Halaman

Sabtu, 21 Mei 2016


"Lonely, but not Alone"


Pernah nggak kamu berada di sebuah keramaian 
tapi tetap merasa kesepian? Bahkan mungkin saat itu kamu nggak cuma dengan orang-orang yang nggak kamu kenal, tapi juga sama teman-teman kamu? Di tengah-tengah obrolan di sebuah coffee shop, di sebuah konser, misalnya?


Setiap dari kita pasti pernah merasa kesepian. Yang membuat perbedaan adalah kadarnya,lamanya, penyebabnya dan tentu saja penanganannya. Kebanyakan orang menghindari kesepian karena kesepian berkonotasi negatif, atau paling tidak menimbulkan perasaan tidak menyenangkan..


Seseorang bisa saja memiliki banyak teman dan keluarga, tetapi jauh di dalam hatinya ia tetap merasa sendiri. Penyebabnya, karena merasa tidak dimengerti,tidak didengarkan, atau merasa diperlakukan secara berbeda dari orang lain. Semakin seseorang memikirkan kebahagiaan, rasa kesepian itu pun semakin mendera.

Kesepian tidak dialami orang yang tinggal di puncak gunung atau desa terpencil, karena mereka yang hidup di kota besar yang padat penduduk dan hingar bingar hiburan pun ternyata lebih banyak yang merasa kesepian. Perasaan kesepian jika berkepanjangan bisa menimbulkan berbagai persoalan lanjutan. Problem adaptasi sosial, sulit berteman, suka menyendiri bahkan hambatan akademik yang membuat prestasinya jauh dari optimal, merupakan dampak dari perasaan kesepian panjang yang dialami oleh anak-anak.


Menurut Marano, anak-anak kesepian karena social rejection (diabaikan dan disingkirkan dari lingkungan sosial ataupun keluarga), menjadi salah satu penyebab putus sekolah; karena dalam kesehariannya mereka cenderung menunjukkan perilaku agresif (nakal, suka berkelahi,

merampas/mencuri dll). Di kalangan dewasa, kesepian menjadi penyebab depresi serta adiksi, baik itu adiksi terhadap relationship (co-dependent), sexbelanja (shopaholic), kerja (workaholic), alkohol /minuman keras, maupun obat-obatan terlarang (substant abuse).



Dampak kesepian bagi kesehatan?

John Cacioppo dari University of Chicago meneliti dampak kesepian ini, dan mengatakan:
1.Orang yang kesepian dilaporkan mempunyai tingkat stress yang lebih tinggi, 
bahkan di saat rileks dibandingkan dengan orang-orang yang tidak kesepian.
2. Kesepian meningkatkan sirkulasi hormon stress dan meningkatkan tekanan darah. Pengaruhnya kepada sistem sirkulasi jantung yang bekerja lebih keras dan menghadapi potensi kerusakan akibat “tekanan yang tidak stabil.”
3. Kesepian mengganggu kualitas dan efektivitas tidur sehingga menghambat proses restorasi fisik maupun psikologis yang diperlukan tubuh. Orang-orang yang mengalami kesepian lebih sering terbangun malam hari dan tidur lebih sedikit dibandingkan mereka yang tidak kesepian.

Anak-anak, remaja, orang muda hingga manula, pasti pernah mengalami rasa kesepian. Anak-anak merasa kesepian ketika ditinggal pergi orangtua mereka. Istri/suami yang kesepian karena kehilangan pasangan, akibat kematian atau perpisahan. Seorang gadis atau pemuda kesepian setelah putus dari pacar.
Ibu dan Ayah kesepian karena anak-anaknya tinggal di luar kota. Seseorang bisa kesepian karena sakit, harus tinggal di rumah atau di rumah sakit, serta terisolasi dari teman-teman dan keluarga. Pindah rumah atau pindah sekolah juga bisa menyebabkan kesepian karena tercabut dari komunitasnya dan harus menghadapi komunitas baru.

Menurut James Park, seorang  filsuf beraliran eksistensialis, perasaan kesepian tidak selalu disebabkan oleh kurangnya cinta dan teman, namun karena sering disalahartikan dan tidak dipahami, maka segala jenis kesepian lantas diatasi dengan cara bersosialisasi, pacaran, menikah, dsb yang semua berkaitan dengan interpersonal relationship.

Apa yang harus kita lakukan agar tidak kesepian ?

Melakukan sesuatu, adalah pilihan terbaik. Kita dapat membantu dan menolong orang lain dalam kesesakan hidup mereka. Pilihan selanjutnya adalah mencari teman-teman dengan ketertarikan yang sama (misalnya hobby naik gunung, membentuk group band, dsb). Membuka peluang atau usaha baru,akan memberikan solusi dan tantangan baru yang menarik bagi kita.

Kalau kita membaca kitab Mazmur 22:1-11, Pemazmur juga merasa kesepian,
dan tidak berdaya. Secara mental dan emosional, hatinya hancur lebur.

Dalam kondisi seperti ini, biasanya orang akan mencari seribu satu macam hiburan (dari nongkrong di mall seharian, nonton film di XXI, ngopi bareng teman dll). Bahkan mengkonsumsi obat-obat terlarang (obat tidur, obat penenang, Napza). Namun pemazmur tidak melakukan hal itu. Ia memilih untuk tetap menjadi orang yang beriman kepada Allah. Kasih setia Allah kepada nenek moyangnya membuktikan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya yang berseru minta tolong kepada-Nya.Hal ini memperkuat iman pemazmursehingga ia tidak membiarkan dirinya depresi dan dikuasaiperasaan bahwa ia ditinggalkan sendirian oleh Allah. 
Nah bagaimana sekarang dengan kita?


Even when it seems that there is no one else, always remember there's one person who never ceased to love you - yourself” 

(Sanhita Baruah)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar