Halaman

Senin, 22 September 2014

"Jealousy Is Not for Me"



Saya membaca sebuah buku yang berjudul Jealousy Is Not for Me - A Guide for Freeing Yourself from Envy yang dibuat oleh Molly Wigand (Abbey Press, 2007).  Saya kagum dengan ide atau gagasan dari pengarangnya, karena buku ini dibuat dengan bahasa yang sangat sederhana dan menarik. Molly menjelaskan apakah cemburu itu, cemburu itu sangat wajar, keinginan atau kebutuhan?, cemburu antar saudara, bersaing di kelas, hidup itu bukan perlombaan, menjadi sahabat, ketika temanmu cemburu kepadamu, menghadapi pembual, jangan sembunyikan,  bersyukurlah, orang lain juga perlu bantuan, kamu bisa mengatasi rasa cemburu, dan kita adalah ciptaan Tuhan yang istimewa.

Buku ini dibuat untuk membimbing anak-anak untuk menjadi orang baik dan hidup bahagia. Di tengah budaya materialistik, konsumtif dan kompetitif saat ini, membebaskan anak-anak dari rasa cemburu adalah tantangan yang tidak mudah. Dari berbagai iklan media, anak-anak belajar, untuk menjadi anak yang keren, mereka harus mempunyai segala sesuatu yang terbaik seperti dalam iklan. Mulai dari telepon seluler, alat-alat olahraga, video game, dan baju bermerek. Kompetisi di sekolah juga memupuk kecemburuan anak-anak atas teman-temannya. "Melakukan yang terbaik" rasanya tidak cukup lagi karena anak-anak mulai mengukur pencapaian mereka dengan prestasi anak lain.

Kecemburuan merampas kegembiraan mereka dan membuatnya sulit menjalin pertemanan yang baik. Untuk mengatasinya, kita bisa membantu anak-anak memahami keunikan yang dimiliki tiap manusia, sekaligus rasa cemburu yang bisa ditimbulkan. Kita perlu mengajar anak-anak untuk merasa puas dan bangga dengan kemampuan mereka. Cara paling baik untuk mengajarkan adalah dengan memberi contoh, tindakan nyata sehari-hari. Kita bisa mengajak anak untuk bersyukur atas berkat yang kita terima dengan berbagi kepada sesama. Kita tunjukkan cinta dan perhatian yang seimbang kepada anak-anak. Sebagai orang yang bijaksana, kita jadikan rumah, sekolah dan gereja/komunitas kita sebagai tempat yang nyaman, di mana hati terbebas dari kecemburuan, maka kita akan mampu mensyukuri berkat yang kita terima setiap harinya.