Halaman

Jumat, 15 Mei 2015

"THE ROAD TO EMMAUS"



"THE ROAD TO EMMAUS"
Oleh: Pdt. Maryam Kurniawati D.Min

Bacaan Alkitab: Lukas 24:27-34; 50-52

Untuk pertama kalinya, dalam rangka Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke sorga, saya terinspirasi oleh goresan salah seorang jemaat (yang saya kenal dengan sangat baik) dari Yasmin di salah satu media sosial, yang mengatakan "A long road to freedom, GKI Yasmin." Hati saya tergetar menangkap pergulatan yang terungkap di dalam goresan tersebut. Mungkin baru kali ini (dalam tahun kedua puluh empat plus tiga bulan) sebagai salah seorang Pendeta Gereja Kristen Indonesia, saya membawakan materi kotbah yang mempertautkan perjalanan kedua murid ke Emmaus dan Kenaikan Yesus ke sorga dalam sebuah refleksi yang berjudul "The Road To Emmaus." Saya yakin Tuhan berbicara kepada saya melalui berbagai cara, dan juga melalui goresan hati jemaat Yasmin, sehingga pada pagi hari ini, saya ingin mengajak kita untuk merefleksikan "A long road to freedom, GKI Yasmin" menjadi "Emmaus Journey."

Emmaus Journey (EJ) merupakan pengalaman dua murid Yesus dalam perjalanan (Journey) mereka ke sebuah kampung bernama Emaus (Emmaus). Emaus disebut adalah sebuah “dusun” yang letaknya kira-kira 11 km dari Yerusalem. Ketika orang menyebut nama "Emaus," muncul harapan - tampilnya seorang Mesias yang akan membangun kembali kejayaan mereka di masa lampau. Namun pada saat yang sama muncul "cita-cita yang berakhir dengan kekecewaan" karena Yesus dihukum mati sebagai pemimpin gerakan politik. Hancur sudah semua harapan dan impian para murid. Sebab itu "Emmaus Journey" menjadi sebuah perjalanan batin untuk menjernihkan, meluruskan harapan, dan angan-angan mereka tentang siapa Yesus yang sesungguhnya.

Dalam Injil Lukas 24:27-34 dikisahkan Kelopas dan temannya dalam perjalanan ke Emaus. Kedua murid itu sedih dan kecewa karena Yesus telah dibunuh sebagai seorang penjahat. Mimpi mereka bahwa Yesus adalah Mesias yang mengubah dunia hancur berantakan dan hilang lenyap. Guru terkasih mereka telah mati. Teman seperjalanan yang membuka masa depan yang cerah telah hilang. Dalam perjalanan mereka berkata, “Mungkin kami salah menilai bahwa Dia yang diutus Allah. Mungkin Dia menipu kami. Mungkin kami juga akan dikejar-kejar oleh imam-imam kepala sebagai pengikut-pengikut seorang pemberontak…”

Dalam keputusasaan dan kebingungan, mereka pulang ke kampung halaman. Mereka mungkin akan diejek dan dikritik, bahkan mungkin ditertawakan orang karena “kebodohan” mereka. Mungkin kita sering punya perasaan-perasaan seperti itu. Kita sering merasa sedih, kecewa dan marah bila diperhadapkan dengan kejahatan, ketidakadilan dan ketidakbenaran. Kita sering merasa sedih, kecewa dan marah ketika kita diperhadapkan dengan tindak kekerasan, penindasan dan penganiayaan. Kita merasa sedih, kecewa dan marah ketika harapan, cita-cita dan angan-angan kita hilang lenyap. Kita merasa sedih, kecewa dan marah ketika kepercayaan kita kepada Tuhan dihancurkan. Kita sedih, kecewa dan marah ketika kita dituduh dan mengalami penolakan. Tidak ada lagi yang tersisa, selain dukacita dan keputusasaan yang menggerogoti hati dan jiwa kita. Hasilnya? Kita tidak mau tahu mengapa Tuhan harus menderita dan mengapa kita harus menderita? Kita lupa bahwa Yesus masih berjalan bersama kita di tengah semua kesulitan dan pengalaman pahit kita.


Seperti murid-murid pada zaman-Nya, kita mengharapkan Mesias yang mampu menjamin kesejahteraan hidup kita. Kita mengharapkan Mesias yang mampu mendatangkan kesejahteraan bagi gereja dan persekutuan kita, bahkan kesejahteraan di dunia ini. Tetapi sayangnya, bukan itu yang ditawarkan Yesus kepada kita. Yesus tidak memberikan "jalan tol" yang bebas hambatan bagi kita. Bila Kleopas dan temannya diminta untuk mengingat kembali semua yang sudah mereka alami, serta berdialog dan membiarkan diri diperkaya oleh-Nya, maka kita pun diajak untuk mengingat  kembali semua yang sudah kita alami sebagai jemaat Yasmin. Ia mengajak kita untuk berdialog dan membiarkan diri kita diperkaya oleh-Nya. Itulah hebat-Nya Yesus! Itulah sebabnya mengapa perjumpaan Kleopas dan temannya dengan Yesus yang bangkit itu menjadi sumber kekuatan yang merebak ke luar dan menyentuh hati banyak orang. Melalui kotbah Petrus di hari Pentakosta misalnya, semakin jelas bahwa Kebangkitan Kristus itu bukan rekayasa dan bukan gagasan para murid Yesus belaka. Kristus yang bangkit itu kini berbagi daya hidup ilahi melalui Roh Kudus, yang menjadi satu-satunya sumber kekuatan mereka.

Kebangkitan Kristus telah mengubah hidup para murid dari dikuasai kematian, dukacita, keputus-asaan, dan ketiadaan pengharapan, menjadi kehidupan yang dimerdekakan. Relevansinya bagi kita, jemaat Yasmin adalah menjadikan perjuangan dan pengalaman pahit  (karena perlakuan yang tidak adil dan konspirasi jahat antara kekuatan agama dan politik) sebagai "Emmaus Journey." Hari ini, Spiritualitas “Emmaus Journey” mengajak setiap kita untuk menyadari kasih dan penyertaan Kristus dalam setiap langkah, hidup dan perjuangan kita. Seberapa pun besarnya kesulitan yang dihadapi, dan seberapa pun dalamnya kesedihan hati yang dialami, Roh Kudus (yang dalam bahasa aslinya "parakletos" yang berarti Penolong, Penghibur, Pembela) lah yang menjadi satu-satunya daya dan sumber kekuatan hidup. Sebab itu jangan menyerah!

Roh Kudus adalah Roh Allah yang hadir di dalam diri kita. Ia mendampingi kita dalam perjalanan hidup kita setiap hari. Dialah Penolong, Penghibur dan Pembela, lewat sapaan seorang anak. Lewat teguran seorang teman. Lewat kelembutan pasangan hidup kita. Dalam segala kesempatan, seorang teman, seorang sahabat dikirimkan-Nya untuk hadir dalam hidup kita. Roh Kudus bekerja bukan hanya pada saat kita menerima pertolonganNya, tetapi juga saat kita dipakai-Nya menjadi penolong, penghibur dan pembela bagi sesama kita. Setiap hari, setiap minggu Kristus yang bangkit itu mendampingi, membimbing dan mencoba mengarahkan hidup kita. Setiap hari, setiap minggu Kristus yang bangkit itu  hadir bersama kita. Kita dapat merasakan kehadiran-Nya, kasih-Nya dan kuasa-Nya yang bekerja dalam hidup kita bertekun dalam doa. Persoalannya, adalah apakah kita mau hidup bersama Kristus setiap hari, setiap saat bahkan dalam setiap tarikan nafas kita? Mari kita minta kepada Kristus yang bangkit agar Ia menerangi hati kita dan memberikan kepada kita ketekunan untuk dapat menemukan karya dan kehendak-Nya dalam hidup kita. Marilah kita minta kepada Kristus agar Ia memberikan kepada kita keberanian untuk melaksanakannya.


Pos Taman Yasmin, 14 Mei 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar