Halaman

Rabu, 01 Februari 2012

MEMAKNAI HIDUP DENGAN TAAT DAN SETIA KEPADA TUHAN


Bacaan Alkitab: Matius 16:21-28

Apakah manusia dapat menemukan makna hidupnya tanpa seks, kekayaan dan kebebasan? Saudara2, jawabannya bisa ya dan juga bisa tidak. Ya, kalau orang itu 100% mau mengikuti jejak Kristus. Taat dan setia sampai mati. Jawabannya tidak, kalau orang itu tidak 100% mau mengikuti jejak Kristus. Bagi mereka, bisa jadi seks, kekayaan dan kebebasan adalah segala-galanya. Tanpa seks, kekayaan dan kebebasan, mereka tidak dapat hidup, bahkan merasa hidup tidak ada artinya. Persoalannya sekarang adalah, apakah mustahil bagi kita untuk dapat memaknai hidup dengan taat dan setia berkarya bagi Tuhan?
Dari sebuah penelitian yang dilakukan terhadap biarawan yang menemukan makna hidupnya di dalam kaul kemiskinan (hidup miskin, dan jauh dari kekayaan duniawi), kaul kemurnian (hidup selibat, tidak menikah demi Kerajaan Allah), dan kaul ketaatan (tunduk pada otoritas gereja serta mengkuti jejak Kristus yang taat sampai mati di dalam biara), ditemukan fakta menurut seorang biarawan, bahwa pada mulanya pada mulanya ia sempat merasakan shock, karena kehidupan sebagai seorang biarawan, jauh dari yang apa yang dibayangkan. Yang menjadi persoalan, bukan pada keharusan mengikuti rutinitas harian biara, melainkan tiba-tiba ia merasa begitu saja dimaksukkan ke dalam dunia yang hening, sunyi dan mencekam perasaan. Ada rasa tidak bermakna. Merasakan kesepian dalam biara dan tertarik kepada lawan jenisnya. Kemudian berdoa dan bermeditasi untuk melepas keinginannya untuk menikah dengan melayani orang miskin.

Oleh karena itu menurut mereka, proses penemuan makna hidup paling tidak dapat dilakukan melalui 5 tahap:
a.    Tahap derita: meaningless, peristiwa tragis dan penghayatan tanpa makna (=pemiskinan arti dan makna hidup)
b.    Tahap penerimaan diri: pemahaman diri dan perubahan sikap.
c.    Tahap penemuan makna hidup: penemuan makna dan penemuan tujuan hidup.
d.    Tahap realisasi makna: komitmen dan kegiatan yang terarah untuk pemenuhan makna hidup
e.    Tahap kehidupan bermakna: penghayatan bermakna dan perasaan bahagia.

Kelima tahap ini membatasi para biarawan untuk memaknai hidupnya seperti orang-orang pada umumnya, misalnya menikah, bebas dan menikmati kekayaan. Menurut para ahli, manusia sebenarnya selalu bertumbuh dan berkembang. Mulai dari janin sampai dewasa, bahkan sampai meninggal. Manusia juga berkembang secara psikologis, emosi dan lain sebagainya. Dalam perkembangannya, manusia harus membuat banyak pilihan. Contohnya memilih bidang studi atau pekerjaan yang disukai dan lain sebagainya. Menurut Frankl (1959), manusia memiliki kebebasan berkehendak (freedom of will), kebebasan yang bertanggung jawab. Maksudnya, setiap orang bebas untuk menjadi dirinya, tetapi bukan dalam arti bebas berbuat sesuka hatinya, untuk melukai hati atau menjahati orang lain. Kebebasan yang diberikan oleh Tuhan, harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik2nya dan sebenar2nya. Oleh karena itu setiap orang sebenarnya dapat menggali makna terdalam dalam hidupnya. Apapun pekerjaannya, atau apapun yang dilakukannya. Menurut Frankl, orang dapat menemukan makna hidupnya dalam cintanya kepada Allah dan sesama, dan juga dengan berkarya melayani orang yang membutuhkannya, sehingga ia dapat mengalami makna hidup melalui makna cinta dan makna kerja.

Dalam Matius 16:21-28 kita menyaksikan bagaimana Yeremia mencari makna dalam hidupnya. Panggilan Tuhan untuk menjadi hamba-Nya, ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. Banyak persoalan dan pergumulan yang harus Yeremia hadapi, sehingga ia merasa seolah-olah Tuhan sudah meninggalkannya. Hebatnya, adalah Tuhan memposisikan diri-Nya bukan sebagai seorang algojo atau hakim yang kejam. Ia memposisikan diri-Nya seperti seorang Bapa, yang dengan penuh kasih dan kesabaran mendengar keluhan anak-Nya, kemudian mendidikan dan mengarahkan Yeremia agar mengubah sikap dan perkataannya. Kemudian Tuhan memperbarui dukungan dan perlindungan-Nya kepada Yeremia. Suatu ketika dalam hidup ini, kalau Saudara diperhadapkan dengan persoalan dan pergumulan yang berat, jangan terlalu mudah berkata-kata dan mempersalahkan Tuhan atas semua yang terjadi dalam hidup Saudara. Berdiam diri dan menantikan Tuhan, adalah upaya terbaik. Sebab justru di dalam tekanan dan penderitaan, kita dapat menemukan kehidupan yang lebih bermakna, menjadi matang dan dewasa dalam menjalani kehidupan. Dalam Mazmur 145:14 dikatakan: Tuhan itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk. Oleh karena itu dalam Roma 12:11-12 dst Rasul Paulus mengajak kita untuk bersukacita dalam pengharapan, sabar dalam kesesakan, bertekun dalam doa dan terus menyatakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita.

Tuhan Yesus memberikan pengajaran kepada para murid-Nya tentang arti penderitaan bagi para pengikut-Nya. Penderitaan tidak dicari, tidak dicintai, tetapi juga tidak dihindari demi mendapatkan keamanan dan keselamatan sendiri. Para murid harus berani menghadapi penderitaan, walaupun akan kehilangan nyawanya. Menjadi pengikut Yesus berarti menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus. Menyangkal diri artinya dapat mengontrol dan menguasai diri, untuk menempatkan Allah di jantung kehidupan kita. Memikul salib artinya mau memikul beban, atau berkorban. Ibarat makan nangka, jangan hanya mau enaknya, tapi tidak mau kena getahnya. Mengikut Yesus artinya harus setia dan taat kepada Allah dalam keadaan apapun juga. Orang yang selalu mencari amannya saja, tidak akan berani maju dan bersuara lantang untuk menyuarakan kebenaran. Orang-orang yang selalu mengejar kemudahan, akan menjadi orang-orang yang kehilangan arti dan makna dalam hidupnya. Sama sepert Petrus, kita harus belajar untuk tidak gegabah dan hanya mencari aman atau kemudahan dalam hidup kita.  Apa yang menjadi tugas panggilan hidup kita untuk menyatakan kehendak Allah dengan melakukan apa yang benar, baik dan mulia memang tidak mudah. Pekerjaan itu membuat kita harus keluar dari rasa aman dan nyaman kita. Namun hasil akhirnya adalah kemenangan dan kemuliaan karena Allah memberikan pertolongan dan berkat-Nya kepada setiap hamba-Nya yang taat dan setia. Oleh karena itu hidup adalah kesempatan untuk taat dan setia melaksanakan kehendak Allah. Kesulitan, ujian dan hambatan bukanlah alasan bagi kita untuk tidak taat dan setia.  Pada waktu datang kesusahan dan penderitaan, kita selalu dapat berlindung di bawah naungan tangan Tuhan yang penuh kasih. Dalam Mazmur 37:5-6 Firman Tuhan berkata, “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak. Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang dan hakmu seperti siang!” Amin.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar