Halaman

Rabu, 21 November 2012

MENGASIHI HUKUM ALLAH: BUKAN ANJURAN ATAU NASEHAT TETAPI PERINTAH




Para arkeolog di Israel menemukan bukti arkeologis pertama tentang Simson (SH News, 22 November 2012). Bukti itu berupa segel batu kuno yang menggambarkan pertarungan Simson dengan singa muda. Dalam penggalian di Tel Beit Semes di Perbukitan Yudea, dekat Yerusalem, para arkeolog Israel menemukan segel berdiameter kurang dari satu inci yang menunjukkan hewan besar dengan ekor kucing menyerang sosok manusia. Segel seukuran kancing yang ditemukan pada lokasi sekitar abad ke-11 SM. Menurut The Telegraph, Senin (30/7), ini adalah masa setelah suku Israel di bawah pimpinan Yosua telah masuk ke tanah Kanaan. Pemimpin Yahudi pada masa ini dikenal sebagai hakim, salah satunya adalah Simson.
Lokasi penemuan dekat Sungai Sorek yang menandai batas antara Israel dan Filistin yang pada waktu itu menguasai orang Yahudi. Angka pada pada segel menurut arkeolog Israel dapat mewakili Simson. Dalam kitab Hakim-hakim 14:6 diceritakan kepada kita, bagaimana Simson yang mendapatkan kekuatan dari Tuhan mencabik-cabik singa--dengan tangan kosong seperti mencabik anak kambing--dalam perjalanan untuk melamar gadis Filistin di Timna. Meski mencintai istrinya—yang mati dibakar orang Filistin--, Simson tidak suka pada orang-orang Filistin. Suatu ketika dia membunuh 1.000 orang Filistin dengan tulang rahang keledai yang baru mati.
Simson akhirnya tidak berkutik setelah menceritakan sumber kekuatannya pada Delilah, istrinya yang juga dari Filistin. Orang Filistin kemudian menangkap dia, mencungkil matanya, dan memenjarakan dia di Gaza. Di akhir hidupnya, Simson yang 20 tahun lamanya menjadi hakim Yahudi, mendapatkan kekuatannya kembali dan mendorong dua tiang penyangga pangung yang menaungi 3.000 orang Filistin hingga robohlah gedung itu.
Dari pengalaman hidup Simson, kita belajar untuk mengasihi Allah dengan segenap kekuatan dan kemampuan, bukan sebagai sebuah pilihan, tetapi keharusan. Rancangan Tuhan dalam kehidupan Simson benar-benar luar biasa, karena Dia bukan hanya memilih dan menetapkan Simson sebagai alat-Nya. Namun juga memberikan orangtua yang baik, yang mengasihi dan takut akan Tuhan. Sayangnya, Simson melanggar kaidah atau perintah untuk menyucikan diri bagi Allah (Hakim-hakim 14:1-16:21). Di akhir hidupnya, Simson tidak hanya kehilangan kekuatan yang dianuegrahkan Allah kepadanya tetapi juga kehilangan kehormatan dirinya (Hakim-hakim 16:23-31). Kalau saja Simson mau mengasihi Allah dengan segenap kekuatan dan kemampuannya, tentu kisah hidupnya akan berbeda.
Allah mengasihi bangsa Israel, seperti tampak dalam perjanjian di Gunung Sinai. Dalam perjanjian itu Allah berjanji untuk menghantar mereka sampai ke tanah Kanaan dan akan selalu menyertai mereka. Dari pihak Israel, dituntut kesetiaan kepada hukum Allah. Salah satu bentuk kesetiaan yang dituntut Allah dari mereka adalah, “Mengasihi Tuhan, Allah, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan mereka” (Ulangan 6:5). Salah satu bentuk mengasihi Allah dengan segenap kekuatan dan kemampuan, adalah menunjukkan perhatian dan belas kasih kepada para janda, anak yatim piatu dan orang-orang miskin. Perhatian dan belas kasih Israel kepada sesama, harus lahir dari kesadaran akan belas kasih dan perhatian Allah kepada mereka.

Dengan demikian cara terbaik mengasihi Allah, adalah menunjukkan (1) kesetiaan, (2) penghormatan, dan (3) kesediaan untuk mengasihi dan melayani sesama. Menurut Thomas Aquinas, untuk membuktikan kasih manusia kepada Allah, maka kita harus melakukan tiga hal, yaitu: (1) Tidak mempunyai “allah” lain atau yang diperallah, seperti uang, jabatan dsb; (2) Harus memberikan kepada Allah penghomatan, seperti menguduskan hari Tuhan dan melakukan kehendak-Nya; (3) Mengasihi dan melayani sesama, dapat kita lakukan dengan mengasihi orangtua kita dan tidak melukai sesama kita. Kita tidak boleh melukai sesama kita dengan perkataan, perbuatan dan pikiran, dengan merusak perkawinan seseorang, mengambil barang atau harta milik sesama.
Hukum utama dalam kehidupan ini adalah Kasih. Kasih yang seimbang antara kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Menariknya, bagi kita, mengasihi ternyata bukan sebuah anjuran atau nasehat dari Tuhan, tetapi PERINTAH. Kalau anjuran atau nasehat, orang bisa dengar dan bisa juga tidak dengar; orang bsa ikut, dan bisa juga tidak. Mengasihi Allah dan mengasihi sesama ternyata bukan anjuran atau nasehat dari Tuhan Yesus, tetapi perintah, “Inilah perintah-Ku kepadamu, kasihilah seorang akan yang lain” (Yohanes 15:17).
Mengasihi sesama harus menjadi syarat dan tolok ukur dari segala perkataan dan perbuatan kita, sebab kasih tidak egois, atau mengarah pada dirinya sendiri (1 Korintus 13:4-7). Kasih Kristus merangkul kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama, sebab kasih Kristus memungkinkan kita untuk berjumpa dengan siapa saja, tanpa memandang perbedaan suku, ras, agama dan budaya. Dalam kasih, yang adalah amanat dan perintah itu, pengikut Kristus menjalankan panggilan kudus dan mulia menjadi “altar Kristus.” Keberanian untuk menerima dan mengasihi sesama - termasuk mereka yang membenci kita - adalah perwujudan dari kasih sebagai hukum yang terutama, seperti yang Yesus ajarkan. Hanya dengan mengasihi manusia, kita melakukan kehendak Bapa dalam segalanya, serta membaktikan diri kepada kemuliaan Allah dan pengabdian terhadap sesama.
Di dalam Injil Markus 12:30-31, Yesus berkata, “Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan denga segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini.” Lalu kata ahi Taurat itu kepada Yesus, “Tepat sekali Guru, benar kata-Mu itu … Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan” (Markus 12:32-33). Yesus melihat, bagaimana bijaksananya orang itu, dan Ia berkata kepadanya, “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah.” Semoga kita bertumbuh dalam kasih, sebab kita semua diciptakan untuk mengasihi Allah dan sesama (GKKB, 25 November 2012)


1 komentar:

  1. Shalom bapak, ibu dan saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah ada diantara bapak, ibu maupun saudara/i yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael dan V'ahavta? Kalimat pernyataan keesaan YHWH ( Adonai/ Hashem ) dan perintah untuk mengasihiNya yang dapat kita temukan dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 6 yang juga pernah dikutip oleh Yeshua/ ישוע/ Yesus di dalam Injil khususnya dalam Markus 12 : 29 - 31, sementara perintah untuk mengasihi sesama manusia dapat kita temukan dalam Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18. Mari kita pelajari cara membacanya satu-persatu seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :

    Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 6, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃. וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהֹוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכׇל־לְבָבְךָ֥ וּבְכׇל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכׇל־מְאֹדֶֽךָ׃. "

    Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " Shema Yisrael! YHWH [ Adonai ] Eloheinu, YHWH [ Adonai ] ekhad. V'ahavta e YHWH [ Adonai ] Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol me'odekha

    Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18, " וְאָֽהַבְתָּ֥ לְרֵעֲךָ֖ כָּמ֑וֹךָ. "

    Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " V'ahavta l'reakha kamokha "

    Untuk artinya dapat dilihat pada Alkitab LAI.

    Diucapkan juga kalimat berkat seperti ini setelah diucapkannya Shema

    " . בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד. "
    ( Barukh Shem kevod malkuto, le'olam va'ed, artinya Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya )

    🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜✍🏼🕯️❤️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🦁🦅🐂🐏🐑🐎🦌🐪🕊️🐍₪🇮🇱

    BalasHapus