Halaman

Minggu, 11 Desember 2011

HIDUP INI ADALAH HADIAH DARI TUHAN


Kita semua dikejutkan dengan sebuah trend baru, yakni Mall Menjadi Tempat Favorit Untuk Bunuh Diri. Pada tanggal 5 Desember yang lalu, kita dikejutkan dengan berita Cavin Moniaga, yang menjatuhkan diri dari gedung parkir lantai 10 Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Kasus ini merupakan kasus yang ketiga yang terjadi di Grand Indonesia. Masih banyak kasus bunuh diri lainnya. Pada tanggal 30 Nopember 2009, misalnya Ice Juniar menjatuhkan dirinya dari Lantai V Grand Indonesia, dan pada hari yang sama, Reno melompat dari pembatas kaca Lantai V Senayan City. Sangat sulit bagi kita untuk memahami, mengapa sebagian kaum muda, lebih senang melakukan aksi bunuh diri dengan cara melompat dari gedung tinggi, seperti Mall atau pun Gedung. Dari data-data yang diperoleh VIVanesw, pada tanggal 21 Januari 2009, Jamaludin nekad mengakhiri hidupnya dengan menjatuhkan dirinya dari Lantai VI Gedung Walikota Jakarta Utara. Bulan berikutnya, 12 Januari 2009, Jimmy Martin menjatuhkan dirinya dari Lantai VI Toko Elizabeth, Bandung. Selanjutnya, 13 Agustus 2009, percobaan bunuh diri dilakukan oleh Ibu Sutowo. Ia melompat dari Lantai V Mall Slipi Jaya. Pada tahun 2008, Nova Mirawati, seorang mahasiswi Psikologi UI, terjun dari Lantai VII Pusat Grosir Cililitan (PGC) Kramat Jati. Tercatat tanggal 17 Desember 2008. Dua hari sebelumnya, Hendrawan Winata, mahasiswa YAI, tewas setelah terjun dari Lantai VI Kampus Atmajaya. Fenomena merebaknya kasus bunuh diri di kalangan kaum muda ini, membuat kita semua bertanya-tanya, “Ada apa sebenarnya dengan anak-anak muda ini? Mengapa mereka mengambil jalan pintas dengan bunuh diri di Mall-mall dan Gedung-gedung yang tinggi?”

Ada banyak alasan yang mungkin dapat dikemukakan mengapa anak-anak muda ini bunuh diri. Salah satu di antaranya, adalah sengaja mengambil tempat di Mall atau Gedung yang bergengsi, agar semua perhatian orang tertuju kepada mereka, dan masuk dunia dalam berita, baik di layar Televisi mau pun Media Cetak. Saya berpikir, mungkin selama ini, mereka merasa dirinya “bukan siapa-siapa” dan dengan “aksi bunuh diri di Mall dan Gedung bergengsi” tiba-tiba mereka menjadi “selebirtis” karena seluruh media cetak dan stasiun Televisi menyampaikan “breaking news tentang kematian mereka.” Karena itu ada beberapa hal penting yang dapat kita refleksikan dari fenomena merebaknya aksi bunuh diri di kalangan anak-anak muda tersebut. Pertama, anak-anak muda ini bisa jadi, atau sangat mungkin mengalami problem perasaan diri tidak berharga. Bagi kita mungkin aneh, mengapa orang-orang yang pandai, sukses dalam studi, karier dan pekerjaan koq merasa diri tidak berharga?! Biasanya perasaan diri tidak berharga muncul sebagai akibat karena seseorang gagal memiliki sesuatu atau tidak berhasil mencapai sesuatu yang dianggap paling berharga dalam hidupnya. Sesuatu itu mungkin prestasi kerja yang ingin dicapai, promosi jabatan dan atau pasangan hidup yang diidam-idamkan, kesalah-pahaman dan konflik dengan ortu yang tidak terselesaikan, dst, dsb. Kedua, anak-anak muda ini mempunyai akseptasi atau tuntutan yang sangat tinggi terhadap orang lain, tanpa mengukur kemampuan dirinya. Akibatnya, ketika orang lain tidak mampu memenuhi keinginan hatinya, muncul pikiran pendek, ingin mati atau bunuh diri. Beberapa kesempatan, saya melihat di Facebook, bagaimana anak-anak sekolah yang punya segudang masalah, curhat dan mengemukakan kekesalan dan kemarahan mereka terhadap ortu dan ingin mati. Ketiga, tingkat pendidikan yang cukup tinggi, sukses dalam studi dan karier dan pekerjaan, tidak dengan sendirinya dapat membentuk karakter dan kepribadian Kristiani yang tangguh. Buktinya, koq mereka bunuh diri. 

Bunuh diri dengan alasan apa pun tidak dapat dibenarkan, karena hidup ini adalah HADIAH dari TUHAN. Perasaan diri berharga seharusnya tidak lagi ditentukan karena kita memiliki banyak hal atau berhasil mencapai sesuatu. Kita semua berharga dan mulia karena kita dapat mengalami, bagaimana kita dicintai tanpa syarat oleh ALLAH, SANG SUMBER KEHIDUPAN. Bagaimana kasih Allah yang tanpa syarat itu, menghisapkan diri kita sebagai ANAK-ANAKNYA. Sabda Tuhan dalam kitab Yesaya  43:4 mengatakan, "Oleh karena engkau berharga di mataKu dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau."  Penyingkapan diri Allah tidak pernah lepas dari KASIHNYA yang menghubungkan, menjembatani dan merangkul kita. Oleh karena itu nilai kemuliaan atau keberhargaan manusia merupakan wujud pemberian Allah dalam karya penebusan Kristus. Tanpa anugerah dan rahmat Allah kita manusia hanyalah makhluk yang celaka dan hidup dalam kesia-siaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar