Halaman

Minggu, 30 Oktober 2011

Pernikahan: Antara Jodoh dan Pilihan

Bacaan: Kejadian 24:1-10

Banyak orang mengira bahwa Pernikahan atau Pasangan Hidup adalah jodoh yang diatur oleh Tuhan, sehingga mereka yakin bahwa pasangan hidupnya, adalah orang yang telah ditentukan oleh Tuhan bagi dirinya.  Persoalannya, adalah bagaimana caranya kita dapat menemukan orang yang telah ditentukan oleh Tuhan untuk menjadi pasangan hidup kita? Apa yang harus dilakukan, bila tiba-tiba seseorang datang kepada kita dan mengatakan bahwa Tuhan telah menentukan kita untuk menjadi pasangan hidupnya? Padahal kita sama sekali tidak mengenalnya, apalagi tertarik kepadanya. Persoalan selanjutnya, adalah bagaimana caranya kita dapat memahami pasangan hidup kita (baik suami ataupun istri kita) sebagai orang yang telah ditentukan Tuhan untuk menikah dengan kita?  Bila kehidupan perkawinan kita berjalan dengan mulus dan membuat kita bahagia, dengan mudah kita dapat mengatakan bahwa suami atau istri kita adalah orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi pasangan hidup kita. Lalu bagaimana dengan mereka yang ditinggalkan oleh pasangan hidupnya untuk menikah dengan orang lain, ataupun melakukan hubungan gelap diluar perkawinan? Apakah Tuhan salah menentukan atau memilih pasangan hidup orang tersebut?

Dalam Alkitab, kita melihat bahwa hal-hal yang ditentukan oleh Tuhan dalam kehidupan manusia, adalah hal-hal yang bernilai kekal, seperti halnya keselamatan, pemulihan dan penyembuhan. Tuhan tidak pernah mengatur hal-hal yang menjadi kehidupan manusia secara detail, kecuali bila berhubungan dengan rencana kekekalan-Nya. Sehingga untuk masalah jodoh, Tuhan memberikan hikmat kepada manusia untuk memilih pasangan hidupnya. Tidak ada orang yang boleh menyalahkan Tuhan, karena menganggap Tuhan telah salah pilih atau memilihkan dia jodoh yang salah, karena Tuhan memberi kebebasan dan kebijaksanaan kepada manusia untuk memilih pasangan hidupnya, dan manusialah yang harus memilih dan menjalani pilihannya itu dengan penuh tanggung jawab. 

Oleh karena itu, pepatah yang mengatakan bahwa jodoh di tangan Tuhan, tidak juga seluruhnya benar. Dalam kenyataannya, manusia kerapkali memaksakan keinginan hatinya, sehingga banyak persoalan yang harus dihadapi dalam Pernikahan. Sebaliknya, walaupun jodoh bukanlah di tangan Tuhan, tetapi itu bukan berarti bahwa Tuhan lepas tangan atau cuci tangan dalam menentukan pilihan yang terbaik dalam kehidupan manusia. Dalam surat Roma 8:28, Rasul Paulus berkata, bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Hal ini berarti, Tuhan ikut campur tangan untuk memimpin manusia dalam menentukan pilihan yang terbaik, dan jika Tuhan campur tangan dalam persoalan yang satu ini maka Ia memiliki kepentingan khusus terhadap orang pilihan-Nya. 

Dalam Kejadian 24:1-10, kita melihat bahwa sebenarya Tuhan memiliki kepentingan untuk menentukan siapa yang akan menjadi nenek moyang Israel. Tuhan seharusnya mengatakan kepada Abraham siapa jodoh Ishak yang sebenarnya, karena ia merupakan tokoh penting dalam sejarah Israel dan umat percaya, dan Abraham selalu mendengar suara dan perintah Tuhan. Namun untuk persoalan jodoh anaknya, Tuhan sama sekali tidak berbicara, apalagi menentukan. Abaraham harus berusaha melalui bujangnya untuk mendapatkan jodoh anaknnya, dan Abraham memiliki cara yang dapat dicontoh dalam menentukan pilihan untuk anaknya. Untuk menentukan istri bagi Ishak anaknya, Abraham menentukan kriteria atau syarat sebagai berikut :
1.   Syarat pertama, adalah mencari seorang perempuan yang sepadan dengan Ishak. Ia tidak boleh berasal dari negeri Kanaan. Oleh karena itu, dalam Kejadian 24:3 Abraham mengambil sumpah bujangnya, untuk tidak mengambil untuk Ishak seorang istri dari antara perempuan Kanaan, dan untuk menentukan pilihannya, hamba tersebut harus berdoa dan minta pertunjuk kepada Tuhan sebelum mengambil keputusan dan sesudah mengambil keputusan. Dalam Kejadian 24:21 dikatakan, “Dan orang itu mengamat-amatinya dengan berdiam diri untuk mengetahui, apakah Tuhan membuat perjalanannya berhasil ataukah tidak (Bnd. Ayat 14, 26, 27).
2.   Syarat kedua, adalah Bibit, Bobot dan Bebet. Ketiga B (Bibit, Bobot dan Bebet) ini merupakan hal yang penting. Siapa orangtuanya dan bagaimana dengan keluarganya? Siapa perempuan itu, dan bagaimana pendidikan, karakter dan kepribadiannya? Ribkah jelas memiliki asal usul keluarga yang jelas garis keturunannya. Ia adalah anak Betuel, yang masih memiliki hubungan kerabat dengan Abraham. Selain sangat cantik, Ribkah juga seorang perempuan yang rajin dan baik hati. Setiap hari ia menggembalakan ternak ayah dan ibunya, dan di sumur itu ia melayani hamba yang diutus Abraham dengan baik. Mencari dan menentuk seorang suami, dalam pemikiran saya, juga memerlukan kedua syarat ini. Mempunyai asal usul keluarga yang jelas, terpelajar, rajin bekerja, dapat dipercaya dan baik hati. Keberadaan keluarga, juga akan menentukan bagaimana sikap dan perilakunya. Oleh karena itu, Ribka memiliki keluarga yang baik dan cukup berada. Kemampuannya untuk mencukupi segala keperluan hidup mereka, tidak diragukan lagi.
Dari kisah pemilihan jodoh untuk Ishak ini, kita melihat peran aktif manusia untuk menentukan pilihan yang terbaik. Tentu saja dengan pertolongan Tuhan. Dari pihak Tuhan, Ia berperan dan terlibat aktif dalam menetapkan pilihan-Nya. Oleh karena itu setiap orang harus memahami, bahwa Tuhan senantiasa memberikan hikmat kepada mereka untuk memilih pasangan hidupnya. Tuhan memberikan kebebasan dan kebijaksanaan kepada kita untuk memilih pasangan hidup kita, dan kita lah yang punya tanggung jawab untuk memilih dan menjalani pilihan kita itu dengan penuh rasa tanggung jawab. Adapun acuannya adalah Firman Tuhan. Nah kepastian akan jodoh yang dari Tuhan itu akan terungkap jika seseorang berada dalam kehendakNya.  Untuk hal ini seseorang harus berusaha hidup bergaul erat dengan Tuhan, dan jangan pernah berharap kesempurnaan, karena tidak semua pernikahan yang pada awalnya yakin, bahwa mereka merupakan pasangan yang tepat, akan selalu berakhir dengan kebahagiaan. Sebuah pernikahan yang bahagia, bukan dilahirkan begitu saja, tetapi ia harus dikerjakan, diusahakan, dan diperjuangkan. 

Doa :
Tolonglah kami ya Tuhan, agar kami tidak memaksakan apa yang menjadi kehendak dan keinginan hati kami dalam menentukan pasangan hidup kami. Namun biarlah kami selalu mengikut-sertakan Engkau, sehingga dengan hikmat-Mu kami diberi kemampuan untuk menentukan pilihan yang terbaik, seturut dengan kehendak-Mu. Berikan pula keterbukaan bagi kami, untuk menerima segala bentuk kekurangan dan kelemahan dari pasangan hidup kami, sehingg ketidaksempurnaan mereka tidak membuat kami berhenti untuk mengasihinya. Demi Putra-Mu, Yesus Kristus kami berdoa. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar