Kamis, 08 Desember 2016
Jumat, 25 November 2016
PENGHIBURAN DARI TUHAN
PENGHIBURAN DARI TUHAN
Persiapan
GSM GKI Serpong, 25 November 2016
Pdt. Em. Maryam Kurniawati D.Min
Fokus
Untuk Batita
- ASM
mengenal Tuhan yang selalu menghibur mereka
Fokus
Untuk Anak Kecil
- ASM mengenal
Tuhan yang selalu menghibur mereka
- ASM dapat
menyebutkan, apa yang dilakukan Tuhan untuk menghibur mereka
Fokus
Untuk Anak Besar
- ASM dapat
menyebutkan, apa yang dilakukan Tuhan untuk menghibur mereka
- ASM
menjadikan Tuhan, sebagai Sumber Kekuatan dan Penghiburan dalam kehidupan
mereka
Ilustrasi: Kisah Nyata Intan Olivia Marbun[1]
“Mama..aku
cantik kan?” ujar Intan sembari menari kecil di hadapan Diana. Wajah manis dan
imut itu begitu semringah di Minggu pagi, 13 November 2016. Kenangan itu
membekas dalam benak Diana Susan Sinaga. Siapa sangka, Minggu nan cerah itu
justru menjadi hari terakhirnya melihat sang buah hati.
Tarian
lucu dan ucapan terakhir itu terngiang-ngiang terus di kepala Diana. Namun apa
daya, Tuhan berkehendak lain. Intan Olivia Marbun, buah hatinya
yang baru menginjak usia 2,5 tahun akhirnya meninggalkan Diana selamanya.
Ledakan
bom di Gereja Oikumene yang menyasar ke empat anak-anak di depan gereja,
menghancurkan segalanya. Kini, perempuan berusia 32 tahun itu seperti luruh tak
berdaya. Air mata menggenang di kedua bola matanya. Suaranya pun parau akibat
tangisan yang tak kuasa dibendungnya.
"Mama..aku
cantik kan?” kata itu kembali diucapkan Diana di bawah guyuran hujan di Desa
Putak Kecamatan Loa Janan Ulu Kabupaten Kutai Kertanegara, pada hari Selasa, 15
November 2016, atau sehari usai Intan bertahan belasan jam menahan sakit di RS
AW Syahranie Samarinda.
Sehari sebelumnya, dokter
menyebut, kondisi Intan Olivia memang memprihatinkan. Tubuhnya terbakar hebat
hingga 80 persen. Paru-parunya membengkak dipenuhi asap kotor akibat ledakan.
Bocah
berparas cantik ini pun tak mampu lagi bertahan. Senin pagi, 14 November, ia
pun mengembuskan nafas terakhirnya di hadapan Diana dan suaminya, Anggiat
Banjarnahom.
Ledakan
bom molotov di Gereja
Oikumene Samarinda
terjadi pada Minggu, 13 November 2016, pada pukul 10.15 waktu setempat.
Dilaporkan, ada seorang pria bernama Juhanda alias
Jo (37 tahun) datang ke halaman gereja dan melempar bom molotov. Bom itu memang
membawa malapetaka. Tiga teman Intan Olivia di Gereja Oikumene tempat mereka
beribadah ikut menjadi korban. Namun memang Tuhan menghendaki Intan Olivia
lebih dahulu.
Kita semua
ikut berduka karena Intan Olivia Marbun meninggalkan Ibu dan Ayahnya untuk
selama-lamanya. Kita doakan agar Tuhan menghibur Ibu dan Ayah Intan. Kita
doakan agar tidak ada lagi anak-anak lain yang menjadi korban akibat ledakan
bom di mana pun juga mereka berada.
Bacaan:
Yesaya 40:1-11
Dalam versi NIV (New International
Version) Bible, perikop ini berjudul “Comfort
for God’s People,”
yang artinya ketenangan, sebuah jaminan penghiburan dari Tuhan bagi umat
kepunyaan-Nya.
Cerita
Alkitab: Penghiburan dari Tuhan
“Lihat,
itu Tuhan ALLAH, la datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya, Ia berkuasa”
(Yesaya 40:10a)
Berada di
dalam kesulitan dan pergumulan, karena terbelenggu atau terkurung di suatu
tempat asing, memang tidak mudah. Orang yang mengalaminya akan merasa sangat
sedih dan takut. Kesedihan dan ketakutan makin bertambah, jika harapan untuk
segera bebas tidak kunjung tiba. Penantian panjang akan pembebasan, tanpa
kepastian membuat orang merasa sedih, kecewa, putus asa dan tidak berdaya.
Ketika berada di dalam pembuangan di Babel, orang-orang Israel merasa sedih dan
kecewa karena sebagai umat pilihan Allah, mereka diperbudak atau diperhamba
oleh bangsa asing (yaitu bangsa Babel). Mereka merasa putus asa dan tidak
berdaya karena tidak ada orang yang dapat membebaskan mereka. Berbagai bentuk penyiksaan dan perlakuan kasar yang
dilakukan para penguasa Babel seakan tak terpisahkan dari kehidupan mereka.
Ratapan menahan berbagai penderitaan dan perlakuan kasar telah mereka serukan
kepada Tuhan. Namun Tuhan tak kunjung datang untuk menolong mereka.
Mereka merasa bahwa Tuhan telah mengabaikan,
membiarkan dan meninggalkan umat-Nya. Setelah bertahun-tahun mengalami
penderitaan dan penindasan yang dilakukan oleh para penguasa Babel, Tuhan Allah
memerintahkan Nabi Yesaya untuk menghibur dan menenangkan hati orang-orang
Israel. Mereka diminta untuk bertobat, kembali ke jalan Tuhan karena Tuhan
Allah yang akan membebaskan umat-Nya dengan kemuliaan, kekuatan dan
kekuasaan-Nya. Semua manusia lemah dan tidak berdaya. Hanya Tuhan Allah yang
kuat dan berkuasa untuk membebaskan dan menyelamatkan mereka.
Di tengah berbagai
kesulitan yang menyedihkan dan menakutkan kita, kedatangan Tuhan Yesus dalam
kemuliaan dan kekuasaan-Nya menjadi kabar yang menghibur dan menguatkan. Hanya Tuhan lah yang sanggup memampukan dan menguatkan
kita untuk menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan hidup yang ada. Tuhan
selalu hadir dan menguatkan atau memberikan semangat baru kepada umat-Nya. “Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan
teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang
menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang
naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu,
mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yesaya 40:30-31).
Untuk
memperoleh penghiburan yang datang dari Tuhan, kita harus membersihkan hati dan
pikiran kita, serta meluruskan tutur kata dan perilaku yang bengkok dan
bercela. Jangan berdoa kepada Tuhan supaya hidup
ini menjadi mudah. Tetapi berdoalah supaya kita menjadi pribadi yang lebih kuat
untuk menghadapi segala bentuk kesulitan dan tantangan atas hidup kita. Sediakan
waktu untuk ada bersama-Nya serta serahkan diri dan hidup untuk digembalakan
oleh-Nya.
“Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai
penolong dalam kesesakan sangat terbukti” (Mazmur 46:2)
[1] Intan
Olivia Marbun: “Mama, Aku Cantik kan?” http://nasional.news.viva.co.id/news/read/848161-intan-olivia-marbun-mama-aku-cantik-kan
seperti diunduh pada tanggal 22 November 2016
Senin, 21 November 2016
"APAKAH PENDERITAAN KITA UNTUK TUHAN ATAU IBLIS?"
Pada tanggal 14 November
1970, sebuah kecelakaan pesawat terbang telah merenggut nyawa sebagian besar
anggota Tim sepakbola Marshall University. Tujuh puluh lima orang tewas, yakni
staff, pelatih dan sejumlah pemimpin masyarakat di Huntington, Virginia Barat,
sehingga Universitas dan masyarakat sangat terguncang. Dua dari orang-orang
yang kehilangan sanak keluarga dan orang-orang yang mereka kasihi, adalah Paul
Griffen dan Annie Cantrell. Kisah mereka berpautan, karena putra Griffen, Chris
adalah tunangan Annie. Ketika Chris tewas, mereka tenggelam dalam tahun-tahun
yang penuh kesedihan, derita dan dukacita yang tak tertanggungkan. Kata Griffen
kepada Annie, “Kesedihan itu memporak-porandakan!” Ia benar, kesedihan –
apa pun bentuknya – kerapkali memporak porandakan. Pada waktu-waktu tertentu
merasakan, kita semua merasakan bagaimana kesedihan itu tidak hanya memporak-porandakan hidup kita, tetapi
juga membuat kita terluka dan kehilangan pengharapan. “Sudahlah tidak usah bicara tentang Tuhan. Buat apa saya
ke Gereja? Buat apa saya berdoa? Nyatanya, hidup saya seperti ini!”
Dorothee Soelle, seorang
teolog Protestan dalam bukunya Suffering pernah berkata, ”Pertanyaan
terpenting yang dapat kita ajukan tentang penderitaan adalah untuk siapa
penderitaan itu terjadi? Apakah penderitaan kita untuk Tuhan atau Iblis?”
Dengan pertanyaan itu, Soelle mau berkata, yang terpenting sebenarnya bukan dari
mana tragedi atau kesedihan itu datang, tetapi ke arah manakah penderitaan itu
tertuju? Apakah derita itu kita persembahkan kepada Tuhan atau Iblis? Jika
kematian atau penderitaan, atau orang yang kita kasihi membuat kita mengalami
kepedihan hati, dendam, sakit hati dan membenci kehidupan ini, itu berarti kita
sudah membuat diri kita menjadi seorang hamba atau pelayan Iblis. Tapi jika
penderitaan dan keterhilangan itu membuat kita menemukan Sumber Penghiburan
yang tidak pernah kita mengerti sebelumnya, maka kita telah membuat diri kita
menjadi hamba atau pelayan Allah. Kebenaran yang harus kita petik dalam situasi
ini adalah : Tuhan tidak mengasihi kita dengan cara yang sama seperti kita
mengasihi Dia! Boleh jadi kita pikir, Tuhan sudah meninggalkan dan membiarkan
kita. Namun marilah kita melihat apa yang dikerjakan Tuhan dalam perspektif
yang lebih luas, karena iman kita mengatakan, bahwa segala sesuatu yang
dilakukan Tuhan itu selalu tepat dan benar, sekalipun kita tidak dapat
memahaminya.
Beriman kepada Allah
memungkinkan kita hidup dengan pengaharapan yang aktif, bukan dengan sikap
sinis. Dalam Yeremia 29:11 Firman Tuhan berkata, “Sebab Aku ini mengetahui
rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman
Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” Oleh karena itu, ketika
kesukaran datang seperti gunung penghalang, dan kesedihan menutup pandangan
kita seperti kabut, kita memang menghadapi saat-saat yang sulit. Tetapi, kalau
Tuhan Yang Mahakuasa dan Mahabaik itu mengijinkan kita mengalami kesedihan dan
kesusahan itu, apakah Ia berharap iman kita hancur lebur di tengah goncangan
itu?! Tentu saja tidak! Mungkin Tuhan sedang mengajarkan sesuatu tentang
diri-Nya, yang selama ini mungkin belum kita sadari dan pahami. Seperti kata
orang, ”no pain, no gain,” tidak ada rasa sakit, tidak ada hasil,
dan melalui kesedihan dan kesusahan itulah iman kita diharapkan-Nya bertumbuh
dan berbuah. Sebab Tuhan sudah, sedang dan tengah membentuk ulang hidup kita
dan memurnikan kita seturut dengan kehendak-Nya. Tujuan atau maksudnya adalah supaya setiap kita,
dapat menjadi alat di tangan Tuhan untuk mewartakan keagungan dan kasih-Nya!
Segala kesedihan dan permasalahan yang kita hadapi,
merupakan bukti nyata dari kasih dan pemeliharaan Tuhan yang dianugerahkan
kepada kita. Dalam Mazmur 22:23-31 Pemazmur
mengungkapkan pujian dan rasa syukurnya kepada Tuhan, karena ia sungguh-sungguh
merasakan bagaimana Tuhan menyertai dan menolong dia dari segala kesedihan dan
permasalahan hidup yang dialaminya. Dalam bagian sebelumnya diungkapkan kepada
kita, ada saat-saat di mana Pemazmur merasa ditinggalkan oleh Tuhan
sehingga ia tidak hanya putus asa tetapi juga kehilangan pengharapan dalam
hidupnya. Namun bedanya dengan kita, Pemazmur tidak hanya berhenti sampai di
situ. Ia melihat apa yang dikerjakan Tuhan dalam perspektif yang
lebih luas, karena imannya mengatakan, bahwa segala sesuatu yang dilakukan
Tuhan itu selalu tepat dan benar, sekalipun ia tidak dapat memahaminya. Bagi
Pemazmur, keagungan Allah itu ditunjukkan melalui tindakan-Nya, yang
memperhatikan permohonan anak-anak-Nya, dan Ia sungguh-sungguh menunjukkan
perhatian-Nya kepada orang yang berseru kepada-Nya. Pemazur
mengajak kita untuk mewartakan keagungan dan kasih Allah kepada anak-anak dan
cucu kita, kepada generasi selanjutnya, bahwa Tuhan Allah, adalah satu-satunya
sumber kekuatan di sepanjang hidup kita. Walaupun kita banyak menghadapi ujian,
hambatan dan rintangan yang membuat kita susah dan menderita, namun kita tidak
pernah ditinggalkan dan dibiarkan oleh-Nya. Dalam Mazmur 18:31-32 dikatakan, “Adapun
Allah, Jalan-Nya sempurna; jani Tuhan adalah murni. Dia menjadi Perisai bagi
semua orang yang berlindung pada-Nya. Sebab siapakah Allah, selain dari Tuhan,
dan siapakah Gunung Batu kecuali Allah kita?”
Late post, Rev. Maryam Kurniawati D.Min
Jumat, 29 Juli 2016
ZIARAH SPIRITUAL
“Ziarah Spiritual” pertama-tama muncul dengan
kuat dalam tradisi budaya Yahudi-Hellenistik, ketika
orang-orang Kristiani mempunyai pengalaman sebagai “orang asing” dan sebagai
minoritas yang teraniaya, yang
bergulat untuk mengidentifikasikan dirinya
di tengah kekuatan tradisi-tradisi religius dan budaya yang dominan pada saat
itu.
“Ziarah Spiritual” membawa
mereka keluar dari asal-usul mereka, dan membangun relasi dengan tradisi-tradisi
agama-agama lainnya, mengalami transformasi, untuk menggali lebih penuh
realitas tradisi-tradisi agama-agama lainnya tanpa kehilangan jati diri dan
perspektif teologis mereka.
Ziarah
spiritual juga akan menolong kita untuk memahami asal usul kita, dan siapakah
kita yang sebenarnya guna membangun relasi yang baik dengan tradisi-tradisi
agama lainnya, tanpa kehilangan jati diri dan perspektif teologis kita ...
Sabtu, 16 Juli 2016
Yesus dan orang-orang Farisi. Motif Yesus adalah Kasih.
Lalu
keluarlah orang-orang Farisi itu dan membuat rencana untuk membunuh Dia. Tetapi
Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.
Banyak
orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Ia dengan keras
melarang mereka memberitahukan siapa Dia, supaya digenapi firman yang
disampaikan oleh Nabi Yesaya, “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang
Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya
dan Ia akan menyatakan keadilan kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan
tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan.
Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar
nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan
pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.” (Mat 12:14-21)
Selama
hidupnya di dunia, kehadiran Yesus kerapkali menimbulkan pertentangan dan
penolakan dari sejumlah orang Farisi. Mengapa begitu? Pada hari Sabat, Yesus
menyembuhkan seseorang yang tangannya lumpuh sebelah di dekat Synagoge, dan
tindakan Yesus itu akhirnya membuat mereka berencana untuk membunuh dia (Matius
12:9-13).
Injil Matius menceritakan kepada kita,
bahwa Yesus mengetahui niat jahat orang-orang Farisi itu, lalu Dia menyingkir
dari sana tanpa mampu disentuh sedikit pun oleh orang-orang jahat itu. Yesus
berpindah ke tempat yang lain, dan melanjutkan perbuatan baik-Nya; menyembuhkan
orang dari sakit penyakit dengan segala mukjizat dan tanda heran yang
mengiringinya. Semua itu dilakukan Yesus karena Dia sangat mengasihi umat-Nya.
Yesus tidak membiarkan ancaman-ancaman terhadap diri-Nya melumpuhkan diri-Nya
dengan rasa takut dan juga melumpuhkan pelayanan-Nya guna menyembuhkan,
mengampuni dan mengubah jiwa-jiwa yang terluka.
Yesus melakukan semua tindakan kebaikan
itu bukan lah untuk pencitraan diri-Nya sebagai Mesias yang kedatangan-Nya
dinanti-nantikan oleh umat, atau untuk tebar pesona dan sejenisnya.
Khotbah-khotbah-Nya mengenai Kerajaan Allah bukanlah sekadar “pepesan kosong.” Dia
hanya ingin setiap orang menjadi percaya kepada-Nya, dan melalui diri-Nya percaya
kepada kasih Bapa kepada mereka. Sebaliknya, para lawan Yesus tidak sedikitpun
berhasil memperoleh petunjuk tentang motif sejati di belakang segala mukjizat
dan tanda heran lainnya yang diperbuat oleh Yesus. Nah apakah sebenarnya motif
Yesus itu? Sederhana saja: KASIH!! Sebuah pesan yang sangat sederhana, namun
mengiring diri-Nya kepada kesengsaraan dan kematian-Nya di atas kayu salib,
dengan tujuan supaya “Ia hukum/keadilan itu menang” (Matius 12:20). Yesus
menunjukkan dengan jelas, bagaimana Allah itu dapat dipercaya. Melalui teladan
hidup-Nya, Yesus menunjukkan bagaimana seharusnya kita menyerahkan diri kita
kepada Bapa Sorgawi setiap hari. Ancaman apa pun yang dihadapi-Nya, dan kelelahan
badani bagaimana pun yang dialami-Nya, Yesus sepenuhnya menggantungkan diri-Nya
kepada Bapa. Kita juga dapat mempunyai pengharapan dan menaruh kepercayaan
kepada Allah, sumber segala kebaikan itu. Dengan cara seperti ini, kita akan
dapat melihat “keajaiban-keajaiban Tuhan” yang terjadi atas hidup kita. Betapa
pun mengagumkannya segala mukjizat Yesus, semua itu tidak ada artinya apabila
dibandingkan dengan perubahan diri yang kita alami sementara kita menyerahkan
hati kita kepada-Nya.
(Disarikan dari Sang Sabda, 12 Juli
2016)
Noted:
Orang-orang Farisi adalah, sebuah kelompok
religius di dalam Yudaisme. Mereka perjuangkan pengetahuan yang mendasar
tentang Taurat dan tradisi para nenek-moyang (Misna; Talmud). Mereka menuntut
penafsiran yang paling keras, terutama tentang soal-soal yang berhubungan
dengan Sabat, kebersihan rituil (tahir) dan yang berkaitan dengan soal
persepuluhan, dan mereka cenderung
memandang rendah orang-orang yang bukan Farisi.
Senin, 23 Mei 2016
MERANCANG PEMBELAJARAN YANG AKTIF, INOVATIF, KREATIF DAN MENYENANGKAN
GURU YANG MERANCANG PEMBELAJARAN
YANG AKTIF, INOVATIF, KREATIF DAN MENYENANGKAN
Maryam Kurniawati D.Min
Pengantar
"Apa pun
pekerjaan kita, jika ditekuni dengan maksimal, akan berbuah manis bagi diri
sendiri dan orang lain." Demikian prinsip yang selalu memotivasi Niken
Kencono (30), seorang guru di SMK Yudha Karya, Magelang, Jawa Tengah untuk
berprestasi dan berkarya hingga diakui di tingkat nasional.[1]
Bagi Niken,
menjadi seorang guru bukanlah cita-citanya sejak kecil. Dulu ia bercita-cita
ingin menjadi seorang dokter. Bahkan sempat diterima di Fakultas Kedokteran
sebuah universitas ternama. Namun karena keterbatasan ekonomi orangtuanya,
Niken pun akhirnya kuliah di Universitas Negeri Tidar Magelang, jurusan Bahasa
Inggris pada tahun 2004. Sambil kuliah, ia mengajar di SD Muhammadiyah 2
Magelang hingga saat ini, ketika ia sedang menyelesaikan pendidikan S-2 di UST
Yogyakarta.
"Saya
ingat pesan Ibu. Tidak perlu malu apa pun profesi kita, yang penting bekerja
secara maksimal, maka akan berbuah manis bagi diri kita dan orang lain.
Bekerjalah dengan ikhlas, biarkan Tuhan yang menghitungnya," ujar Niken.
Niken mendapat
penghargaan Best Practise Teacher 2014 dari Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, berkat inovasinya dalam menciptakan pembelajaran
Bahasa Inggris dengan metode yang sederhana, menyenangkan, dan mudah diingat
oleh siswa. Niken menyebut metodenya dengan "Tepuk Tangan Keledai
Cerdik."[2]
Gagasan atau
ide metode tersebut tercetus karena pengalaman pribadinya, bahwa ia selalu
merasa kesulitan jika belajar Bahasa Inggris. Selama ini pelajaran bahasa asing
itu menjadi momok yang menakutkan sehingga siswa menjadi malas untuk belajar.
"Saya
tidak ingin anak-anak didik saya takut dengan Bahasa Inggris. Saya mulai
berpikir, hingga terciptalah metode Tepuk Tangan Keledai cerdik pada tahun
2011. Metode ini memudahkan siswa menjawab soal-soal dengan sebuah trik
sederhana," ujar Ibu empat putra itu. Sementara itu metode "Tepuk
Tangan Keledai cerdik," lanjut Niken merupakan pengembangan dari metode
sebelumnya, yakni penerapan metode "Keledai cerdik" yang disertai
dengan tepuk tangan. Metode ini pun ia peroleh dengan berimajinasi saat
bersantai di rumahnya yang terletak di Jalan Ketepeng 3, Kampung Trunan,
Magelang Selatan.
"Saya berimajinasi
dan iseng-iseng saja, bagaimana membuat metode belajar yang asyik dan
menyenangkan bagi siswa. Awalnya, saya praktikkan kepada anak saya yang masih
SD, ternyata dia bisa menjawab soal-soal Bahasa Inggris dengan benar. Kemudian
saya memberanikan diri untuk saya terapkan kepada siswa-siswa di SMK Yudha
Karya setahun yang lalu," kata Niken.
"Respon
siswa beragam ketika metode tersebut diperkenalkan, bahkan ada yang menganggap
metode tersebut seperti cara belajar anak Taman Kanak-kanak (TK). Namun lambat
laun, siswa justru menyukainya," ucap Niken. Selain menyenangkan, metode
"Tepuk Tangan Keledai cerdik" sangat mudah diingat dan effektif untuk
menjawab soal-soal Bahasa Inggris dan mata pelajaran lainnya.[3]
"Sekarang
siswa tidak perlu bersusah-payah menghafal rumus grammar Bahasa Inggris yang
panjang dan banyak. Hanya dengan tepuk tangan saja, mereka bisa menjawab soal
dengan cepat dan benar," kata Niken sambil memeragakan cara "Bertepuk
Tangan Keledai cerdik" tersebut. Menurut NIken, tepuk tangan ternyata
memiliki manfaat luar biasa. Tepuk tangan yang benar dapat membuka dan
menghubungkan ribuan syaraf ke berbagai organ dan otak manusia.
Ide tepuk
tangan itulah yang membuat para juri tercengang. Mereka tidak mengira, bila
perempuan kelahiran 24 Agustus 1984 itu mampu menciptakan metode yang sangat
berbeda dengan para kontestan lainnya. Padahal hampir semua kontestan yang
terdiri dari para guru SMA/SMK/SMAN dari seluruh Indonesia itu mempresentasikan
karya yang lebih modern dan "berkelas."
"Saya sempat
ditanya oleh Dewan Juri, mengapa saya menggunakan metode ini untuk siswa SMK.
Saya lalu menjawab bahwa saya tidak mungkin mengajarkan siswa-siswa saya yang
memiliki kemampuan ekonomi dan kecerdasan menengah ke bawah dengan metode yang
rumit dan canggih. Wong menggunakan gadget saja mereka banyak yang belum bisa,
apalagi siswa-siswa saya terkenal karena "hobby tawuran. Saya tidak mau
mereka tambah terbebani dan stress," ucap guru yang gemar menyanyi ini.
Selain mendapat
penghargaan bergengsi itu, ternyata Niken termasuk perempuan yang memiliki
segudang prestasi. Tidak terhitung karya tulis ilmiah dan fiksi yang dibuatnya.
Belum lagi prestasi dari berbagai kejuaraan tingkat kota, kabupaten, provinsi,
hingga nasional.[4]
Kisah Niken
dengan metodenya "Tepuk Tangan Keledai Cerdik." menginspirasi kita
untuk memahami kondisi dan kebutuhan siswa kita yang berbeda-beda (latar
belakang suku, ras, agama, budaya dan golongan). Seorang guru yang cerdas dan
bijak akan menganalisa apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan siswa-siswa yang
ada di kelasnya, mencari sumber-sumber (kepustakaan dan non-kepustakaan) yang
sesuai dengan program pembelajaran siswa di kelasnya dan merancang pembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Rencana program pembelajaran
seperti ini disebut dengan Program Pembelajaran Individual (PPI) atau Individualized Education Program (IEP).
Merancang Model Pembelajaran yang Aktif,
Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan
Untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, konstruktif dan kreatif setiap guru perlu merancang suatu model
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM). Dalam
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standard Nasional Pendidikan
Pasal 19:1 diamanatkan bahwa Proses pembelajaran pada satuan pendidikan harus
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.[5]
Di sini guru mempunyai peran sebagai "agen pembelajaran" (learning agent) - sebagai fasilitator, motivator dan pemberi inspirasi bagi
peserta didik mereka. Seperti halnya seorang "tour leader" yang membawa kelompoknya untuk mengekspolrasi
obyek wisata yang dikunjunginya, demikian pula peran seorang guru di kelas.
Banyak guru yang
lebih fokus pada pencapaian target materi kurikulum dengan mendominasi kegiatan
pembelajaran di dalam kelas. Dalam merancang pembelajaran, guru hanya
menggunakan "metode instruksional" (dalam bentuk ceramah,
menghafalkan konsep dll), dan siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa
yang disampaikan guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya dan
mendiskusikan materi pembelajaran di kelas. Hasilnya, siswa tidak hanya
bersikap pasif, tetapi juga tidak mampu berpikir kritis, konstruktif dan kreatif.
Pada tahun
2012, saya dan teman-teman dari BPK Penabur Jakarta melakukan studi banding ke
tiga sekolah di Singapore. Satu sekolah yang berafiliasi agama dan dua sekolah
(SMP dan SMA) yang tidak berafiliasi agama tertentu, namun menjadi nilai
"compassion" (belas kasih" sebagai nilai utama yang
diintegrasikan di dalam seluruh program dan kegiatan pembelajaran sekolah.
Selain melihat design atau konsep pembelajaran yang diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, kami diberi kesempatan untuk melihat praktiknya di
lapangan, bagaimana interaksi guru dan siswa di kelas dan di lapangan.
Yang menarik
adalah guru yang kreatif membuat pembelajaran di kelas dan di lapangan sekolah
menjadi menarik dan disukai oleh para peserta didik. Suasana kelas direncanakan
dan dibangun sedemikian rupa, dengan model pembelajaran yang tepat guna
sehingga siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain,
bahkan berinteraksi dengan kami sebagai "tamu yang mengunjungi
mereka" sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang
optimal.
Hal ini
mengingatkan setiap guru bahwa proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat
satuan Pendidikan menuntut partisipasi aktif dari seluruh siswa, sehingga
kegiatan belajar mengajar berpusat kepada siswa, dan guru hanya mengambil peran
sebagai fasilitator dan motivator. Peran aktif siswa sangat penting dalam
rangka membentuk generasi yang kritis, aktif dan kreatif, guna menghasilkan
sesuatu bukan hanya untuk kepentingan dirinya sendiri tetapi juga bermanfaat
bagi banyak orang. Selain memilih metode pembelajaran yang mempermudah
pemahaman siswa tentang materi yang diberikan dan memilih media yang tepat
untuk memperlancar proses pembelajaran, serta menemukan instrumen evaluasi yang
tepat untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan, guru
harus menciptakan suasa belajar mengajar yang membuat siswa senang sehingga
memusatkan perhatiannya secara penuh untuk belajar secara optimal.
Sabtu, 21 Mei 2016
"Lonely,
but not Alone"
Pernah nggak kamu berada di sebuah keramaian
tapi tetap merasa kesepian? Bahkan mungkin saat itu kamu nggak cuma dengan orang-orang
yang nggak kamu kenal, tapi juga sama teman-teman kamu? Di tengah-tengah obrolan di sebuah coffee shop, di sebuah konser, misalnya?
Setiap dari kita pasti pernah merasa kesepian. Yang membuat perbedaan adalah
kadarnya,lamanya, penyebabnya dan tentu saja penanganannya. Kebanyakan orang menghindari kesepian
karena kesepian berkonotasi negatif, atau paling tidak menimbulkan perasaan
tidak menyenangkan..
Seseorang
bisa saja memiliki banyak teman dan keluarga, tetapi jauh di dalam hatinya ia
tetap merasa sendiri. Penyebabnya, karena merasa tidak dimengerti,tidak didengarkan, atau merasa diperlakukan secara berbeda dari
orang lain. Semakin seseorang memikirkan kebahagiaan, rasa kesepian itu pun semakin mendera.
Kesepian
tidak dialami orang yang tinggal di puncak gunung atau desa terpencil, karena mereka yang hidup di kota besar yang padat penduduk dan hingar bingar hiburan pun ternyata lebih banyak yang merasa kesepian. Perasaan kesepian jika berkepanjangan bisa menimbulkan berbagai persoalan lanjutan. Problem adaptasi sosial, sulit berteman,
suka menyendiri bahkan hambatan akademik yang membuat prestasinya jauh dari optimal, merupakan dampak dari perasaan kesepian panjang yang dialami oleh anak-anak.
Menurut Marano, anak-anak kesepian karena social rejection (diabaikan dan disingkirkan dari lingkungan sosial ataupun
keluarga), menjadi salah satu penyebab putus sekolah; karena dalam
kesehariannya mereka cenderung menunjukkan perilaku agresif (nakal, suka berkelahi,
merampas/mencuri dll). Di kalangan dewasa, kesepian menjadi penyebab depresi serta adiksi, baik itu adiksi terhadap relationship (co-dependent), sex, belanja (shopaholic), kerja (workaholic), alkohol /minuman keras,
maupun obat-obatan terlarang (substant abuse).
Dampak kesepian bagi kesehatan?
John Cacioppo dari University of Chicago meneliti dampak kesepian ini, dan
mengatakan:
1.Orang yang kesepian dilaporkan mempunyai tingkat stress yang lebih tinggi,
bahkan di saat rileks dibandingkan dengan orang-orang yang tidak kesepian.
2. Kesepian meningkatkan sirkulasi hormon stress dan meningkatkan tekanan darah. Pengaruhnya kepada sistem sirkulasi
jantung yang bekerja lebih keras dan menghadapi potensi kerusakan akibat “tekanan
yang tidak stabil.”
3. Kesepian mengganggu kualitas dan efektivitas tidur sehingga menghambat
proses restorasi fisik maupun psikologis yang diperlukan tubuh. Orang-orang
yang mengalami kesepian lebih sering terbangun malam hari dan tidur lebih
sedikit dibandingkan mereka yang tidak kesepian.
Anak-anak,
remaja, orang muda hingga manula, pasti pernah mengalami rasa kesepian. Anak-anak merasa kesepian ketika
ditinggal pergi orangtua mereka. Istri/suami yang kesepian karena kehilangan
pasangan, akibat kematian atau perpisahan. Seorang gadis atau pemuda kesepian
setelah putus dari pacar.
Ibu dan
Ayah kesepian karena anak-anaknya tinggal di luar kota. Seseorang bisa kesepian
karena sakit, harus tinggal di rumah atau di rumah sakit, serta terisolasi dari
teman-teman dan keluarga. Pindah rumah atau pindah sekolah juga bisa
menyebabkan kesepian karena tercabut dari komunitasnya dan harus menghadapi
komunitas baru.
Menurut James Park, seorang filsuf beraliran eksistensialis, perasaan kesepian tidak
selalu disebabkan oleh kurangnya cinta dan teman, namun karena sering disalahartikan
dan tidak dipahami, maka segala jenis kesepian lantas diatasi dengan cara
bersosialisasi, pacaran, menikah, dsb yang semua berkaitan dengan interpersonal
relationship.
Apa
yang harus kita lakukan agar tidak kesepian ?
Melakukan
sesuatu, adalah pilihan terbaik. Kita dapat membantu dan menolong orang lain
dalam kesesakan hidup mereka. Pilihan selanjutnya adalah mencari teman-teman
dengan ketertarikan yang sama (misalnya hobby naik gunung, membentuk group
band, dsb). Membuka
peluang atau usaha baru,akan memberikan solusi dan tantangan baru yang menarik
bagi kita.
Kalau
kita membaca kitab Mazmur 22:1-11, Pemazmur juga merasa kesepian,
dan tidak berdaya. Secara mental dan emosional, hatinya hancur lebur.
Dalam kondisi seperti ini, biasanya orang akan mencari seribu satu macam hiburan (dari nongkrong di mall seharian, nonton film di XXI, ngopi bareng teman dll). Bahkan mengkonsumsi obat-obat terlarang (obat tidur, obat penenang, Napza). Namun pemazmur tidak melakukan hal itu. Ia memilih untuk tetap
menjadi orang yang beriman kepada Allah. Kasih setia Allah kepada nenek moyangnya membuktikan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya yang berseru minta tolong kepada-Nya.Hal ini
memperkuat iman pemazmursehingga ia tidak membiarkan dirinya depresi dan dikuasaiperasaan bahwa ia ditinggalkan sendirian oleh Allah.
Nah bagaimana sekarang dengan kita?
Nah bagaimana sekarang dengan kita?
“Even
when it seems that there is no one else, always remember there's one person who
never ceased to love you - yourself”
(Sanhita
Baruah)
Langganan:
Postingan (Atom)