Halaman

Kamis, 04 Mei 2017

REFLEKSI ATAS KEHIDUPAN DAN KEMATIAN




Kematian adalah sebuah fakta yang tidak kita ketahui kapan datangnya. Kita mungkin takut dan agak menghindarinya, agar kematian tidak membayangi hidup kita. Menurut statistik, setiap detik rata-rata ada dua orang yang mati atau meninggal dunia secara normal, baik karena usia lanjut mau pun karena suatu penyakit. Hal ini berarti dalam satu menit ada 120 orang yang mati dan dalam satu jam ada 7200 orang yang meninggal dunia. Dalam satu hari ada 172.800 orang. Data ini belum termasuk orang yang mati atau meninggal dunia secara tidak normal. Misalnya karena kecelakaan, kebakaran, peperangan dan bencana alam. Jika orang yang mati secara normal saja rata-rata per tahun mencapai 58.000.000 orang, ditambah orang yang mati secar atidak wajar, jumlahnya mencapai sekitar 60.000.000 orang.

Dalam kehidupan sehari-hari, selama masih sehat jarang sekali orang berpikir mengenai saat kematiannya. Seakan hidup ini masih lama berakhir, bahkan terasa tidak akan berakhir. Padahal setiap detik kematian datang untuk menjemput rata-rata dua orang, tanpa dapat dihindari oleh siapa pun juga. Jadi setiap kali melewati satu detik kehidupan kita, kita patut bersyukur kepada Tuhan karena belum termasuk di antara dua orang yang dijemput oleh kematian. Dan setiap kali kita merayakan ulang tahun, kita harus bersyukur kepada Tuhan, karena belum termasuk 60.000.000 orang yang dijemput  oleh kematian.

Buku Beyond the Mirror adalah buku renungan atas kematian dan kehidupan yang ditulis oleh Henri J.M. Nouwen setelah kecelakaan yang dialaminya. Ia mengalami luka yang serius ketika terserempet kaca spion sebelah kiri dari mobil van yang melaju kencang ketika ia sedang mencari tumpangan pada pagi di musim dingin, gelap dan tertutup salju tebal dan es di sepanjang sisi jalan.

"Kecelakaan yang saya alami membawa saya ke ambang kematian dan menuntun saya masuk ke dalam pengalaman yang baru akan Allah. Saya dibebaskan dari nafsu untuk membuktikan kehebatan saya kepada dunia …Saya menjadi tidak putus asa berhadapan dengan berbagai interupsi kehidupan yang menakutkan dan merusak. Saya mengalami kehadiran Allah yang keibuan dan saya menemukan panggilan untuk menyentuh Allah dalam diri orang-orang yang budi dan tubuhnya cacat..."

Menurut Nouwen, kesadaran akan kematian dapat memperkaya hidup kita, karena mengingatkan betapa pendeknya hidup kita dan betapa mulianya setiap moment hidup kita. Nouwen memberikan kepada kita Keberanian dan Harapan bila kelak kita mengalaminya. Kematian menjadi sebuah cermin yang menuntun kita kepada kesadaran bahwa Yesus mengasihi kita tanpa syarat dan kita diutus ke dunia untuk berbicara dan berkarya seperti yang dulu dilakukan oleh Yesus.


"Easter reminds us that hope must never be lost for as dark as the road may seem, there always lies light at the end of it. May all your prayers be fulfilled. May you have a pleasant Easter!"

Pdt. Maryam Kurniawati D.Min

Sabtu, 15 April 2017

MISTERI KEBANGKITAN YESUS



Misteri kebangkitan Yesus tidak mudah ditangkap oleh nalar manusia. Para imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi merekayasa sebuah cerita bohong dan menyogok para serdadu Romawi agar tidak menyebar luaskan cerita kebangkitan itu (bnd. Matius 28:11-15). Sangat memalukan sebenarnya bagi para pemuka agama Yahudi untuk "bersekongkol" dengan serdadu-serdadu Romawi yang mereka benci. Namun apa boleh buat, gengsi, prestise dan otoritas mereka jauh lebih penting daripada mengungkap kebangkitan Yesus. Bukankah kisah sejarah kerapkali berulang, demi mempertahankan gengsi, prestise dan otoritas, "kebenaran" kerapkali diputar-balikkan, bahkan dipinggirkan dan dikesampingkan? Konon tidak ada lembaga/institusi yang steril dari kecenderungan ini. Sampai sekarang, cerita bohong masih digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk menutupi kebenaran atau fakta yang sesungguhnya.


Bagi para murid, kabar kebangkitan Yesus telah mengubah segalanya. Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus (Markus 28:1) yang pergi ke kubur dengan rasa sedih yang mendalam, kembali dengan penuh sukacita dan tujuan yang baru, karena Yesus sudah bangkit. Kebangkitan Yesus mengubah kesedihan menjadi sukacita; keputus-asaan berubah menjadi pengharapan, dan ketiadaan tujuan berganti dengan pengetahuan bahwa dalam iman, kita dipersatukan dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Untuk bertemu dengan Yesus yang sudah bangkit, kita harus membuang segala kesombongan dan ketegaran hati kita. Dengan menyangkal diri, kita akan dibebaskan dari "liang kubur cinta diri" dan menuntun kita menuju cahaya Kristus yang bangkit. Selamat Paskah!

(Sumber: Unknown)

Sabtu, 25 Maret 2017

JANGAN MENILAI ORANG DARI RUPANYA



Lizzie Velasquez terlahir dengan penyakit genetik yang sangat langka.  Tubuhnya tidak bisa menyimpan lemak dan dia tidak bisa menambah berat tubuhnya lebih dari 62 pon. Kondisi ini membuat tubuhnya berbeda dengan kebanyakan perempuan normal dan akhirnya dia dijuluki di Youtube sebagai,”Perempuan Terjelek di Dunia.” Mata sebelah kanan Velasquez  juga tidak bisa berfungsi.

"Ini tidak mudah, saya akan menjadi yang pertama untuk memberitahu Anda,” kata Velasquez. " Orang mungkin mengatakan, “Dia bisa menghandle semuanya, karena dia telah berurusan dengan hal ini begitu lama, " dan “saya harus jujur​​, bahwa saya hanyalah manusia dan tentu saja hal-hal ini melukai saya. "

Ketika Velasquez  masih di SMA,  ia menemukan sebuah video dirinya di YouTube berlabel " Wanita Terjelek  di Dunia " sebelum tahun pertamanya . Orang tua Velasquez berusaha untuk menghapusnya, tapi sosok tak dikenal yang memposting video itu mengakui bahwa dia tidak akan menghapusnya.

Alih-alih menderita karena sedih, kecewa, marah dan putus asa, Velasquez mengambil pendekatan yang berbeda untuk menentukan sikapnya.

Dibesarkan di Gereja Katolik, Velasquez memutuskan untuk mengikut Kristus di akhir bangku terakhir menengah ke atas. Dia mengakui bahwa Yesus Kristus memberinya kekuatan untuk menghadapi tingkah polah orang-orang yang membencinya.

Setelah mengedukasi beberapa lulusan sekolah tinggi tentang sindromnya yang langka, dia menantang issue bullying secara face to face. Hasilnya, Velasquez muncul di beberapa program televisi yang memungkinkannya untuk menghasilkan tiga buku. termasuk "Be Beautiful, Be You.”

"Adalah hal yang sangat berat melalui semua ujian ini. Hanya dengan memiliki waktu untuk menyendiri, berdoa dan berbicara kepada Tuhan dan tahu bahwa Dia selalu ada untuk saya,” kata Velasquez .

Ia terus  berencana untuk terus mencurahkan waktu dan energinya untuk mengungkapkan kisah ketekunan imannya.

"Jika Anda memiliki iman dan terus memotivasi diri sendiri, Anda akhirnya akan bisa melaluinya,” ujar lulusan Texas State University ini.

Kisah Velasquez ini mengingatkan kita, seburuk apa pun rupa seseorang, mereka adalah manusia ciptaan Tuhan, sama seperti kita. Sesuatu yang bersifat lahiriah adalah apa yang dipandang baik dan menarik di mata manusia, dan manusia hanya menilai sesamanya dengan memandang muka, penampilan lahiriah, atau apa yang tampak secara kasat mata.  Namun ternyata ukuran yang dipakai Tuhan untuk menilai seseorang berbeda. "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati"  (1 Samuel 16:7b).
Mengapa Tuhan memperhatikan hati?  "Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu”  (Amsal 27:19).  Hati adalah dasar untuk menentukan kualitas pikiran, perkataan dan perbuatan seseorang.  Ketika hati kita bersih akan berdampak positif terhadap pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Kita bisa mengelabui sesama kita dengan penampilan lahiriah kita atau melakukan operasi plastik yang tampak cantik dan menarik dari luar untuk menutupi hatinya. Seperti yang dikatakan oleh Thomas Aquinas, “Tuhan ada di dalam segala sesuatu, dan di tempat yang paling dalam. Tuhan ada di dalam segala sesuatu dengan kehadiran-Nya. Setiap tindakan dan gerakan hati kita diketahui & dikenal oleh Tuhan lebih sempurna daripada kita dan Ia dapat melakukan  apa saja seturut kehendak-Nya. Sebab “tidak ada yang mustahil bagi Tuhan” (Lukas 1:37). 
Sebab itu pilihan yang terbaik bagi kita adalah, jangan menilai orang hanya dari rupanya. Pandangan mata manusia sangat terbatas, dan penampilan lahiriah dapat menipu pandangan kita. Arahkanlah pandangan kita kepada hati, karena keberadaan kita bukan milik kita, tetapi milik Tuhan.


Minggu, 08 Januari 2017

Hidup Serupa Dengan Gambar Allah



Desmond Tutu adalah seorang teolog yang berasal dari Afrika Selatan, ditahbiskan menjadi uskup berkulit hitam pertama di Gereja Anglikan. Ia mengepalai Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, merangkul seluruh orang Afrika Selatan dan mengkampanyekan slogan "Kebenaran itu menyakitkan, tapi diam itu membunuh” untuk mengungkap kebenaran & rekonsiliasi. Menurut Desmond Tutu, “Setiap manusia terkait dengan yang lainnya. Keselamatan adalah sebuah pemberian, bukan hasil dari usaha kita sendiri, melainkan diberikan secara cuma-cuma oleh Allah. Sebab itu kita dipanggil untuk hidup serupa dengan gambar Allah. Berekonsiliasi demi menyembuhkan dan memulihkan keadaan setiap pribadi, kehidupan sosial, ekonomi, dan politik sesuai dengan kehendak Allah terhadap manusia yaitu kedamaian…
Hidup seturut gambar Allah dan berekonsiliasi demi menyembuhkan dan memulihkan keadaan setiap orang, dalam pemikiran saya, bagaikan ulat yang berubah menjadi kepompong, dan akhirnya menjadi kupu-kupu yang indah. Terjadi proses transformasi yang mengubah diri sendiri, sekaligus mengubah sudut pandang terhadap dunia dan orang lain yang ada di sekelilingnya. Dari keinginan untuk memuaskan ambisi, obsesi dan cinta diri sendiri, menjadi hasrat dan kerinduan untuk melayani Allah dan sesama. Hidup tidak lagi berpusat pada ambisi dan obsesi.

Kisah penampakan Yesus di Danau Tiberias dapat menjadi sumber inspirasi kita. Di Danau Tiberias, tujuh orang murid Yesus pergi menangkap ikan. Mereka sedih & kecewa karena ambisi & obsesinya dalam mengikut Yesus tidak terwujud (Yohanes 21:1-19). Mereka bekerja semalaman, tetapi tidak memperoleh apa-apa. Ketika siang hari, Yesus berdiri di tepi pantai … “Hai anak-anak, adalah kamu memperoleh lauk pauk?” Mereka menjawab “Tidak ada!”
Yesus minta kepada mereka untuk menebarkan jala di sebelah kanan perahu, dan jala mereka penuh dengan ikan-ikan. 157 ekor banyaknya! Mata mereka segera terbuka, dan sekarang mengenali siapa orang yang di tepi pantai itu, yakni Yesus yang bangkit! Dalam perjumpaan itu Yesus bertanya kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi (agapan & filein) aku lebih dari hal-hal lainnya? Lebih dari pekerjaan yang sedang ia tekuni, juga ketika pekerjaan itu menghasilkan sesuatu yang luar biasa (ikan yang berlimpah)?
Perjumpaan dengan Yesus yang bangkit itu mengubah sudut pandang, pemikiran, keinginan, hasrat dan nafsu para murid, terutama Petrus. Sama seperti Petrus, mungkin kita mengalami banyak hal yang melukai hati dan mengecewakan dalam mengikut Tuhan, karena ada banyak keinginan, harapan, bahkan obsesi yang kita letakkan di bahu Yesus, dan kita tidak memperolehnya. Sekian puluh tahun mungkin kita telah terlibat secara aktif dalam pelayanan, lalu  tiba-tiba dideportasi untuk keluar dari pelayanan yang kita tekuni.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita mengasihi Yesus  lebih dari semua yang ada? Apakah kita mau sungguh-sungguh mengasihi Dia melebihi kasih kita kepada posisi, jabatan, popularitas, uang, harta, pekerjaan, bahkan diri kita sendiri? Apakah kita mau sungguh-sungguh mengasihi-Nya dengan meninggalkan segala keinginan, hasrat dan cinta diri kita?

Alkitab memberikan kepada kita sebuah contoh, yakni Saulus. Saulus berambisi dan terobsesi memurnikan ajaran Yudaisme. Hatinya berkobar-kobar untuk menangkap, menganiaya, bahkan membunuh murid-murid Tuhan. Ia merasa sedang berada di jalan Allah & membela Allah. Mungkin ada banyak orang seperti Saulus. Merasa superior. Sedang berada di jalan Allah dan membela Allah, namun pada kenyataannya melukai serta tidak segan-segan meniadakan kehadiran dan peran serta orang lain dengan alasan klise, mengundurkan diri.
Kita lihat, dengan semangat menggebu-gebu penuh kebencian, Saulus mengejar murid-murid Tuhan. Namun kasih Tuhan mengubah hidupnya. Di Damsyik, muncul cahaya dari langit yang menghampiri, mengugat dan merobek ambisi & obsesinya. Saulus mengalami “jeda” dalam hidupnya. Tiga hari ia buta. Namun kebutaannya justru memberi pencerahan. Kini mata hatinya dibukakan. Ia melihat Yesus yang teraniaya ada di hadapannya. Terkadang Tuhan tidak kekurangan cara untuk bertindak, untuk menghentikan ambisi, keinginan & obsesi manusia. Petrus, Saulus, dan masih banyak lagi tokoh Alkitab lainnya. Mereka semua pernah jatuh dalam ambisi & obsesi yang keliru. Namun mereka membuka diri. Mau dipulihkan, dan dibaharui melalui perjumpaan mereka dengan Tuhan.
Terkadang kita terjatuh pada ambisi & obsesi yang keliru dalam mengikut Tuhan, sehingga sangat sulit bagi kita untuk merasakan kehadiran-Nya dan sapaan-Nya yang tidka hanya menghangatkan hati dan jiwa, tetapi juga menggugat dan merobek ambisi dan obsesi kita. Sapaan  itu mungkin membuat kita merasa tidak nyaman, karena serta merta dapat meluluh-lantakkan ketegaran & kekerasan hati kita. Namun Francois Fenelon pernah berkata, “Allah tidak pernah berhenti berbicara kepada kita; tetapi keributan dari dunia luar, dan kebisingan dari nafsu-nafsu kita di dalam, membuat kita bingung & menjauhkan kita dari sikap mendengarkan. Semua di sekitar kita harus senyap, dan semua di dalam diri kita harus hening, jika kita ingin mendengar suara-Nya dengan segenap jiwa kita. Suara itu kecil & tenang, dan hanya bisa didengar oleh mereka yang tidak mendengarkan suara-suara lainnya.” So be transformed by the renewing of your mind! (Rom. 12:2) Soli Deo Gloria!


Selasa, 20 Desember 2016

BERAGAMA VS BERIMAN






Manusia adalah mahkluk yang tidak pernah merasa puas. Ia terus mencari dan mencari. Dalam pencarian makna hidupnya manusia akan terus- menerus bertanya tentang makna hidupnya yang terdalam: apakah manusia itu, mengapa manusia hidup, dari manakah asal kehidupan manusia, mengapa ada penderitaan dan kesusahan, mengapa manusia bisa sakit, dan apa akhir dari kehidupan ini, kemanakah sesudah kematian?

Manusia serba terbatas. Semua pertanyaan tersebut merupakan suatu misteri yang tak terjawab. Karena keterbatasannya manusia tidak mampu menjawab semua pertanyaan tersebut. Pada akhirnya manusia mempercayakan seluruh hidupnya pada penyelenggaraan Tuhan melalui agama yang dianutnya. Itulah sebabnya hampir seluruh penduduk dunia ini menganut suatu agama tertentu.

Alasan manusia bergama. Sebagian manusia  menganut suatu agama karena suatu kewajiban sebagai seorang warga dari suatu negara, ada pula yang menganut agama karena suatu warisan dari orang tuanya, ada pula yang menganut agama karena dapat menemukan rasa aman, ada pula yang menganut agama karena dapat menemukan makna hidupnya, ada pula yang menganut agama agar hidupnya merasa tenang.

Alasan menentukan sikap. Dari berbagai alasan manusia menganut agama, sangat menentukan bagaimana mereka menghayati agama yang dianutnya. Jika menganut agama sebagai suatu kewajiban sebagai warga negara,maka orang akan melaksanakan ajaran agamanya sebagai kewajiban saja. Jika menganut agama karena warisan dari orangtuanya, maka orang akan melaksanakan ajaran agamanya sesuai/ seturut apa yang telah dilakukan orang tuanya.

Jika melalui agama yang dianutnya orang merasa aman, maka ia berusaha mencari perlindungan keamanan melalui agama yang dianutnya. Jika orang dapat menemukan makna hidupnya melalui agama yang dianutnya maka orang akan terus melaksanakan ajaran agamanya sampai dapat menemukan makna hidupnya. Pada kenyataannya banyak orang masih menghayati agamanya secara dangkal. Mereka mengaku sebagai orang beragama, namun hanya di KTP saja.

Hidup beragama yang benar harus didasarkan pada keyakinan bahwa Allah telah mengasihi manusia, Dialah sumber kasih, Sang Penyelenggara kehidupan, sehingga hidup beragama hendaknya mengarah pada relasi yang semakin dekat dan mendalam dengan Allah. Benarlah pernyataan ini, Beragama belum tentu beriman; beriman pasti beragama.”

Beragama yang benar berarti berusaha mengenal dan menjalin hubungan yang akrab dan mendalam dengan Allah dan sesamanya. Hidup keagamaan bukan hanya memperhatikan hal-hal lahiriah, melainkan juga yang batiniah.
Beriman berarti menjawab atau menanggapi panggilan, sapaan atau cinta kasih Allah. Kesadaran bahwa Allah sungguh mencintainya mendorong manusia untuk menanggapi kasih-Nya dengan mengimaninya. Dengan beriman, manusia sungguh sadar akan konsekuensinya.

Iman adalah hubungan kasih antara manusia dengan Tuhan. Manusia menyerahkan seluruh hidunya kepada Tuhan, karena manusia mengalami dirinya dikasihi oleh Tuhan. Dalam hubungan itu manusia secara pribadi mengungkapkan segala perasaan dan hasrat hatinya kepada Tuhan melalui bermacam ungkapan, antara lain dengan ibadah, doa dan pujian. Namun iman tanpa ungkapan atau penghayatan merupakan ungkapan yang tidak bermakna. Karena itu ungkapan dan penghayatan iman harus diwujudkan secara nyata dalam tindakan.

Ambil saja contohnya, untuk bisa menyerahkan dirinya kepada Tuhan manusia harus mengembangkan kemampuan dalam dirinya yaitu:

Pikiran      : manusia mampu berpikir, manusia mengerti dan merasakan Tuhan itu ada
Perasaan       : manusia merasakan bahwa Tuhan itu baik
Kehendak      : manusia terdorong untuk melakukan tindakan
Tindakan       : merupakan wujud dari kehendak manusia

Orang beriman yang baik mengetahui dan memahami kebenaran yang terkandung dalam iman itu; kemudian  mengolah dan menghayatinya dalam hati; mengungkapkannya melalui doa atu ibadat; akhirnya mewujudkannya dalam tindakan nyata sehari-hari

Ajaran Yesus dalam mewujudkan iman. Kita melakukan perbuatan baik yang berkenan kepada Allah bukan hanya pada perkataan saja
         Kita harus mau mengasihi secara radikal, maksudnya dengan sepenuh hati.
         Kita juga harus mencintai musuh-musuh kita.
         Tindakan baik itu perlu diwujudkan bagi sesama yang lemah, hina, miskin dan tak berdaya

Yohanes 1:1-18, seperti yang dikatakan oleh Dr. Leimena, adalah suatu bagian yang indah dari Kitab Suci. Malahan lebih daripada itu, salah satu bagian yang paling indah dan paling penting dari seluruh Kitab Suci karena Injil Yohanes menekankan mengenai keallahan dan kemanusiaan Yesus.

Identitas Yesus sebagai Allah dan manusia dijelaskan dalam Yoh. 1:1-18, dan  dipertegas oleh Yohanes melalui kesaksiannya kepada kepada para utusan dari Yerusalem dalam Yoh. 1:19-28. Dengan demikian Yoh. 1:1-18 jika dilihat dari konteks keseluruhan Injil Yohanes merupakan bagian dari tujuan Injil Yohanes supaya para pembaca yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah dan mereka yang telah percaya imannya boleh dibangun.

Allah rela menjadi seperti manusia (namun tanpa menghilangkan aspek keilahian-Nya), untuk menjangkau dan menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Allah tidak mau manusia yang telah diciptakan-Nya serupa dan segambar dengan Dia dihancurkan kuasa dosa. Untuk itu Allah datang sebagai manusia agar manusia menyadari betapa besarnya kasih Allah akan dunia.

Hidup kita adalah Sebuah Persembahan yang Hidup bagi Allah. Dalam surat Roma 12:1-2, Rasul Paulus berkata, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:1-2)



Jumat, 25 November 2016

PENGHIBURAN DARI TUHAN




PENGHIBURAN DARI TUHAN
Persiapan GSM GKI Serpong, 25 November 2016
Pdt. Em. Maryam Kurniawati D.Min

Fokus Untuk Batita
-       ASM mengenal Tuhan yang selalu menghibur mereka
Fokus Untuk Anak Kecil
-       ASM mengenal Tuhan yang selalu menghibur mereka
-       ASM dapat menyebutkan, apa yang dilakukan Tuhan untuk menghibur mereka
Fokus Untuk Anak Besar
-       ASM dapat menyebutkan, apa yang dilakukan Tuhan untuk menghibur mereka
-       ASM menjadikan Tuhan, sebagai Sumber Kekuatan dan Penghiburan dalam kehidupan mereka

Ilustrasi: Kisah Nyata Intan Olivia Marbun[1]
“Mama..aku cantik kan?” ujar Intan sembari menari kecil di hadapan Diana. Wajah manis dan imut itu begitu semringah di Minggu pagi, 13 November 2016. Kenangan itu membekas dalam benak Diana Susan Sinaga. Siapa sangka, Minggu nan cerah itu justru menjadi hari terakhirnya melihat sang buah hati.
Tarian lucu dan ucapan terakhir itu terngiang-ngiang terus di kepala Diana. Namun apa daya, Tuhan berkehendak lain. Intan Olivia Marbun, buah hatinya yang baru menginjak usia 2,5 tahun akhirnya meninggalkan Diana selamanya.
Ledakan bom di Gereja Oikumene yang menyasar ke empat anak-anak di depan gereja, menghancurkan segalanya. Kini, perempuan berusia 32 tahun itu seperti luruh tak berdaya. Air mata menggenang di kedua bola matanya. Suaranya pun parau akibat tangisan yang tak kuasa dibendungnya.
"Mama..aku cantik kan?” kata itu kembali diucapkan Diana di bawah guyuran hujan di Desa Putak Kecamatan Loa Janan Ulu Kabupaten Kutai Kertanegara, pada hari Selasa, 15 November 2016, atau sehari usai Intan bertahan belasan jam menahan sakit di RS AW Syahranie Samarinda.
Sehari sebelumnya, dokter menyebut, kondisi Intan Olivia memang memprihatinkan. Tubuhnya terbakar hebat hingga 80 persen. Paru-parunya membengkak dipenuhi asap kotor akibat ledakan.
Bocah berparas cantik ini pun tak mampu lagi bertahan. Senin pagi, 14 November, ia pun mengembuskan nafas terakhirnya di hadapan Diana dan suaminya, Anggiat Banjarnahom.
Ledakan bom molotov di Gereja Oikumene Samarinda terjadi pada Minggu, 13 November 2016, pada pukul 10.15 waktu setempat. Dilaporkan, ada seorang pria bernama Juhanda alias Jo (37 tahun) datang ke halaman gereja dan melempar bom molotov. Bom itu memang membawa malapetaka. Tiga teman Intan Olivia di Gereja Oikumene tempat mereka beribadah ikut menjadi korban. Namun memang Tuhan menghendaki Intan Olivia lebih dahulu.
Kita semua ikut berduka karena Intan Olivia Marbun meninggalkan Ibu dan Ayahnya untuk selama-lamanya. Kita doakan agar Tuhan menghibur Ibu dan Ayah Intan. Kita doakan agar tidak ada lagi anak-anak lain yang menjadi korban akibat ledakan bom di mana pun juga mereka berada.

Bacaan: Yesaya 40:1-11
Dalam versi NIV (New International Version) Bible, perikop ini berjudul “Comfort for God’s People, yang artinya ketenangan, sebuah jaminan penghiburan dari Tuhan bagi umat kepunyaan-Nya.



Cerita Alkitab: Penghiburan dari Tuhan
“Lihat, itu Tuhan ALLAH, la datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya, Ia berkuasa” (Yesaya 40:10a)

Berada di dalam kesulitan dan pergumulan, karena terbelenggu atau terkurung di suatu tempat asing, memang tidak mudah. Orang yang mengalaminya akan merasa sangat sedih dan takut. Kesedihan dan ketakutan makin bertambah, jika harapan untuk segera bebas tidak kunjung tiba. Penantian panjang akan pembebasan, tanpa kepastian membuat orang merasa sedih, kecewa, putus asa dan tidak berdaya. Ketika berada di dalam pembuangan di Babel, orang-orang Israel merasa sedih dan kecewa karena sebagai umat pilihan Allah, mereka diperbudak atau diperhamba oleh bangsa asing (yaitu bangsa Babel). Mereka merasa putus asa dan tidak berdaya karena tidak ada orang yang dapat membebaskan mereka. Berbagai bentuk penyiksaan dan perlakuan kasar yang dilakukan para penguasa Babel seakan tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Ratapan menahan berbagai penderitaan dan perlakuan kasar telah mereka serukan kepada Tuhan. Namun Tuhan tak kunjung datang untuk menolong mereka.
Mereka merasa bahwa Tuhan telah mengabaikan, membiarkan dan meninggalkan umat-Nya. Setelah bertahun-tahun mengalami penderitaan dan penindasan yang dilakukan oleh para penguasa Babel, Tuhan Allah memerintahkan Nabi Yesaya untuk menghibur dan menenangkan hati orang-orang Israel. Mereka diminta untuk bertobat, kembali ke jalan Tuhan karena Tuhan Allah yang akan membebaskan umat-Nya dengan kemuliaan, kekuatan dan kekuasaan-Nya. Semua manusia lemah dan tidak berdaya. Hanya Tuhan Allah yang kuat dan berkuasa untuk membebaskan dan menyelamatkan mereka.
Di tengah berbagai kesulitan yang menyedihkan dan menakutkan kita, kedatangan Tuhan Yesus dalam kemuliaan dan kekuasaan-Nya menjadi kabar yang menghibur dan menguatkan. Hanya Tuhan lah yang sanggup memampukan dan menguatkan kita untuk menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan hidup yang ada. Tuhan selalu hadir dan menguatkan atau memberikan semangat baru kepada umat-Nya. “Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,  tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yesaya 40:30-31).
Untuk memperoleh penghiburan yang datang dari Tuhan, kita harus membersihkan hati dan pikiran kita, serta meluruskan tutur kata dan perilaku yang bengkok dan bercela. Jangan berdoa kepada Tuhan supaya hidup ini menjadi mudah. Tetapi berdoalah supaya kita menjadi pribadi yang lebih kuat untuk menghadapi segala bentuk kesulitan dan tantangan atas hidup kita. Sediakan waktu untuk ada bersama-Nya serta serahkan diri dan hidup untuk digembalakan oleh-Nya. 
Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti” (Mazmur 46:2)



[1] Intan Olivia Marbun: “Mama, Aku Cantik kan?” http://nasional.news.viva.co.id/news/read/848161-intan-olivia-marbun-mama-aku-cantik-kan seperti diunduh pada tanggal 22 November 2016