Halaman

Selasa, 26 Juni 2012

TERLUPUT DARI BADAI


Bacaan Alkitab: 
Ayub 38:1-11, Markus 4:35-41

Ada sebuah nasihat yang mengatakan, "Dari pada mengutuki kegelapan, lebih baik mengambil sebuah lilin dan menyalakannya." Sebuah nasihat yang sederhana' tetapi tidak mudah untuk dilakukan. Mengapa? Kegelapan seringkali kita identikkan dengan masalah, persoalan, kesulitan, ancaman dan tantangan. Reaksi yang biasa ditunjukkan seseorang ketika ada dalam kegelapan adalah mengeluh, marah, kecewa, dan putus asa. Bahkan tidak jarang dalam kegelapan, orang mengambil keputusan dengan meninggalkan iman kepada Tuhan Yesus Kristus.

Nasihat sederhana ini mau mengajak kita untuk mengambil sikap dan tindakan yang berbeda, atau lebih dari yang biasa. Ketika diperhadapkan dengan segala bentuk masalah, persoalan, dan kesulitan dan di dalam pekerjaan, di dalam keluarga dan pelayanan, ambil lah sebuah lilin dan nyalakan. Artinya, jangan biarkan kegelapan menguasai dan membelenggu hidup kita. Yang harus kita lakukan adalah berjuang untuk berkuasa atas kegelapan itu.  Nah, apa yang harus kita lakukan? Kita bisa berusaha keras dan berjuang dengan akal budi kita. Tapi hasilnya, kita pasti kecewa karena berulang kali kita dapat mengalami kegagalan. Bersandar, berharap dan percaya kepada Tuhan, adalah pilihan yang terbaik agar kita terluput (dalam arti terhindar atau terlepas) dari badai kehidupan ini.

Bukankah hidup kita manusia tidak selamanya senang, tetapi juga tidak selalu susah? Sampai hari ini rasa senang dan sedih, tawa dan air mata, tenang dan badai selalu datang silih berganti. Ada saat-saat dimana kita merasa begitu senang dan bahagia. Namun ada saat-saat di mana kita merasa begitu lelah dan tertekan. Dalam keadaan seperti itu, Allah adalah satu-satunya penolong yang sungguh-sungguh dapat kita harapkan, kita andalkan dan kita percayai. Bisa saja kita mencari kebahagiaan yang semu, dengan berjam-jam berdiam di mall-mall atau tempat-tempat hiburan. Namun itu semua tidak akan mampu menolong kita untuk menjadi lebih tegar dan tangguh dalam menjalani hidup ini.

Melalui  Ayub 38:1-11, Markus 4:35-41, Alkitab mau memperlihatkan kepada kita, bahwa kenyataan hidup kita tidak selalu berjalan sesuai dengan yang kita inginkan, dan hidup ini tidak selalu memberikan apa yang kita harapkan. Ada banyak persoalan, pergumulan, ancaman, dan bahkan tantangan yang harus kita hadapi di sana dan di sini. Tapi tak perlu kita berkecil hati, karena Tuhan itu baik! Dia tidak pernah meninggalkan dan membiarkan kita, sekali pun kita harus mengalami tekanan dan pergumulan yang tak ada habisnya.


Salah satu contohnya adalah melalui kehidupan Ayub. Siapakah Ayub, tokoh yang kita bicarakan ini? Dia adalah seorang laki-laki di tanah Us. Orangnya saleh dan jujur, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina, dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu menjadi orang yang terkaya dari semua orang di sebelah timur pada saat itu. Namun apa yang terjadi? Ayub mengalami musibah. Ia kehilangan semua harta benda dan semua anak-anaknya. Ayub sendiri mengalami sakit kulit yang menjijikan. 

Penderitaan Ayub bertambah lagi karena sikap Elifas, Bildad, Zofar, dan Elihu, yang menghakimi dan memojokkan Ayub. Teman-teman Ayub beranggapan, bahwa musibah itu terjadi karena Ayub telah berbuat dosa kepada Tuhan, dan mereka mendesak Ayub untuk mengakui dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Mungkin suatu saat dalam hidup ini, Anda pernah mengalami, dalam keadaan atau posisi terjepit. Mengalami musibah, tapi masih juga dipersalahkan dan dipojokkan oleh suami atau istri, orang tua atau anak, dan aktivis di gereja. Rasanya sungguh sangat menyakitkan! Entah mengapa, dalam situasi-situasi yang terbaik sekali pun, orang masih saja senang menyalahkan orang lain, padahal dia sendiri juga melakukan banyak kesalahan. Satu-satunya yang kita lakukan mungkin adalah mengeluh, marah, kecewa, dan putus asa. Sama seperti Ayub! 

Namun di tengah pergumulan dan ketidakmengertian Ayub atas semua yang terjadi dalam hidupnya, Tuhan berbicara kepadanya dalam badai. Hal itu mau menunjukkan, bahwa sama seperti cara badai bekerja, begitu pula cara Tuhan hadir untuk memberi kekuatan dan menolong Ayub untuk mengatasi persoalan dan pergumulan hidupnya, dan tidak ada satu pun manusia yang dapat melakukan hal itu. Hanya Tuhan yang bisa! 

Dari kisah Ayub ini, kita dapat melihat bahwa hidup kita manusia tidak terlepas dari badai, sekali pun dia adalah orang yang baik dan saleh. Yang penting bukan soal “Kenapa aku, kok bukan yang lain?” tetapi "Bagaimana aku menghadapinya?" "Bagaimana aku mengatasinya?Dari Ayub, kita belajar untuk tidak berharap kepada manusia, tetapi berharap kepada Tuhan. Manusia hanya akan membuat kita kecewa, karena memberikan penghakiman, tetapi Tuhan akan memberikan kelegaan dan kemenangan! Oleh karena itu, belajar untuk tidak menempatkan atau memposisikan diri kita sebagai “korban.”   


Dari Rasul Paulus, kita belajar untuk tetap sabar, dan tabah dalam menjalani hidup yang diwarnai dengan suka dan duka, tenang dan badai ini. Di dalam Filipi 4:13 Rasul Paulus berkata, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku!”  Sebab itu, jangan takut menghadapi persoalan, tekanan dan pergumulan dalam hidup ini. Persoalan, pergumulan dan badai hidup bisa datang kapan saja dalam hidup kita, dan membuat kita menjadi sangat takut. Sama seperti para murid, ketika mereka menghadapi badai yang mengguncang serta menakutkan di danau Galilea. 


Takut adalah realitas yang tak terhindarkan, dan yang ada pada setiap orang, termasuk kita. Setiap hari kita merasa takut. Setiap hari kita bisa merasa terancam, merasa tidak aman, dan ketakutan karena tidak memiliki kepastian. Begitu juga dengan para murid. Mereka mengalami ketakutan yang luar biasa ketika badai dan angin kencang melibas mereka di dalam kapal. Nah apa yang dilakukan para murid ketika mereka berada dalam ketakutan yang begitu mendalam? Mereka datang kepada Yesus. Hasilnya? Angin ribut  itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. 


Apa artinya itu bagi kita? Artinya, ketika badai dan angin ribut mengguncang dan melibas kehidupan kita, datanglah kepada Tuhan, dan jangan kepada yang lain. Ia berkuasa atas badai kehidupan yang kita hadapi. ketakutan dan ketidakpercayaan kita tidak akan pernah dapat menolong kita. Pernyataan Yesus di Markus $:40 mau menegaskan kepada kita supaya kita sungguh-sungguh bersandar, percaya dan berharap kepada Dia! Dalam hidup ini, Yesus adalah satu-satunya penolong yang sungguh-sungguh dapat kita harapkan, kita andalkan dan kita percaya! Pemazmur di dalam Mazmur 46:2 berkata, “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti!” Sebab itu jadikanlah Allah itu sebagai satu-satunya sumber pertolongan hidup Anda! 

Orang yang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui Kesukaran, Tantangan dan Air mata! Sebab itu lakukanlah apa yang menjadi bagian kita dengan baik dan benar, maka Tuhan akan melakukan apa yang menjadi bagian-Nya, sehingga segala sesuatunya menjadi indah dan sempurna pada waktu-Nya! 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar