“Orang
yang tidak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya”
(Amsal 25:28)
“Orang
yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi
orang yang merebut kota” (Amsal 16:32)
Pengendalian
diri atau Penguasaan diri (Self
Regulation) merupakan satu aspek penting dalam kecerdasan emosi (Emotional Quotient). Aspek ini penting
sekali dalam kehidupan manusia, sebab musuh terbesar manusia sebenarnya tidak berada
di luar dirinya, tetapi justru berada di dalam dirinya sendiri. Sekarang persoalannya adalah, apa yang
dimaksud dengan penguasaan diri? Ada dua kata Yunani yang diterjemahkan sebagai
penguasaan diri yaitu en kratos. En berarti di dalam, dan kratos berarti kekuatan atau kuasa.
Seseorang yang memiliki penguasaan diri atau yang menguasai diri adalah orang
yang memiliki kekuatan atau kuasa di dalam dirinya. Itulah sebabnya, Jack Paar,
misalnya pernah bertutur bijak tentang dirinya sendiri. “Kalau menoleh ke
belakang, kehidupan saya tampak seperti jalan panjang penuh rintangan, dengan
diri saya sebagai rintangan utamanya.” Oleh karena itu
pengendalian diri atau
penguasaan diri merupakan aspek yang perlu dilatih sejak dini. Tidak ada
kekuatan atau kemampuan untuk menguasai diri yang turun dari langit. Penguasaan
diri diperoleh dari proses yang panjang dalam pengalaman hidup, selama kita
berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita.
Bagaimana cara kita membawa diri kita,
menjadi teman, sahabat atau bahkan menjadi musuh dan lawan, semuanya
tergantung pada pilihan kita dalam menjalani kehidupan ini. Oleh karena itu
Alkitab berkata, “Orang yang tidak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota
yang roboh temboknya” (Amsal 25:28), sedangkan “Orang yang menguasai dirinya,
melebihi seorang pahlawan, bahkan melebihi orang yang merebut kota” (Amsal
16:32)
Banyak
orang pada saat ini yang sama sekali
tidak mempunyai kekuatan untuk mengendalikan atau menguasai dirinya. Akibatnya,
ada banyak kesalahpahaman, pertikaian dan bahkan pembunuhan karena orang tidak
mampu menguasai dirinya. Ada sebuah
syair yang berjudul An Indian Prayer. Bunyinya demikian, “I seek strength. No to be greater than my brother, but to fight the
greatest enemy, myself …” Penulis
syair ini telah menemukan rahasia terbesar dalam kehidupan ini, yaitu :
Seseorang disebut “kuat” ketika dia sudah menemukan cara untuk mengalahkan atau
mengendalikan dirinya sendiri. Inilah hal yang sangat kurang dalam diri kita.
Mengalahkan dan menguasai diri.
Menurut
JFC Fuller, seorang Jenderal pada
angkatan bersenjata Inggris, penguasaan diri menunjukkan kebesaran karakter
seseorang. Mengendalikan orang lain, hanya menunjukkan sebagian dari kebaikan
karakter kita. Jadi salah satu kompenan yang penting dalam memperkaya kehidupan
spiritual kita adalah penguasaan diri, yaitu mengalahkan musuh terbesar yaitu
diri kita sendiri. Lao Tsu, seorng filsuf Cina, pernah mengatakan, “Menundukkan
orang lain membutuhkan tenaga. Menundukkan diri kita sendiri membutuhkan
kekuatan.” Ternyata lebih mudah bagi kita untuk menundukkan orang lain daripada
menundukkan diri sendiri. Ambil saja
contohnya Jenghis Khan, panglima besar Kerajaan Mongolia, yang tersohor karena
kemampuannya untuk berperang dan mengalahkan ribuan musuh.
Menurut
legenda, Jenghis Khan telah membunuh burung rajawalinya dengan pedangnya,
karena sang rajawali itu menyambar pundi-pundi air yang digunakannya untuk mengambil air dari sebuah sungai. Karena begitu marahnya Jenghis Khan, maka dibunuhnya sang rajawali itu dengan
pedangnya dan matilah sang rajawali itu di hadapannya. Namun apa yang terjadi
kemudian? Sesaat setelah membunuh burung rajawalinya, Jenghis Khan berjalan
menelusuri sungai hingga akhirnya sampai di mata air sungai tersebut. Betapa
terkejutnya ia, karena di sana ada bangkai manusia yang telah membusuk.
Akhirnya Jenghis Kha menjadi sadar, bahwa sang rajawalinya telah berusaha
mencegahnya untuk minum air dari sungai yang telah tercemar oleh bangkai
manusia.
Salah
satu anugerah Tuhan kepada manusia adalah kesadaran diri (self-awareness). Hal
ini berarti kita memiliki kekuatan untuk menguasai diri. Kesadaran diri membuat
kita sepenuhnya sadar terhadap seluruh perasaan dan emosi kita. Dengan
senantiasa sadar akan keberadaan diri, kita dapat mengendalikan emosi dan
perasaan kita. Namun sayangnya, seringkali kita “lupa diri” sehingga lepas
kendali atas emosi, perasaan dan keberadaan diri kita. Oleh karena itu kita harus senantiasa membuka
kesadaran diri kita untuk mengendalikan emosi dan kedisiplinan kita. Mengendalikan
emosi berarti kita mampu mengenali/memahami serta mengelola emosi kita.
Sedangkan kedisiplinan adalah melakukan hal-hal yang harus kita lakukan secara
ajeg dan teratur dalam upaya mencapai tujuan atau sasaran kita. Seringkali kita
menganggap bahwa emosi adalah hal yang begitu saja terjadi dalam hidup kita.
Entah kita sedih, senang, benci, marah, antusias, bosan dsb, kita anggap
sebagai akibat dari atau hanya sekedar respon kita terhadap berbagai peristiwa
yang terjadi pada kita.
Menurut
Daniel Goleman dalam bukunya EQ, emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Jadi dia melihat
emosi bukan sebagai akibat atau sekedar respon, tetapi justru sinyal
bagi kita untuk melakukan sesuatu. Dalam hal ini ada unsur proaktif, yaitu kita
melakukan tindakan atas dorongan emosi yang kita miliki. Bukannya kita bereaksi
atau merasakan perasaan hati atau emosi karena sesuatu yg terjadi pada kita.
Sedangkan kata “disiplin” (self-control)
menurut akar katanya, dalam bahasa Yunani berarti menggenggam atau memegang
erat. Kata ini mau menjelaskan kepada kita bahwa orang yang mau menggenggam
atau mengendalikan dirinya, akan membawanya kepada kesuksesan. Oleh karena itu,
marilah kita kelola anugerah Tuhan yang dipercayakan kepada kita, yaitu
kesadaran diri (self-awareness) kita, untuk mengendalikan dan menguasai diri kita.
Seperti yang dikatakan oleh penulis kitab Amsal kepada kita, “Orang yang sabar
melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang
merebut kota.” Soli Deo Gloria!
Quotes
You lose
your wealth, you lose nothing
You lose your health, you lose something
You lose your character, you lose everything
You lose your health, you lose something
You lose your character, you lose everything
(A.D.
Pirous dalam “The Nightmare of Losing”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar