Bacaan: Matius 21:33-46
Saat ini kita hidup di
tengah-tengah situasi yang semakin berat dan sulit. Aksi bom bunuh diri di Solo,
Kasus GKI Bogor di Taman Yasmin, Kerusuhan di Ambon, Krisis ekonomi global,
yang pengaruhnya semakin kita rasakan saat ini, menunjukkan penderitaan
seakan-akan tidak pernah berhenti. Rasa aman, dan sikap saling
percaya kepada sesama juga semakin menipis dan berkurang. Orang-orang lebih
mudah saling curiga dan takut kepada sesamanya. Kegembiraan dirasakan semakin
meredup, kebahagiaan semakin menipis, dan kedamaian juga semakin pudar. Di saat
kita mengalami situasi kehidupan yang berat dan sulit seperti ini, mungkin
muncul pertanyaan-pertanyaan dalam benak kita, ”Di manakah kebaikan Tuhan? Jika Tuhan itu baik, mengapa semua
penderitaan Ia ijinkan terjadi dalam kehidupan manusia? Atau jangan-jangan kebaikan Tuhan itu hanya sebatas
perkataan saja: kata Alkitab, kata Pendeta, tapi tidak ada dalam kenyataan?” Mungkin juga pertanyaan-pertanyaan lain yang
bernada protes atau ungkapan kekecewaan kepada keberadaan Allah.
Allah adalah Pencipta dunia dengan
segala isinya. Karena Dia yang menciptakan dunia ini, dunia beserta isinya,
termasuk manusia manusia adalah milik-Nya. Pada saat menciptakan dunia ini,
Allah sudah menata kehidupan dunia ini dengan sangat baik. Tatanan Allah ini
berubah saat manusia jatuh dalam dosa. Tatanan yang baik tadi menjadi rusak
oleh karena dosa.
Mengetahui bahwa ciptaan-Nya
rusak, Allah tidak tinggal diam. Ia merancang keselamatan untuk manusia. Ia
memanggil Abraham dan keturunannya, termasuk bangsa Israel untuk menyampaikan
keselamatan dari Tuhan untuk dunia. Mereka harus menjadi teladan dan
menunjukkan kebaikan Allah, seperti yang sudah mereka alami, agar kebaikan
Allah dan keselamatan dari Allah juga bisa dialami dan dirasakan oleh
bangsa-bangsa lain. Hal ini harus dilakukan agar tatanan dunia yang telah rusak
oleh dosa, dapat kembali menjadi baik. Tetapi nampaknya bangsa Israel tidak
mampu menjalankan tugas panggilan tersebut, karena mereka sering melakukan
ketidakadilan, kejahatan dan kelaliman. Tetapi Tuhan masih berkenan menunjukkan
kebaikan-Nya. Ia masih berkenan mengingatkan bangsa Israel melalui
nabi-nabi-Nya. Salah satunya adalah melalui Nabi Yesaya. Melalui nabi Yesaya,
Tuhan mengingatkan Israel sebagai umat yang telah dipilih agar mereka
memperbaiki kehidupan mereka. Mereka harus bisa hidup di dalam kebenaran dan
keadilan. Tetapi nampaknya peringatan yang disampaikan melalui Yesaya, tidak
membuat Israel takut, sehingga mereka gagal menjadi teladan kebaikan Allah.
Upaya Allah untuk menyelamatkan
dan memperbaiki tatanan di dunia ini tidak berhenti sampai di situ. Ia kemudian
mendatangkan Anak-Nya Yang Tunggal, yaitu Yesus Kristus ke dunia untuk
menghadirkan Kerajaan Allah di dunia. Kerajaan yang penuh dengan keadilan,
kedamaian dan cinta kasih. Oleh karena itu Tuhan Yesus memanggil orang-orang
percaya untuk ikut berkarya dalam mewujudkan Kerajaan Allah di tengah-tengah
dunia ini. Menghasilkan buah-buah kehidupan yang nyata dalam keseharian hidup
kita.
Bagaimana caranya? Sama seperti
yang diharapkan dari Bangsa Israel, kita juga diberi tugas & tanggung jawab
untuk menunjukkan kasih dan kebaikan Allah yang sudah kita rasakan melalui
perkataan dan perbuatan kita setiap hari. Bagaimana kita dapat melakukan segala
kebajikan dan perbuatan yang patut dipuji di dalam kehidupan sehari-hari kita
agar kasih dan kebaikan Allah dapat dirasakan oleh orang banyak. Oleh sebab
itu, kita tidak bisa menjalankan tugas panggilan ini hanya disaat kita senang
saja, atau saat kita ingat saja. Tetapi dalam setiap aspek kehidupan, kita
harus dengan sungguh-sungguh menjalankan tugas panggilan ini. Memang banyak
tantangan dan hambatan yang harus kita hadapi, tetapi bukankah Tuhan sudah
berjanji, ”Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak
akan meninggalkan engkau” (Ibrani 13:5b)?
Seperti perumpamaan Tuhan Yesus,
saat ini kita dipercaya oleh Tuhan untuk mengelola kebun anggur-Nya. Apakah
kita akan menjadi penggarap kebun anggur yang baik ataukah menjadi pengelola
yang jahat seperti dalam perumpaan tadi, karena hanya mencari keuntungan untuk
kita sendiri dan merampas hak Tuhan? Contohnya, di saat kita melakukan
perbuatan baik, kita ingin nama kita yang disanjung dan dipuji oleh orang lain.
Itu merampas hak Tuhan, karena kita masih memikirkan kepentingan diri sendiri.
Jika kita hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, kita tidak akan mendapat
bagian dalam Kerajaan Allah, seperti kata Rasul Paulus dalam Galatia 5:19-21
tadi.
Disaat-saat situasi yang berat dan
sulit seperti sekarang ini, sebagai pribadi, maupun sebagai gereja-Nya, kita
dipanggil untuk menyatakan kebaikan Allah dan Kerajaan Allah di dunia ini. Oleh
karena itu, kita dapat mengupayakan terwujudnya Kerajaan Allah dalam kehidupan
kita, dengan cara: menunjukkan buah-buah Kerajaan Allah, yaitu melakukan
kebaikan, kebenaran, keadilan, dan kejujuran dalam setiap aspek kehidupan kita.
Apakah kita mau menolong orang-orang yang mengalami beban atau permasalahan
hidup yang berat. Misalnya, menjadi pendamping untuk mendengarkan keluh kesah
dan bersama-sma mencari jalan keluar yang terbaik bagi permasalahan yang
dialami oleh saaudara-saudara kita. Oleh karena itu, marilah kita berikan
kesempatan dan ruang kepada Allah untuk berkarya dalam diri kita, sehingga
melalui kita, kebaikan Allah itu menjadi nyata dan banyak orang mengalami
kebaikan dalam hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar