri.
Sebagian orang mungkin mengatakan bahwa kekuatiran mereka berkaitan dengan
orang lain, tetapi sebenarnya pikiran-pikiran yang menganggu itu bersifat
pribadi dan tidak disampaikan secara terbuka. Merasa sendirian atau kesepian
merupakan salah satu gejala khas yang dialami oleh orang-orang yang selalu
kuatir.
3. Kekuatiran
membuat orang terus menerus merasa gelisah, menghadapi situasi yang menekan
batin, merasa sangat terkejut dan terganggu, dan tidak dapat menyesuaikan diri
terhadap situasi yang dihadapi.
4. Kekuatiran
membuat orang terombang-ambing oleh pikiran yang sangat mengerikan, dan mereka
tidak mampu menghentikan pikiran-pikiran itu Mereka selalu membayangkan hal
yang paling buruk yang akan terjadi di suatu waktu nanti. Mereka takut akan
menjadi bahan ejekan, dipermalukan, dihina, dan lain sebagainya.
Kalau ditanya, apakah Kekuatiran itu berguna? Atau
apakah semua kekuatiran itu pasti buruk buat kita? Dalam batas-batas atau tingkat-tingkat tertentu dan
tidak terlalu berat, mungkin justru berguna bagi kita dan tidak menganggu
kehidupan kita. Sebagai contoh, seseorang yang sedang menghadapi ujian, karena
kuatir tidak lulus, maka ia akan mengerjakan ujian itu secara lebih baik.
Sebaliknya, bila kekuatiran itu berlebihan atau kronis, maka seseorang akan berpandangan sempit dan
ruwet. Ia hanya memikirkan dirinya dan tidak peduli kepada hal-hal lain yang
ada di sekitarnya dan akhirnya mengalami gangguan kejiwaan, karena terus
menerus kuatir dalam banyak hal.
Di dalam Yesaya 49:8-16a tadi,
mendengar janji keselamatan dan pengharapan dari Tuhan yang ditujukan kepada
orang-orang Israel yang berada dalam pembuangan di Babel. Bagi umat Israel,
hidup sebagai orang buangan di Babel itu menjadi suatu keadaan yang sangat
mengerikan karena mereka telah ditaklukkan oleh bangsa-bangsa lain. Mereka
merasa terhina dan dipermalukan. Akan tetapi Tuhan mengingatkan mereka, bahwa
selama mereka berada di Babel, Tuhan akan tetap menyertai, menjaga dan memelihara
hidup mereka. Pada waktunya nanti Tuhan akan melepaskan umat Israel dan
memimpin mereka kembali ke tanah Palestina. Hal ini mengingatkan kita, bahwa
sangat mudah bagi kita untuk tenggelam dalam keputus-asaan, sehingga tidak ada
keberanian bagi kita untuk bangkit dan berbuat sesuatu. Pikiran kita, perasaan
kita – semuanya hanya tertuju pada diri kita, dan tidak lagi percaya dan
berserah kepada Tuhan.
Dalam Matius 6:24-34, Yesus mengingatan
kita, bahwa selalu ada alasan untuk kuatir. Kekuatiran yang berlebih-lebihan
atas kebutuhan hidup sehari-hari, dan kekuatiran yang berlebih-lebihan atas
harta kekayaan atau hal-hal yang bersifat kebendaan, akan melumpuhkan kita
karena kita tidak lagi menempatkan Allah sebagai pusat dan sumber kehidupan
kita. Sebagai gantinya, hidup yang mempunyai makna dan tujuan dari Allah,
merupakan suatu keharusan bagi kita. Oleh karena itu, dalam Matius 6:33-34 Yesus berkata, “Carilah dahulu Kerajaan Allah
dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu
janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari besok mempunyai kesusahannya
sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
Kerajaan Allah adalah situasi, suasana,
atau tempat di mana Allah memerintah sebagai Raja. Kerajaan Allah menunjuk pada
kekuasaan Allah yang kekal dan menyeluruh atas seluruh ciptaan-Nya.
Kesempurnaan Kerajaan Allah akan terjadi, ketika kerinduan hati manusia dan
kebutuhan umat manusia yang otentik akan keadilan, kedamaian, kesempurnaan dan
keutuhan, kesatuan dan kebahagiaan, kepenuhan dan kelimpahan, kegembiraan dan
kemenangan terpenuhi karena Allah adalah Allah yang menyelamatkan. Oleh karena
itu mencari Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, itu berarti menjadikan Allah
sebagai satu-satunya focus kehidupan kita, umat percaya. Allah menjadi tuan,
yang memerintah dan mengendalikan seluruh hidup kita. Mencari Kerajaan Allah
tidak berarti tidak bekerja dan tidak memikirkan masa depan. Akan tetapi,
seperti burung di udara dan rumput di padang, kita tetap akan sibuk dan
bekerja. Namun kita tidak akan menjadikan kebutuhan hidup kita, harta kekayaan
dan hal-hal yang bersifat kebendaan, sebagai satu-satunya prioritas dan tujuan
hidup kita.
Mencari Kerajaan Allah akan mengubah pola hidup dan pola pikir kita, sehingga hidup kita tidak lagi tertuju pada “apa yang bisa saya dapatkan” atau “saya dapat apa” atau “saya punya apa” melainkan “apa yang bisa saya berikan” kepada Allah dan sesama. Saudara2, dalam Filipi 4:6 Paulus berkata, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Mencari Kerajaan Allah akan mengubah pola hidup dan pola pikir kita, sehingga hidup kita tidak lagi tertuju pada “apa yang bisa saya dapatkan” atau “saya dapat apa” atau “saya punya apa” melainkan “apa yang bisa saya berikan” kepada Allah dan sesama. Saudara2, dalam Filipi 4:6 Paulus berkata, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar