Halaman

Senin, 29 Februari 2016

'MARILAH KEPADAKU, YANG LETIH LESU DAN BERBEBAN BERAT"


"MARILAH KEPADAKU ..."
Pdt. Em. Maryam Kurniawati D.Min






Thomas Smith, seorang musisi, suatu saat berjalan-jalan di toko gadai ecara spontan perhatiannya tertarik pada gitar di sudut etalase, gitar yang tampak dekil dan hanya memiliki satu senar berkarat. Sebagai musisi, ia mengenali alat musik yang bermutu. Dan ia tahu gitar buruk rupa itu sebenarnya sangat berkualitas. Dibelinya gitar itu dengan harga 30 dolar! Perlu waktu satu bulan untuk membersihkan gitar itu, memperbaiki bagian yang rusak, dan memasang senar baru. Benar saja, gitar itu mengalunkan suara yang begitu merdu saat Thomas memainkannya. Membuat iri teman-teman musisi lain yang memiliki gitar dengan harga yang jauh lebih mahal.

Dari kisah Thomas kita belajar, cara pandang Tuhan acap kali berbeda dengan kita.  Dia tidak pernah melihat tampak atau penampilan luar, karena lebih tertarik kepada hati kita, dan hidup kita bernilai bukan karena segala hal yang kita miliki, melainkan karena Tuhan lah yang memilih, menentukan, dan mengangkat hidup kita. Mengapa Tuhan memilih, menentukan, dan mengangkat hidup kita? Jawaban yang pasti, adalah karena penderitaan dan beban hidup kita terlalu berat untuk kita pikul sendiri.
Bukankah setiap keluarga mempunyai salibnya masing-masing  (
leder huis heeft zijn eigen kruis)?

Di sekeliling kita, banyak orang menderita karena kehilangan pekerjaan. Banyak orang susah dan menderita karena mempunyai anak yang berkebutuhan khusus (autis, cacat ganda dll). Banyak orang yang menderita penyakit yang tak kunjung sembuh. Banyak pula orang menderita karena kematian orang yang dikasihinya ... Jorgen Moltmann dalam The Crucified God berpendapat bahwa Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia melalui penderitaan dan salib, dan bukan lewat kuasa dan kemuliaan. Sebab itu Allah solider, bahkan berpartisipasi, merasakan, menebus dan memberi kelegaan kepada manusia dari penderitaan yang dialaminya!

Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan”  (Matius 11:28–30).


"Pikullah kuk yang Kupasang!” Apa yang dimaksudkan Yesus dengan memakai kata “kuk’ dalam pengajaran-Nya itu? Kuk adalah sebatang kayu yang dibentuk untuk mengekang dua ekor sapi, dan menjaga mereka supaya terikat bersama sehingga mereka dapat  berbagi beban secara seimbang. Memikul kuk berarti taat kepada Dia dan mau bekerja untuk Dia. Ia berkata bahwa kuk-Nya enak dan beban yang Ia berikan ringan. Alkitab sering berbicara kepada kita tentang beban dalam arti perbudakan atau kewajiban. Namun bila Yesus memerintahkan kita untuk memikul kuk yang Dia pasang, itu bukan berarti bahwa Dia ingin menambahkan beban kepada kita.

Dia justru mengajak kita untuk “Berserah dan Berbagi”  sehingga kita dapat terus berjalan bersama-Nya sambil memikul bersama beban itu, sehingga beban kita pun akan menjadi lebih ringan. Satu-satunya cara Tuhan untuk mengangkat beban kita adalah dengan kerelaan-Nya memikul beban itu bersama dengan kita; tetapi di saat yang sama itu kita juga harus menyerahkan diri kepada-Nya, agar Dia dapat mulai  mengendalikan hidup kita! Oleh karena itu menjadikan Dia segalanya bagi kita, adalah pilihan yang terbaik.  Izinkanlah Ia mengendalikan segalanya,maka Dia  akan berurusan dengan beban  hidup kita. Langkah berikutnya, adalah belajarlah dari Yesus, sehingga kita dapat memahami apa dan bagaimana cara kita bertindak. Lihatlah bahwa Dia akan memberikan kita kuasa, dan akan memampukan kita untuk menghadapi segala ujian, cobaan dan tantangan dalam kehidupan ini! 

Selamat menjalani hari-hari indah bersama-Nya!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar