Halaman

Minggu, 19 Februari 2012

YANG SEMPURNA HADIR MELALUI YANG TIDAK SEMPURNA





Ada dua kata kunci dalam tema kita yaitu “Yang Sempurna” dan “Yang Tidak Sempurna.”  Lalu apa definisi kita tentang “Kesempurnaan?” Apakah mungkin Yang Sempurna hadir melalui Yang Tidak Sempurna?  Dalam sebuah percakapan yang saya rilis di Yahoo, apa arti kesempurnaan bagi Anda, muncul sekian banyak jawaban yang berbeda-beda. Dari sekian banyak jawaban yang muncul di sana, saya tertarik dengan dua jawaban ini. Pertama, yang mengatakan bahwa Kesempurnaan hanya milik Tuhan, dan Kesempurnaan seorang manusia tidaklah mutlak sempurna. Contohnya, aku punya beberapa teman yang menurut aku kecantikan dan kegantengannya sempurna, tapi terus terang sifat mereka sangat buruk. Egois, atau hanya memikirkan diri sendiri, mudah tersinggung dan segudang sifat jelek yang lainnya.  Kedua, yang mengatakan bahwa Kesempurnaan ialah ketika kita bisa mensyukuri apa pun yang terjadi pada diri kita. 

Kedua jawaban tersebut, menurut saya sangat bijak. Siapa pun kita pasti setuju,  bahwa Kesempurnaan hanya milik Tuhan, dan tidak ada manusia yang sempurna, sebab kesempurnaan seorang manusia tidaklah mutlak sempurna. Begitu pula dengan setiap kita. Bisa jadi kita punya penampilan fisik yang ganteng dan cantik, tetapi jempol kaki kanan dan kaki kiri kita tidak sama, dan karakter kita buruk. Sombong, egois, gampang tersinggung dst. Atau mungkin penampilan fisik kita pas-pas an atau kurang menarik. Hidung pesek, rambur keriting tapi spiritualitas dan karakter kita baik. Baik hati dan suka menolong orang lain. Namun Alkitab katakan kepada kita, bahwa betapa pun tidak sempurnanya kita, Tuhan mau menerima dan mengasihi kita. Bahkan Tuhan tidak hanya mau menerima kita sebagaimana adanya kita saja, tetapi Ia juga mau menerima ketidaksempurnaan kita untuk mengambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan dan pelayanan-Nya. 

Saya jadi ingat sebuah kisah. William adalah seorang penasehat kerajaan yang disegani karena kebijaksanaannya. Raja sangat memperhatikan perkataan dan nasehatnya. Namun wajah buruk dan tubuhnya yang bongkok membuat putri raja iri hati. Ia bertanya sambil mengejek, “JIka engkau bijaksana, beritahu aku mengapa Tuhan menyimpan kebijaksanaan-Nya dalam diri orang yang buruk rupa dan bongkok?” Mendengar pertanyaan itu, William balik bertanya, “Apakah ayahmu mempunyai anggur?”
“Semua orang tahu ayahku mempunyai anggur terbaik, pertanyaan bodoh macam apa itu?!” jawab putrid raja dengan sinis.
“Di mana ia meletakkannya?” William bertanya lagi.
“Yang pasti di dalam bejana tanah liat.”
Mendengar itu William tertawa, “Seorang raja yang kaya akan emas dan perak seperti ayahmu menggunakan bejana tanah liat?” Mendengar itu putri raja pergi meninggalkannya dengan rasa malu. Ia segera memerintahkan pelayan-pelayannya untuk memindahkan semua anggur yang ada di istana dari dalam bejana tanah liat ke dalam bejana yang terbuat dari emas dan perak.

Suatu hari raja mengadakan pesta bagi para tamu kerajaan. Alangkah kagetnya ia karena anggur yang diminumnya rasanya sangat asam. Lalu dengan geram ia memanggil semua pelayan istana, yang kemudian menceritakan kepadanya bahwa anggur yang disuguhkan tadi berasal dari bejana emas dan perak atas perintah puteri raja sendiri. Lalu raja menegur keras perilaku putrinya itu.
Sang putri kemudian bertanya kepada William, “Mengapa engkau menipu aku? Aku memindahkan semua anggur ke dalam bejana emas dan perak, tapi hasilnya semua anggur jadi terasa asam.”
Dengan tersenyum William menjawab, “Sekarang engkau tahu mengapa Tuhan lebih suka menempatkan kebijaksanaan dalam wadah yang sederhana, dan buruk rupa. Kebijaksanaan itu sama seperti anggur. Ia hanya cocok dalam bejana dari tanah liat.” Ketika Tuhan mencari wadah dan sarana yang ingin dipakai-Nya, Ia tidak harus mencari yang terbuat dari emas dan perak, tetapi dari tanah liat yang sederhana.

Pembacaan Alkitab kita kali ini juga mau memperlihatkan kepada kita, bagaimana Tuhan memakai orang-orang yang tidak sempurna untuk memperlihatkan kebijaksanaan-Nya dan pekerjaan-pekerjaan-Nya dalam hidup kita.  Ambil saja contohnya Daud. Ia berhasil mengalahkan Goliat, namun tidak mampu mengalahkan keinginan hatinya untuk mengambil Betsyeba sebagai istrinya. Akibatnya, Daud tidak diijinkan Tuhan untuk membangun Bait Allah. Namun pengalaman hidup Daud bersama Tuhan menjadi pelajaran bagi kita semua.  Contoh yang kedua, adalah Paulus. Siapa di antara kita yang tidak mengenal Paulus?! Di dalam surat 1 Korintus 1 dan di dalam surat-suratnya yang lain, kita melihat bagaimana Paulus dipakai oleh Tuhan untuk mengabarkan Injil, walaupun sebelumnya, ia telah menganiaya banyak murid Kristus. Paulus yang menanam, Apolos yang menyiram, dan Tuhan yang menumbuhkan. Pengalaman hidup Paulus bersama Tuhan, juga menjadi pelajaran bagi setiap kita agar tidak mudah putus asa di tengah berbagai tekanan, penolakan dan bahaya yang mengancam jiwa kita. Contoh yang ketiga, adalah Petrus, Yakobus, Andreas dan Yohanes yang dipanggil Yesus untuk menjadi murid-murid-Nya. Mereka adalah orang-orang sederhana. Sehari-hari, mereka hanya bekerja sebagai nelayan : mencari ikan dan menjualnya, untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun dari orang-orang yang sederhana dan yang tidak sempurna ini, Injil diberitakan sampai ke seluruh dunia.

Jika Tuhan secara sengaja memilih orang-orang sederhana, yang dengan tulus hati mau dipakai sebagai alat-Nya, maka semuanya itu tentu ada maksud dan tujuan-Nya. Maksud dan tujuan-Nya adalah menghadirkan Terang Ilahi itu dalam kehidupan konkret mereka. Nah sekarang bagaimanakah halnya dengan kita? Maukah kita dipakai oleh Tuhan untuk menghadirkan Terang Ilahi-Nya dalam kehidupan sehari-hari kita?  Diperlukan kesungguhan dari setiap kita, untuk menepis setiap godaan-godaan yang bisa menjatuhkan kita. Dalam surat 1 Korintus 2:9 Firman Tuhan berkata, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia, semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia!” Semoga Terang Ilahi Allah dalam Kristus selalu menerangi hati sanubari kita, sehingga ketika Tuhan mencari wadah dan sarana yang ingin dipakai-Nya, Ia dapat memakai setiap kita sebagai alat-Nya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar