Halaman

Minggu, 30 Oktober 2011

PENGENDALIAN DAN PENGUASAAN DIRI


“Orang yang tidak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya” (Amsal 25:28)
“Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota” (Amsal 16:32)
Pengendalian diri atau Penguasaan diri (Self Regulation) merupakan satu aspek penting dalam kecerdasan emosi (Emotional Quotient). Aspek ini penting sekali dalam kehidupan manusia, sebab musuh terbesar manusia sebenarnya tidak berada di luar dirinya, tetapi justru berada di dalam dirinya sendiri.  Sekarang persoalannya adalah, apa yang dimaksud dengan penguasaan diri? Ada dua kata Yunani yang diterjemahkan sebagai penguasaan diri yaitu en kratos. En berarti di dalam, dan kratos berarti kekuatan atau kuasa. Seseorang yang memiliki penguasaan diri atau yang menguasai diri adalah orang yang memiliki kekuatan atau kuasa di dalam dirinya. Itulah sebabnya, Jack Paar, misalnya pernah bertutur bijak tentang dirinya sendiri. “Kalau menoleh ke belakang, kehidupan saya tampak seperti jalan panjang penuh rintangan, dengan diri saya sebagai rintangan utamanya.”  Oleh karena itu pengendalian diri atau penguasaan diri merupakan aspek yang perlu dilatih sejak dini. Tidak ada kekuatan atau kemampuan untuk menguasai diri yang turun dari langit. Penguasaan diri diperoleh dari proses yang panjang dalam pengalaman hidup, selama kita berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita.  Bagaimana cara kita membawa diri kita,  menjadi teman, sahabat atau bahkan menjadi musuh dan lawan, semuanya tergantung pada pilihan kita dalam menjalani kehidupan ini. Oleh karena itu Alkitab berkata, “Orang yang tidak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya” (Amsal 25:28), sedangkan “Orang yang menguasai dirinya, melebihi seorang pahlawan, bahkan melebihi orang yang merebut kota” (Amsal 16:32)
Banyak orang  pada saat ini yang sama sekali tidak mempunyai kekuatan untuk mengendalikan atau menguasai dirinya. Akibatnya, ada banyak kesalahpahaman, pertikaian dan bahkan pembunuhan karena orang tidak mampu menguasai dirinya.  Ada sebuah syair yang berjudul An Indian Prayer. Bunyinya demikian, “I seek strength. No to be greater than my brother, but to fight the greatest enemy, myself …”  Penulis syair ini telah menemukan rahasia terbesar dalam kehidupan ini, yaitu : Seseorang disebut “kuat” ketika dia sudah menemukan cara untuk mengalahkan atau mengendalikan dirinya sendiri. Inilah hal yang sangat kurang dalam diri kita. Mengalahkan dan menguasai diri. 
Menurut  JFC Fuller, seorang Jenderal pada angkatan bersenjata Inggris, penguasaan diri menunjukkan kebesaran karakter seseorang. Mengendalikan orang lain, hanya menunjukkan sebagian dari kebaikan karakter kita. Jadi salah satu kompenan yang penting dalam memperkaya kehidupan spiritual kita adalah penguasaan diri, yaitu mengalahkan musuh terbesar yaitu diri kita sendiri. Lao Tsu, seorng filsuf Cina, pernah mengatakan, “Menundukkan orang lain membutuhkan tenaga. Menundukkan diri kita sendiri membutuhkan kekuatan.” Ternyata lebih mudah bagi kita untuk menundukkan orang lain daripada menundukkan diri sendiri. Ambil saja contohnya Jenghis Khan, panglima besar Kerajaan Mongolia, yang tersohor karena kemampuannya untuk berperang dan mengalahkan ribuan musuh. 
Menurut legenda, Jenghis Khan telah membunuh burung rajawalinya dengan pedangnya, karena sang rajawali itu menyambar pundi-pundi air yang digunakannya  untuk mengambil air dari sebuah sungai.  Karena begitu marahnya Jenghis Khan,  maka dibunuhnya sang rajawali itu dengan pedangnya dan matilah sang rajawali itu di hadapannya. Namun apa yang terjadi kemudian? Sesaat setelah membunuh burung rajawalinya, Jenghis Khan berjalan menelusuri sungai hingga akhirnya sampai di mata air sungai tersebut. Betapa terkejutnya ia, karena di sana ada bangkai manusia yang telah membusuk. Akhirnya Jenghis Kha menjadi sadar, bahwa sang rajawalinya telah berusaha mencegahnya untuk minum air dari sungai yang telah tercemar oleh bangkai manusia. 
Salah satu anugerah Tuhan kepada manusia adalah kesadaran diri (self-awareness). Hal ini berarti kita memiliki kekuatan untuk menguasai diri. Kesadaran diri membuat kita sepenuhnya sadar terhadap seluruh perasaan dan emosi kita. Dengan senantiasa sadar akan keberadaan diri, kita dapat mengendalikan emosi dan perasaan kita. Namun sayangnya, seringkali kita “lupa diri” sehingga lepas kendali atas emosi, perasaan dan keberadaan diri kita.  Oleh karena itu kita harus senantiasa membuka kesadaran diri kita untuk mengendalikan emosi dan kedisiplinan kita. Mengendalikan emosi berarti kita mampu mengenali/memahami serta mengelola emosi kita. Sedangkan kedisiplinan adalah melakukan hal-hal yang harus kita lakukan secara ajeg dan teratur dalam upaya mencapai tujuan atau sasaran kita. Seringkali kita menganggap bahwa emosi adalah hal yang begitu saja terjadi dalam hidup kita. Entah kita sedih, senang, benci, marah, antusias, bosan dsb, kita anggap sebagai akibat dari atau hanya sekedar respon kita terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada kita. 
Menurut Daniel Goleman dalam bukunya EQ, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Jadi dia melihat  emosi bukan sebagai akibat atau sekedar respon, tetapi justru sinyal bagi kita untuk melakukan sesuatu. Dalam hal ini ada unsur proaktif, yaitu kita melakukan tindakan atas dorongan emosi yang kita miliki. Bukannya kita bereaksi atau merasakan perasaan hati atau emosi karena sesuatu yg terjadi pada kita. Sedangkan kata “disiplin” (self-control) menurut akar katanya, dalam bahasa Yunani berarti menggenggam atau memegang erat. Kata ini mau menjelaskan kepada kita bahwa orang yang mau menggenggam atau mengendalikan dirinya, akan membawanya kepada kesuksesan. Oleh karena itu, marilah kita kelola anugerah Tuhan yang dipercayakan kepada kita, yaitu kesadaran diri  (self-awareness) kita, untuk mengendalikan dan menguasai diri kita. Seperti yang dikatakan oleh penulis kitab Amsal kepada kita, “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” Soli Deo Gloria!

Quotes

You lose your wealth, you lose nothing
You lose your health, you lose something
You lose your character, you lose everything
(A.D. Pirous dalam “The Nightmare of Losing”)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar