Halaman

Minggu, 04 Desember 2011

IMAN YANG MENGUBAH KEADAAN SESEORANG


Bacaan Alkitab: Yosua 2:8-24


Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik
(Ibrani 11:31)


Apa yang terjadi jika seorang perempuan memiliki iman yang luar biasa dan berpandangan luas? Hasilnya adalah luar biasa. Pertama, karena perempuan itu tidak kalah terhadap keadaan, tapi mengalahkan keadaan. Orang-orang yang membawa perubahan dalam dunia ini adalah orang-orang yang tidak kalah terhadap keadaan. Kedua, perempuan itu juga  mampu melihat peluang dan memanfaatkan peluang yang ada dengan sebaik-baiknya. Biasanya orang-orang yang seperti ini memiliki iman yang besar, sehingga ia mampu memanfaatkan peluang dan mengubah keadaan yang biasa-biasa menjadi luar biasa. Inilah iman yang mengubah keadaan seseorang. Mungkin Anda dapat mengatakan bahwa saya mengada-ada, dan itu omong kosong belaka. Namun fakta itulah yang terjadi dan Alkitab memberikan buktinya. 
Kalau kita membaca kisah Rahab dalam Kitab Yosua, mungkin kita akan berkata, “Sungguh tak masuk di akal” karena kita menemukan Rahab, seorang perempuan yang cerdik dan berpandangan luas pada masa itu. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah yang dilakukan Rahab, sehingga ia bisa menyentuh hati Allah dan mengubah kehidupannya, bagaikan mimpi di siang hari?! Saudara2, kita semua tahu bahwa pekerjaan Rahab adalah seorang PSK (Pekerja Seks Komersial). Pekerjaan yang jauh dari cita-cita kebanyakan orang, karena dianggap rendah dan hina. Namun ada hal yang sangat unik di sini karena Rahab bukan PSK biasa. Ia seorang primadona kelas atas dan cukup terkenal. Rahab juga bukan seorang yang tenar saja, tetapi ia juga dekat dengan para pembesar di papan atas. Darimana kita mengetahuinya? Pertama, Rahab mempunyai informasi yang banyak dan akurat. Ia bisa mengetahui keadaan negerinya yang sedang terancam (Yosua 2:9-11). Kedua, Rahab juga mempunyai kemampuan untuk bernegosiasi yang baik sekali. Kemungkinan itu diperoleh dari pengalamannya, sehingga ia bisa dekat dengan kalangan atas. Hal ini dapat kita lihat, pada saat ia berbicara dengan kedua pengintai tersebut. Ketiga, Rahab juga disegani. Ketenaran Rahab inilah yang menarik kedua orang pengintai garis depan Israel untuk singgah di rumahnya (Yosua 2:1).

Karena Rahab cukup terkenal, kabar ini langsung sampai di telinga penguasa Yerikho. Rumah Rahab segera dikepung para prajurit untuk menangkap kedua pengintai itu. Tentu saja, hal ini mengancam nyawa Rahab dan seisi rumahnya. Maklum saja, kota Yerikho dalam keadaan darurat perang dan upah pengkhianat adalah hukuman mati. Sekali lagi dengan modal koneksitasnya, para perwira pasukan Yerikho menerima mentah-mentah saja keterangannya. Ini membuktikan bahwa Rahab cukup disegani di kota tersebut. Saudara dan saya mungkin berkata, itu biasa saja. Tetapi apakah kita bisa menghadapi seorang perwira Kopassus yang berdiri di depan pintu rumah kita dengan anak buahnya yang bersenjata lengkap, dan menuding kita sebagai pengkhianat? Polisi saja sudah membuat kita gelisah, apalagi tentara. Kalau kita tidak punya koneksi, tentu saja kita akan mati konyol.

Rahab seorang perempua yang cerdik, beriman dan berpandangan luas. Ia telah mendengar keajaiban yang telah dilakukan Allah bagi bangsa Israel, dan ia melihat Allah bangsa Israel telah melakukan hal-hal yang sungguh tak masuk di akal. Melalui sedikit analisa, Rahab menarik kesimpulan, kalau Allah bangsa Israel dapat melakukan perkara-perkara yang besar dan tidak masuk di akal, tentunya Ia dapat membebaskannya dari keadaannya sekarang. Rahab melihat sedikit terang dalam kegelapan hidupnya, dan ia berusaha untuk meraihnya! Ia juga telah mempertimbangkan resiko atau kematiannya, kalau hal tersebut gagal. Jadi di kala semua prajurit Yerikho melakukan pengejaran dan pemblokiran di setiap jalan, sekali lagi ia melakukan perjanjian dengan kedua pengintai Israel untuk keselematannya dan seisi rumahnya. Da akhirnya, seperti yang kita ketahui, hanya rahab dan seisi rumahnya yang selamat saat seluruh Yerikho dihancurkan. Namun kisah Rahab tidak berakhir di sini. Karena imannya yang besar, dan kemauannya yang keras, Tuhan memulihkan hidup Rahab, dan bahkan Tuhan memberikan seorang suami kepadanya yang bernama Salmon (Matius 1:5). Suatu keadaan yang mustahil, jika mengingat latar belakang hidupnya. Namun Rahab dan keluarganya, menjadi salah satu keluarga yang terpandang di Betlehem dan bakal menjadi keluarga yang disegani di Israel. Dari kisah Rahab ini kita dapat mengambil satu kesimpulan, bahwa Tuhan tidak pernah memandang rendah latar belakang hidup seseorang. Bagaimana pun buruknya mereka. Tetapi Tuhan sangat menghargai iman dan kepercayaan, yang mampu mengubah keadaan biasa-biasa menjadi luar biasa, dan Rahab melakukannya. Nah bagaimana sekarang dengan Anda dan saya?  Bila kita memiliki iman yang mengubah keadaan kita, maka kita harus membongkar kemapanan berpikir kita tentang stigma diri seorang perempuan dan memberi makna baru pada status sosial perempuan itu. Kita semua harus belajar dari Yesus untuk menghargai harkat dan martabat seorang perempuan di dalam khasanah kehidupan kita. Saudara2, dalam konteks budaya Yahudi, perempuan tidak dihargai dan dianggap sebagai kaum yang lebih rendah martabatnya. Perempuan juga diperlakukan tak ada bedanya dengan barang atau benda, yang dapat dimiliki dan dibuang. Berbeda dengan orang-orang Yahudi lainnya, Yesus sebagai orang Yahudi justru sangat menghargai harkat dan martabat perempuan sebagai manusia. Dalam Injil Lukas kita dapat jumpai beberapa sosok perempuan seperti Elisabet, Maria dan Marta, Maria Magdalena dan perempuan janda yang berasal dari Nain. Potret perempuan sangat menonjol dalam Injil Lukas. Elisabet dan Maria, misalnya digambarkan sebagai dua orang perempuan yang dipakai Allah terkait dengan rencana-Nya untuk menyelamatkan dunia. Dalam pelayanannya, Yesus-pun melakukan berbagai mukjizat terhadap beberapa perempuan, seperti menyembuhkan mertua Petrus yang sedang sakit keras dan perempuan yang selama 18 tahun kerasukan roh. Membangkitkan anak perempuan janda di Nain, dan memberi diri-Nya disentuh perempuan yang sedang mengalami pendarahan. Perempuan tidak sekadar tampil sebagai kaum yang dibela, tetapi juga sebagai kaum yang terlibat aktif dalam pelayanan Yesus. Lukas melaporkan ada sejumlah perempuan yang menjadi murid Yesus. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa, laki-laki dan perempuan, keduanya diciptakan Allah sebagai manusia yang setara dan sederajat dalam kesamaan dan perbedaan mereka. Oleh karena itu mereka harus menghayati kemanusiaannya dalam hubungan timbal balik. Rosemary Radford Ruether, dalam bukunya yang berjudul Perempuan dan Tafsir Kitab Suci  (1998) menyatakan, bahwa “apa pun yang mengurangi kemanusiaan penuh kaum perempuan harus dianggap bukan merefleksikan yang ilahi atau relasi yang otentik dengan yang ilahi” dan prinsip kemanusiaan yang penuh harus didasarkan pada konsep “Imago Dei” – bahwa perempuan secara setara dibebaskan oleh Kristus, dan secara setara dikuduskan oleh Roh Kudus. Inilah agenda yang harus kita lakukan, bila kita memiliki iman yang mengubah keadaan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar