Banyak orang mengira
bahwa Pernikahan atau Pasangan Hidup adalah jodoh yang diatur oleh Tuhan,
sehingga mereka yakin bahwa pasangan hidupnya, adalah orang yang telah
ditentukan oleh Tuhan bagi dirinya. Persoalannya,
adalah bagaimana caranya kita dapat menemukan orang yang telah ditentukan oleh
Tuhan untuk menjadi pasangan hidup kita? Apa yang harus dilakukan, bila
tiba-tiba seseorang datang kepada kita dan mengatakan bahwa Tuhan telah
menentukan kita untuk menjadi pasangan hidupnya? Padahal kita sama sekali tidak
mengenalnya, apalagi tertarik kepadanya. Persoalan selanjutnya, adalah
bagaimana caranya kita dapat memahami pasangan hidup kita (baik suami ataupun
istri kita) sebagai orang yang telah ditentukan Tuhan untuk menikah dengan
kita? Bila kehidupan perkawinan kita
berjalan dengan mulus dan membuat kita bahagia, dengan mudah kita dapat
mengatakan bahwa suami atau istri kita adalah orang yang dipilih Tuhan untuk
menjadi pasangan hidup kita. Lalu bagaimana dengan mereka yang ditinggalkan
oleh pasangan hidupnya untuk menikah dengan orang lain, ataupun melakukan
hubungan gelap diluar perkawinan? Apakah Tuhan salah menentukan atau memilih
pasangan hidup orang tersebut?
Dalam Alkitab, kita
melihat bahwa hal-hal yang ditentukan oleh Tuhan dalam kehidupan manusia,
adalah hal-hal yang bernilai kekal, seperti halnya keselamatan, pemulihan dan
penyembuhan. Tuhan tidak pernah mengatur hal-hal yang menjadi kehidupan manusia
secara detail, kecuali bila berhubungan dengan rencana kekekalan-Nya. Sehingga
untuk masalah jodoh, Tuhan memberikan hikmat kepada manusia untuk memilih
pasangan hidupnya. Tidak ada orang yang boleh menyalahkan Tuhan, karena
menganggap Tuhan telah salah pilih atau memilihkan dia jodoh yang salah, karena
Tuhan memberi kebebasan dan kebijaksanaan kepada manusia untuk memilih pasangan
hidupnya, dan manusialah yang harus memilih dan menjalani pilihannya itu dengan
penuh tanggung jawab.
Oleh karena itu, pepatah
yang mengatakan bahwa jodoh di tangan Tuhan, tidak juga seluruhnya benar. Dalam
kenyataannya, manusia kerapkali memaksakan keinginan hatinya, sehingga banyak
persoalan yang harus dihadapi dalam Pernikahan. Sebaliknya, walaupun jodoh
bukanlah di tangan Tuhan, tetapi itu bukan berarti bahwa Tuhan lepas tangan
atau cuci tangan dalam menentukan pilihan yang terbaik dalam kehidupan manusia.
Dalam surat Roma 8:28, Rasul Paulus berkata, bahwa “Allah turut bekerja dalam
segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,
yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Hal ini berarti,
Tuhan ikut campur tangan untuk memimpin
manusia dalam menentukan pilihan yang terbaik, dan jika Tuhan campur tangan
dalam persoalan yang satu ini maka Ia memiliki kepentingan khusus terhadap
orang pilihan-Nya.
Dalam Kejadian 24:1-10, kita melihat bahwa sebenarya Tuhan memiliki
kepentingan untuk menentukan siapa yang akan menjadi nenek moyang Israel. Tuhan
seharusnya mengatakan kepada Abraham siapa jodoh Ishak yang sebenarnya, karena
ia merupakan tokoh penting dalam sejarah Israel dan umat percaya, dan Abraham
selalu mendengar suara dan perintah Tuhan. Namun untuk persoalan jodoh anaknya,
Tuhan sama sekali tidak berbicara, apalagi menentukan. Abaraham harus berusaha
melalui bujangnya untuk mendapatkan jodoh anaknnya, dan Abraham memiliki cara
yang dapat dicontoh dalam menentukan pilihan untuk anaknya. Untuk menentukan
istri bagi Ishak anaknya, Abraham menentukan kriteria atau syarat sebagai
berikut :
1. Syarat pertama, adalah mencari seorang perempuan yang sepadan dengan
Ishak. Ia tidak boleh berasal dari negeri Kanaan. Oleh karena itu, dalam
Kejadian 24:3 Abraham mengambil sumpah bujangnya, untuk tidak mengambil untuk
Ishak seorang istri dari antara perempuan Kanaan, dan untuk menentukan
pilihannya, hamba tersebut harus berdoa dan minta pertunjuk kepada Tuhan
sebelum mengambil keputusan dan sesudah mengambil keputusan. Dalam Kejadian
24:21 dikatakan, “Dan orang itu mengamat-amatinya dengan berdiam diri untuk
mengetahui, apakah Tuhan membuat perjalanannya berhasil ataukah tidak (Bnd.
Ayat 14, 26, 27).
2. Syarat kedua, adalah Bibit, Bobot dan Bebet. Ketiga B (Bibit, Bobot dan
Bebet) ini merupakan hal yang penting. Siapa orangtuanya dan bagaimana dengan
keluarganya? Siapa perempuan itu, dan bagaimana pendidikan, karakter dan
kepribadiannya? Ribkah jelas memiliki asal usul keluarga yang jelas garis
keturunannya. Ia adalah anak Betuel, yang masih memiliki hubungan kerabat
dengan Abraham. Selain sangat cantik, Ribkah juga seorang perempuan yang rajin
dan baik hati. Setiap hari ia menggembalakan ternak ayah dan ibunya, dan di
sumur itu ia melayani hamba yang diutus Abraham dengan baik. Mencari dan
menentuk seorang suami, dalam pemikiran saya, juga memerlukan kedua syarat ini.
Mempunyai asal usul keluarga yang jelas, terpelajar, rajin bekerja, dapat
dipercaya dan baik hati. Keberadaan keluarga, juga akan menentukan bagaimana
sikap dan perilakunya. Oleh karena itu, Ribka memiliki keluarga yang baik dan
cukup berada. Kemampuannya untuk mencukupi segala keperluan hidup mereka, tidak
diragukan lagi.
Dari kisah pemilihan jodoh untuk Ishak ini, kita melihat peran aktif
manusia untuk menentukan pilihan yang terbaik. Tentu saja dengan pertolongan
Tuhan. Dari pihak Tuhan, Ia berperan dan terlibat aktif dalam menetapkan
pilihan-Nya. Oleh karena itu setiap orang harus memahami, bahwa Tuhan
senantiasa memberikan hikmat kepada mereka untuk memilih pasangan hidupnya.
Tuhan memberikan kebebasan dan kebijaksanaan kepada kita untuk memilih pasangan
hidup kita, dan
kita lah yang punya tanggung jawab untuk memilih dan menjalani pilihan kita itu
dengan penuh rasa tanggung jawab. Adapun acuannya adalah Firman Tuhan. Nah kepastian akan jodoh yang dari Tuhan itu
akan terungkap jika seseorang berada dalam kehendakNya. Untuk hal ini seseorang harus berusaha hidup
bergaul erat dengan Tuhan, dan jangan pernah berharap kesempurnaan, karena
tidak semua pernikahan yang pada awalnya yakin, bahwa mereka merupakan pasangan
yang tepat, akan selalu berakhir dengan kebahagiaan. Sebuah pernikahan yang
bahagia, bukan dilahirkan begitu saja, tetapi ia harus dikerjakan, diusahakan,
dan diperjuangkan.
Doa :
Tolonglah kami ya
Tuhan, agar kami tidak memaksakan apa yang menjadi kehendak dan keinginan hati
kami dalam menentukan pasangan hidup kami. Namun biarlah kami selalu mengikut-sertakan
Engkau, sehingga dengan hikmat-Mu kami diberi kemampuan untuk menentukan
pilihan yang terbaik, seturut dengan kehendak-Mu. Berikan pula keterbukaan bagi
kami, untuk menerima segala bentuk kekurangan dan kelemahan dari pasangan hidup
kami, sehingg ketidaksempurnaan mereka tidak membuat kami berhenti untuk
mengasihinya. Demi Putra-Mu, Yesus Kristus kami berdoa. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar