Halaman

Minggu, 04 Desember 2011

MENGAPA KOMUNIKASI SUAMI DAN ISTERI SERINGKALI TIDAK BERKEMBANG?



Pernikahan dapat kita umpamakan sebagai sebuah perjalanan yang panjang. Perjalanan tersebut dapat saja menyebalkan, membuat kita sedih, kecewa, stress dan tertekan, bila jalannya penuh dengan onak dan duri, krikil dan lubang-lubang. Sebaliknya, perjalanan itu dapat menyenangkan dan membahagiakan kita, bila ikatan kasih di antara suami-istri dipupuk sehingga bertambah kuat dan mendalam. Dari berbagai pengalaman yang saya hadapi di lapangan kehidupan, ada banyak pasangan suami dan istri yang tidak dapat menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi dalam perkawinan, bukan karena hebatnya persoalan yang mereka hadapi, tetapi karena komunikasi yang terhambat dan tidak berkembang di antara mereka. Entah mengapa, pada umumnya mereka tidak lagi memiliki keyakinan diri dan percaya akan pasangannya. Ada kecurigaan dan ketakutan, bahwa suami atau istri ada main dengan orang lain atau dengan teman sekantornya, karena dirinya sudah tidak lagi ramping, ganteng atau cantik dan menarik. Ada kecurigaan dan ketakutan, bahwa suami atau istri mereka akan menolak, bersikap kasar dan melukai hati mereka. Oleh karena itu faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mengenal lebih dekat pasangan kita, adalah memahami perbedaan-perbedaan yang dimiliki baik oleh suami mau pun istri kita. Perbedaan-perbedaan inilah yang seringkali menjadi pangkal sebab dari kesalah-pahaman yang menganggu ketenangan dan suasana aman dalam rumah tangga. Perlu kita sadari, bahwa sebagai suami dan istri, kita semua tidak sempurna dalam aspek-aspek tertentu. Maka dengan mengetahui keterbatasan dan kekuatan masing-masing, kita bisa melihat dengan perspektif yang benar dan mengetahui ke arah mana perbaikan harus diusahakan.

Pertama-tama, dalam hidup berdampingan tidak mungkin semua hal harus sama. Kita perlu mengetahui perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Contohnya, cara memandang dan melihat hal-hal tertentu, berbeda antara laki-laki dan perempuan. Bagi laki-laki, rumah lebih merupakan tempat bersantai, melepaskan segala kepenatan. Karena itu pekerjaan rumah dan anak-anak, tidak menjadi prioritas. Sebaliknya, bagi istri, urusan kantor bisa dibawa ke rumah. Melihat rumah yang berantakan dan tumpukan piring kotor, dapat membuat istri gampang kesal dan marah. Berikutnya, laki-laki dan perempuan memiliki sifat, karakter dan kepribadian yang berbeda. Perempuan, memiliki  derajat kematangan emosional lebih dari laki-laki, karena itu perempuan siap untuk peran dan pekerjaannya di rumah. Sebaliknya, laki-laki justru mencari harga diri dan suksesnya di luar rumah, karena itu dalam hal-hal tertentu istri dapat berperan membimbing. Namun pada kesempatan lain, suamilah yang berperan. Diperlukan keterbukaan hati, dan bukan sikap kasar dan agresif yang mengurangi rasa hormat atau harga diri pasangan. Dengan demikian kecenderungan untuk merendahkan atau melecehkan pasangan patut kita hindari. Sebagai gantinya, berupaya lah terus untuk menjadi pendamping yang terbaik bagi pasangan kita dan pupuklah minat bersama, bukan minat dan keinginan kita sendiri. Kesemuanya ini dapat kita laksanakan dengan, cinta kasih, sebagai landasannya. Kasih yang membebaskan dalam hubungan mana pun dapat dirumuskan sebagai kepedulian dan komitmen dari kita secara timbal balik, sehingga pasangan hidup kita dapat mewujudkan jati dirinya secara penuh. Ketidakbahagiaan dan konflik dalam perkawinan, kerapkali disebabkan karena hubungan yang tampaknya baik, tetapi bagaikan api dalam sekam, karena jalur komunikasi tertutup dan terjadi lingkaran saling menyerang dan mendendam. Dalam Kolose 3:12-15 Rasul Paulus mengemukakan, bahwa Cinta kasih dapat membuat orang bersikap toleran (dalam arti sabar, lemah-lembut dan mau mengampuni) terhadap orang yang dicintai. Cinta kasih menjadi pengarah perbuatan-perbuatan yang bijaksana dan membangkitkan respon yang benar (yakni sabar, lemah-lembut, rendah hati dan mau mengampuni).  Cinta itu tidak mementingkan diri sendiri, tidak egoistis, melainkan mencari kesempatan untuk lebih banyak memberi daripada menerima. Oleh karena itu cinta kasih patut kita tumbuhkembangkan, kita pelihara dan kita pertahankan sebagai bagian dari kehidupan.  Ungkapan cinta kasih dan cara-cara untuk menumbuhkembangkan cinta kasih yang langgeng dapat kita wujudkan, bukan hanya dalam bentuk seks, tetapi memelihara keintiman dan romantisme dalam kehidupan sehari-hari, agar hubungan kita sebagai suami dan istri tidak hambar dan dingin .

Sahabat,
Dalam perjalanan hidup pernikahan, kadang-kadang timbul masalah yang harus diatasi, baik di dalam mau pun di luar lingkungan keluarga, yang tidak jarang menimbulkan kesalahpahaman dan konflik dalam hubungan suami dan istri. Karena itu dibutuhkan upaya untuk mencapai kata sepakat upaya untuk menunjukkan pengertian, menghargai, saling memberi dukungan dan semangat, yang semuanya berperan dalam memupuk hubungan yang baik dan juga pada hubungan intim. Kunci dari komunikasi yang baik adalah kerelaan dan kemampuan untuk mendengarkan, menerima, memperhatikan dan  saling mengerti satu sama lain. Dalam kehidupan bersama yang begitu dekat dan akrab, pasti akan ada benturan emosional yang harus diterima. Namun masing-masing hendaknya tidak selalu mengingat kesalahan dan kegagalan pasangannya, tetapi justru menghargai kebajikan, kesetiaan dan pengabdian pasangan hidupnya. Dengan demikian,  bertambahnya usia pernikahan, maka bertambah pula kemahiran mengatasi masalah. Demikian pula membina dan memelihara komunikasi yang baik, membutuhkan tekad yang baik dan derajat toleransi yang tinggi untuk mengatasi bermacam-macam masalah, Kadang-kdang terlihat bahwa lebih mudah “menjalin” hubungan dengan orang lain di luar ikatan keluarga. Lebih banyak kesempatan untuk memupuk hubungan di tempat pekerjaan, karena hubungan dengan pasangan di rumah, justru terbentang jarak dan terbentur tembok yang tidak dapat ditembus. Oleh karena itu suami dan kistri perlu menunjukkan masih adanya kasih sayang, yang diungkapkan dalam ucapan-ucapan mau pun dalam perbuatan. Harus saling menghargai dan mengampuni peristiwa atau hal yang merusak hubungan baik antar suami dan istri. Berdua menghadapi masalah dan bersama-sama mengatasi kesulitan, adalah nasehat yang terbaik. Jangan menyimpan marah dan dendam, sehingga setiap hari yang baru dapat dimulai dengan suasana yang segar dalam “kasih dan damai” yang memberi kekuatan dan kesempatan bagi suami dan istri untuk mengembangkan dirinya. Untuk membina hubungan suami-istri yang serasi dibutuhkan upaya secara aktif dari suami untuk menciptakan hubungan serasi dengan istri, demikian pula sebaliknya. Dibutuhkan keterbukaan agar masing-masing memahami kekurangan, kelemahan dan kesediaan untuk berubah dan mengubah diri, sejauh diperlukan, untuk menciptakan suasa penuh kedamaian, keakraban dan kehangatan.  Karena itu, ada sepuluh tips yang perlu kita perhatikan untuk mengembangkan komunikasi yang baik dengan pasangan. Pertama, Perlu keyakinan diri dan percaya akan pasangan. Dua, Tetap punya waktu untuk diri sendiri. Tiga, Memelihara keintiman dan romantisme. Empat, Mengatur Keuangan Keluarga secara bersama-sama. Lima, Berbagi tugas rumah tangga dan pengasuhan anak. Enam, Jujur dan terbuka. Tujuh, Tidak memendam masalah. Delapan, Menghargai masing-masing pribadi yang berbeda. Sembilan, Bersikap ramah dan lemah-lembut. Sepuluh, Mengingat hal-hal yang terbaik yang dimiliki oleh pasangan. Tuhan memberkati! Amin.

The art of Marriage
A good marriage must be created
In marriage the little things are the big things
It is never being too old to hold hands
It is remembering to say, “I love you”
It is never going to sleep angry
It  is having a mutual sense of values and common objectives
It is standing together facing the world
It is forming a circle of love that gathers in the whole family
It is speaking words of appreciation and demonstrating gratitude in thoughtful ways
It is having the capasity to forgive and to forget
It is giving each other an atmosphere in which each can grow
It is not only marrying the right person
It is being the right partner.

Bacaan Alkitab:  3:12-15

Doa :
Terimakasih ya Tuhan, bila kami disadarkan betapa pentingnya komunikasi yang jujur dan terbuka bagi hubungan kami sebagai suami dan istri, sehingga kemarahan – sakit hati – kebencian yang belum teratasi tidak semakin berkembang dan memisahkan kami. Oleh karena itu bantulah kami, agar sebagai suami-istri kami sungguh-sungguh dapat mengenali dan meneguhkan kekuatan dan potensi yang terdapat dalam diri kami masing-masing sehingga dengannya kami dimampukan untuk membangun hubungan yang hangat, penuh perhatian dan cinta kasih. Kami berdoa, agar nyala ikatan kasih kami tak kan pernah padam, namun senantiasa menghangatkan hati kami untuk terus mau belajar menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan yang ada di antara kami, dengan terus saling berbagi dan peduli. Demi Putra-Mu Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar